PENGELOLAAN HUTAN KEMENYAN DI DESA SOSOR TAMBOK KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
LARISKI MUNTHE, Wiyono, S.Hut., M.Si.
2016 | Tugas Akhir | D3 PENGELOLAAN HUTAN SVGetah kemenyan merupakan hasil hutan bukan kayu yang menjadi komoditas khas Sumatera Utara yang dihasilkan dari penyadapan pohon Styrax spp. Pemanfaatan kemenyan memiliki potensi cukup besar untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengelolaan hutan kemenyan, mengetahui rantai pemasaran hasil hutan kemenyan, dan mengetahui kontribusi kemenyan terhadap pendapatan masyarakat. Penelitian dilaksanakan di Desa Sosor Tambok Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan pada 20 September 2015 sampai dengan 2 Oktober 2015. Jenis data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui wawancara, observasi atau pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan petani di lapangan dan studi pustaka. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 45 orang yang terdiri dari 30 orang petani kemenyan dan 15 orang non petani kemenyan serta 6 orang informan kunci. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengelolaan hutan kemenyan di Desa Sosor Tambok masih sangat sederhana dan bersifat tradisional atau turun temurun. Kegiatan pengelolan hutan kemenyan masih berfokus pada kegiatan pengambilan hasil, belum ada upaya pengembangan budidaya dan perencanaan dalam pengelolaannya. Rantai pemasaran kemenyan terdiri dari petani kemenyan, pengumpul tingkat desa, pengumpul tingkat kecamatan, pengumpul tingkat kabupaten, dan pihak pengolah sekaligus eksportir. Sebanyak 96,67 % petani kemenyan di Desa Sosor Tambok menjual hasil panennya ke pengumpul tingkat desa. Hutan kemenyan memberikan kontribusi paling tinggi terhadap pendapatan petani kemenyan yaitu sebesar 37,2%.
Sap incense is non-wood forest product that becomes the typical commodity of North Sumatra, produced from tapping the tree Styrax spp. Utilization of styrax forest has significant potential to improve the income and welfare of the communities around the forest. This research aimed to determine the incense forest management system, to know the marketing chain of incense, and to determine the contribution of incense on public income. The research was conducted in Sosor Tambok, Doloksanggul Sub District, Humbang Hasundutan District from 20th September 2015 until 02nd October 2015. Data in this research consists of primary data and secondary data, obtained through interviews, direct observation of farmers activities in field and literature study. The number of respondents in this research were 45 people who 30 of them were styrax farmers, 15 were non styrax farmers, and 6 were key informants. Data were analyzed by descriptive qualitative and quantitative descriptive. The result showed that management system of styrax forest in Sosor Tambok is traditional and hereditary. Styrax forest management activities are still focused on harvesting activities. There has not been styrax cultivation development and management planning. Marketing chain of incense consists of styrax farmers, collectors in village level, collectors in sub district level, collectors in district level and the processors who also act as exporters. Amount of 96.67% of Sosor Tambok styrax farmers sell their crops to collectors in village level. Styrax forest give the highest contribution on income of styrax farmers, that is equal to 37.2%.
Kata Kunci : Pengelolaan hutan kemenyan, rantai pemasaran, kontribusi, Humbang Hasundutan