Laporkan Masalah

PENGEMIS PEREMPUAN PARIAMAN DI KOTA PADANG: Studi Implikasi Tradisi Bajapuik- Matrilineal

MULIONO, Prof.Dr. Tadjuddin Noer Effendi

2016 | Tesis | S2 Sosiologi

Studi ini mengkaji tentang pengemis perempuan yang berasal dari daerah Pariaman di Kota Padang. Sesuai dengan sistem kekerabatan matrilineal yang dianut, masyarakat Pariaman menempatkan status sosial perempuan sebagai sentral dimana kehidupan keluarga itu dilalui. Berdasarkan sistem kekerabatan ini, terkultus sebuah tradisi dalam dunia perkawinan mereka yang dikenal dengan tradisi bajapuik. Bajapuik merupakan proses penjemputan laki-laki ketika akan melangsungkan pernikahan oleh pihak perempuan. Terdapat semacam ‘transaksional’ di dalamnya berupa: barang dan sejumlah uang yang disesuaikan dengan status sosial laki-laki. Tradisi ini tidak jarang merugikan dan bahkan memiskinkan pihak perempuan. Penelitian ini mengungkap tentang bagaimana atau apa yang melatarbelakangi perempuan Pariaman dapat menjadi pengemis di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pemilihan subjek berdasarkan teknik purposive. Informan yang dijadikan subjek adalah pengemis perempuan yang berasal dari daerah Pariaman di Kota Padang. Data yang diambil dikumpulkan melalui metode wawancara, observasi dan data sekunder terkait. Hasil studi ini menunjukkan bahwa: latarbelakang dan keberlanjutan, adanya pengemis perempuan Pariaman bukan disebabkan oleh kemiskinan, akan tetapi didorong oleh tekanan sistem sosial masyarakat yang berkaitan dengan pola perubahan tuntutan nilai bajapuik yang bercirikan ekonomi modern. Ketidakmampuan mereka dalam memenuhi besaran uang japuiktan menjadikan mereka berada di garis tepi masyarakat. Menjadi pengemis merupakan langkah adaptif demi perjuangan harga diri dan status sosial mereka di kampung halaman secara khusus dalam memenuhi tuntutan sistem sosial tradisi bajapuik tersebut.

This study focuses on the beggar woman who came from Pariaman in the city of Padang. In accordance with their culture that is matrilineal, the society of Pariaman put social status of women as a central in their family life. And based on the kinship system, Pariaman society has a tradition of marriage known by tradition bajapuik. Tradition bajapuik is a male pick-up process when getting married by a female family. There is a sort of 'transactional' in it, as follows: the goods and the amount of money that are tailored to the male social status. This tradition in fact, in substance, harm and impoverish women family. The research reveals about how or what lies behind Pariaman women can become beggars in the city of Padang. This study uses a case study with a qualitative approach. The data gathered by indepth interview, observation, and secondary data from relevant institution. The technique to choose informants is purposive. The results of this study show that the beggar woman Pariaman is not caused by poverty, but driven by social pressure system that associated with the changing of bajapuik values that characterized with modern economy. Their inability to fulfill the amount of japuiktan’s money making them on the margins of their social community. Being a beggar is a step adaptive for the cause of self-esteem and their social status in their hometown specifically in achieving the demands of the social system bajapuik tradition.

Kata Kunci : Begging, Women, Tradition of Bajapuik

  1. S2-2016-371768-abstract.pdf  
  2. S2-2016-371768-tableofcontent.pdf