Dukun dan Mantri Pes: Praktisi Kesehatan Lokal di Jawa Pada Masa Epidemi Pes 1910-1942

MARTINA SAFITRY, Prof. Dr. Bambang Purwanto

2016 | Tesis | S2 Ilmu Sejarah

Tulisan ini membahas praktisi kesehatan yang berasal dari kalangan Pribumi di Jawa. Fokus utama dari tulisan ini adalah kemunculan elit baru praktisi kesehatan pada masa epidemi pes melanda di Jawa. Pada penghujung tahun 1910 penyakit pes memakan banyak korban di Malang dan meluas hampir di seluruh wilayah di Pulau Jawa. Pemerintah Belanda lewat Dinas Pemberatasan Pes kemudian membuat pelatihan bagi rakyat Pribumi untuk menjadi mantri pes yang bertugas langsung di lapangan. Dalam hal ini, posisi dukun sebagai penyembuh dalam tradisi Jawa mulai terganggu. Ditengah perang melawan pes, ada pula perang eksistensi antara dukun dan mantri pes. Posisi dukun dan mantri pes seolah dihadapkan pada posisi biner, saling berhadapan. Posisi tersebut secara tidak langsung menciptakan kontestasi diantara keduanya. Di sisi lain, mantri memiliki identitas mendua antara menjadi wakil pemerintah (Barat) dan tetapi ia juga bagian dari masyarakat Pribumi. Tulisan ini bertujuan untuk melengkapi tulisan tentang sejarah sosial yang menggunakan latar fenomena wabah penyakit dalam ruang kajiannya. Tulisan ini akan menggunakan sumber primer berupa arsip keluaran pemerintah Belanda maupun arsip dari penguasa lokal, majalah dan surat kabar, sumber tradisional dan sumber sastra sejaman penting untuk mengetahui bagaimana cara pandang masyarakat terhadap keberadaan mereka. Selain itu penelitian ini juga menggunakan sumber film dan foto-foto yang terkait dengan pemberantasan pes di Jawa.

This research discuss about local health practitioners in Java. The main focus is the the emergent of new elite mantri pes (plaque extinguishment bureau officer) as the healing agents during the plague period in Java island. In late 1910, the plague caused many casualties in Malang, East Java and spread to almost the entire island. The Dutch government, through the Plague Extinguishment Bureau, held trainings for the natives so that they could become mantri pes, who mostly worked in the sites. In this regard, the dukun's position as a healer in Javanese tradition started to be 'disrupted' by the (modern) Western medicines, of which the mantri pes were the agents. Amid the war against the plague, there also occured an existential war between the dukun and the mantri pes, from the aspect of the people's recognition, social status, to the issue of livelihood. The two professions were as if put in binary opposition, one was against the other. Such position indirectly created contestation between the two. Meanwhile, mantri bore a hybrid identity, acting as the (Western) government's representative and, at the same time, as a part of the natives. Historiographically, this research is aimed to complement the researches into social history of epidemic phenomena. This research will use primary sources of the archives issued by the Dutch government and by the local government, traditional sources and important literary works of the era in order to see the perspective of the society toward the dukun's and the mantri pes existence. This research also use sources of films and photos related to the plague extinguishment in Java.

Kata Kunci : dukun, mantri pes, wabah pes,