Metafora Konseptual, Perspektif, dan Frame pada Ekspresi Permintaan Maaf: Studi Kasus atas Diskusi Indonesian Lawyers Club "50 Tahun G30S/PKI: Perlukah Negara Minta Maaf?" (Kajian Linguistik Kognitif)

IMAM MUSYAYYAB, Dr. Sailal Arimi, M. Hum

2016 | Skripsi | S1 SASTRA INDONESIA

Penelitian ini menelusuri dan memahami permintaan maaf dalam kajian linguistik kognitif dalam diskusi Indonesian Lawyers Club (ILC) dengan tema "50 Tahun G30S/PKI: Perlukah Negara Minta Maaf?". Pada kenyataannya, permintaan maaf memiliki tendensi lain, yakni untuk memenuhi kepentingan subjek yang meminta maaf ataupun yang menuntut pihak lain untuk meminta maaf. Setelah permintaan maaf terlaksana, secara implisit, ada tujuan lain yang menjadi sasaran utama. Pada diskusi ILC yang dijadikan data dalam penelitian ini, menjadi gambaran bahwa permintaan maaf sebagai sarana untuk memperoleh kepentingan, baik itu kepentingan individu maupun kelompok. Objek penelitian ini adalah ekspresi kebahasaan mengenai permintaan maaf yang dituturkan oleh para individu dalam diskusi ILC, yang dikaji dengan konsep, metafora konseptual, perspektif, dan frame. Berdasarkan analisis yang dilakukan, secara konseptual dihasilkan bahwa permintaan maaf adalah cara untuk menenangkan perasaan lawan tutur agar tercipta suasana yang lebih nyaman dalam hubungan antarpenutur. Selain itu, terdapat juga ranah konseptual lain yang menjadi ranah pemahaman, yakni ranah target yang dipahami melalui ranah sumber dan menghasilkan makna baru pada metafora dari proses integrasi konseptual, yang disebut sebagai "blending". Kemudian, perspektif subek mengenai permintaan maaf terwujud dengan adanya pengutamaan dari setiap ekspresi kebahasaan. Terakhir, frame yang membentuk ekspresi kebahasaan terbagi menjadi tiga frame yang berbeda berdasarkan waktunya, yaitu waktu sebelum peristiwa G30S (pihak NU dan Muhammadiyah), saat terjadi peristiwa G30S (pihak TNI AD), dan setelah peristiwa G30S (pihak keluarga dan terduga PKI).

This study researches and understands apology in cognitive linguistic study in the discussion of Indonesian Lawyers Club (ILC) with the theme of "50 Tahun G30S/PKI: Perlukah Negara Minta Maaf?" (50 years G30S/PKI: Does the state need to apologize?". Actually, apology has another tendency, either to fulfill the need of the speaker or those who demand other side to apologize. After the apology is done, there is implicitly another main actual purpose. The discussion of ILC which is used in this study as the data becomes an idea that apology is used as a means to acquire an interest, both individual or group interest. The object of this study is linguistic expression of the apology spoken by the people in the discussion of the ILC, which is examined using concept of conceptual metaphor, perspective, and frame. From the analysis, it is conceptually resulted that apology is a way to calm the feeling of the respondent in order to create a more comfortable atmosphere in the relationship among the speakers. Furthermore, there is another scope which becomes the domain of the understanding, namely scope of target. This scope is studied through scope of sources and results new meaning in the metaphor from the process of conceptual integration, which is referred to as "blending". Then the subject perspective of apology is materialized from the prioritization of each linguistic expression. Last, the frame which forms linguistic expression is divided into three different frames according to the period, which are before the incident of G30S (the side of NU and Muhammadiyah), at the incident of G30S (the side of TNI AD), and after the incident of G30S (the side of the family and the suspected PKI).

Kata Kunci : Permintaan Maaf, Tendensi, Konsep, Ranah Konseptual, Metafora, Metafora Konseptual, Perspektif, Frame.