Laporkan Masalah

Relasi Patron-Klien Antara Pemulung dan Pengepul di TPST Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul

NIKO G HAREFA, DR., AMALINDA SAVIRANI, S.I.P., M.A.

2016 | Skripsi | S1 ILMU PEMERINTAHAN (POLITIK DAN PEMERINTAHAN)

Penelitian ini tentang relasi patron klien antara pemulung dan pengepul di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang terletak di Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Tempat ini merupakan pusat pembuangan sampah terbesar dan terluas di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan luas kurang lebih 12 Ha tempat ini dapat menampung 2,7 juta meter kubik sampah dari tiga daerah yaitu Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Tempat ini sangat strategis untuk aktifitas pemulung dan pengepul karena mereka dapat mengurangi volume sampah tersebut sekaligus menjadikannya sebagai sumber ekonomi yang menjanjikan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara pemulung dan pengepul di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang berlokasi di desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif diskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data diuji dengan teknik triangulasi data. Data yang terkumpul dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan patron klien pemulung dan pengepulnya dalam kehidupan sehari-hari di TPST berlangsung dalam bentuk yang dinamis dan saling menguntungkan. Dinamika hubungan ditandai oleh adanya proses timbal-balik sebagai akibat adanya tekanan oleh dominasi pengepul terhadap pemulung. Ketergantungan pemulung kepada pengepul dijadikan alat untuk mengontrol harga sehingga pemulung tidak memiliki daya tawar untuk menentukan harga jual rosok/barang bekas. Namun demikian, pemulung juga merasa diuntungkan karena mendapatkan kepastian mendapatkan penghasilan dengan dibelinya semua rosok oleh pengepul. Bagi pemulung yang tinggal di barak milik pengepul juga diuntungkan karena mendapatkan tempat tinggal sementara yang lebih baik daripada membangun gubuk sendiri. Hubungan patron klien tersebut tidak hanya terjadi dalam konteks ekonomi yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan kedua pihak, tetapi juga meluas ke konteks sosial dan politik.

The study is about the patron-client relationship of the scavengers and the collectors at the Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) � the integrated waste disposal site in Piyungan, Bantul. The location is the biggest and the widest waste disposal centre in special region of Yogyakarta. With an area of approximately 12 hectare, the location is able to accomodate about 2,7 millions cubic meters of waste from three areas such as Bantul, Sleman and Yogyakarta. The location is strategic for the scavengers and the collectors activity as they can decrease the volume of waste and make it as a promising economic resoursces. The study problem deals with how the relationship of the scavengers and the collectors at the TPST in Piyungan, Bantul, Yogyakarta is. The descriptive qualitative is used in the study as the methodology. The collecting data is done through some ways as like observing, interviewing and documenting. The data validity is examined with the technique of data triangulation. The collected data are analyzed through three stages which are reducing data, displaying data display and concluding. The result of the study shows that the patron-client relationship of the scavengers and the collectors in daily life at TPST goes dynamically and reciprocally profitable. The dynamic of the relationship is marked by the reciprocal process as a result of pressure by the collectors� dominance over the scavengers. The dependence of the scavengers toward the collectors is used as a tool to control prices so that the scavengers becomes powerless in bargaining prices for the trash. However, the scavengers also gain benefits for they get income from the trash purchase by the collectors and get barracks. The temporary shelter is better rather than they build up their huts. The patron-client relationship does not merely occur contextually in economics which influences the welfare improvement of both sides but also extends to a social and political context.

Kata Kunci : Self Governing Comunity, Patron-klien, Pemulung, pengepul

  1. S1-2016-267133-abstract.pdf  
  2. S1-2016-267133-bibliography.pdf  
  3. S1-2016-267133-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2016-267133-title.pdf