Kebijakan Industri Rare Earth China
DANANG ARIF HIDAYAT, Dr. Nanang Pamuji Muga Sejati
2015 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONALDua dekade terakhir industri Rare Earth Element (REE) dunia didominasi oleh China, terutama dibidang pertambangan dan ekstraksi bijih REE. Sejak dekade 1990-an produksi China mengalami peningkatan yang signifikan dan mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan dunia. Bukan hanya melimpah, keberhasilan China mendominasi pasar juga dikarenakan material REE dari China dipasarkan dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan produksi dari negara lain. Sebagai material krusial dalam beragam bidang industri, perdagangan material tersebut dan produk produk turunanya memiliki kerentanan, mengingat posisi China yang sangat dominan dalam rantai perdagangan. Laporan dari U.S. Government Accountability Office (GAO) tahun 2010 menyebutkan bahwa 97% atau sekitar 130.000 ton kebutuhan dunia dipasok oleh China. Kondisi seperti ini tentu saja menempatkan negara-negara konsumen pada posisi yang tidak menguntungkan. Pembatasan ekspor material REE yang dilakukan pemerintah China sejak tahun 2005 misalnya, menyebabkan kelangkaan material tersebut di pasaran yang diikuti dengan meroketnya harga material REE. Beragam reaksi ditunjukkan oleh negara-negara konsumen REE China, khususnya Amerika Serikat, Jepang dan negara-negara Eropa. Kebijakan tersebut merupakan bagian dari rencana pemerintah China melakukan perombakan pada industri REE, sebagai reaksi dari perkembangan yang terjadi baik domestik maupun global. Dalam rencana pembangunannya China telah mengubah garis besar pembangunannya ke arah Sustainable Development. Pemerintah China menyadari REE memiliki potensi yang sangat besar kedepannya untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan, sehingga perlu dilakukan penyesuaian dan penataan ulang industri REE.
Rare Earth Element (REE) is a group of minerals that have special properties and irreplacable that makes it so crucial for most industries. In the late 90�s China start to gain stable foothold and dominant position in global REE industry. Since then China gain near monopoly domination as U.S. Government Accountability Office (GAO) report in 2010 stated that China supply about 130.000 tons or 97% of global REE supply chain. Since 2005 China start to reduce export quota gradualy, and later they cut off production quota. It shows that China start to move their development track as a reaction to recent domestic and international situation. As a crucial material to most industries, China realize that they must reshape their REE industry to support their long term plan.
Kata Kunci : Kebijakan Industri, Rare Earth Element