Laporkan Masalah

PERAN INTERNATIONAL NON-GOVERNMENTAL ORGANIZATION JESUIT REFUGEES SERVICE (JRS) SEBAGAI ALTERNATIF LEMBAGA PELAYANAN PENGUNGSI DI INDONESIA

GANESH CINTIKA PUTRI, Dr. Nur Rachmat Yuliantoro, S.I.P., M.A.(IR)

2016 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

Makalah ini melihat masalah pelayanan pengungsi dengan cara yang sedikit berbeda. Selama bertahun-tahun, Ilmu Hubungan Internasional memandang isu pengungsi sebagai sebuah keputusan bipolar. Pelayanan pengungsi dilihat secara hitam-putih antara menjadi humanis atau nasionalis. Menjadi nasionalis berarti menutup pintu gerbangnya sama sekali bagi kedatangan pengungsi. Sementara, menjadi humanis berarti membiarkan kedaulatan negaranya terinterupsi oleh kedatangan orang asing. Dengan menggunakan konsep kosmopolitanisme Derrida, makalah ini ingin mengatakan bahwa pelayanan terhadap pengungsi tidak bisa dilihat secara hitam-putih. Pelayanan bagi orang asing, atau yang Derrida sebut sebagai keramahtamahan ternyata dapat dilakukan di tengah aturan dan batasan oleh negara. Lebih lagi, keramahtamahan dapat ditawarkan bukan hanya oleh negara, tapi juga oleh kota, komunitas dan bahkan individu. Makalah ini membahas lebih lanjut keramahtamahan yang ditawarkan Jesuit Refugees Service, sebuah organisasi non-pemerintah yang menawarkan keramahtamahan di tengah batasan dari negara. Keramahtamahan bagi JRS adalah tentang tanggungjawab terhadap orang asing, tanggungjawab untuk melayani dan membiarkan orang asing menginterupsi diri tanpa batas dan tanpa syarat. Namun, pada akhirnya JRS membutuhkan kekuatan dan kedaulatan yang hanya dimiliki pemerintah untuk melindungi hak pengungsi secara penuh, sekalipun itu berarti JRS telah mencederai keramahtamahan yang tak terbatas.

This paper examines another way to analysis the problem of refugee. For a long period, IR scholars always see the decision on accepting refugees as a bipolar choice between humanism and nationalism. Being nationalism by closing the gate means that those countries failed to offer hospitality. But, opening the gate means that those countries have ruined their own sovereignty. By using Derrida' s concept about cosmopolitanism, this paper would say that hospitality towards refugee could not be as bipolar as we thought. Hospitality towards refugees could be done in the middle of rule and limitation held by the country. In this paper, Jesuit Refugees Service has been able to give another ways to offer hospitality in the middle of Indonesia government's restriction. Hospitality for JRS is about responsibility towards the others, responsibility to serve and let the others interrupt the self unconditionally. But in the same time, JRS need government's power and sovereignty to protect the right of refugee which in turns disgraced the unconditional hospitality.

Kata Kunci : Pengungsi, Keramahtamahan, Kosmopolitanisme, JRS

  1. S1-2016-335668-abstract.pdf  
  2. S1-2016-335668-bibliography.pdf  
  3. S1-2016-335668-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2016-335668-title.pdf