Feminisme dan Pergeseran Karakter La Belle dalam Film Ekranisasi "La Belle et La Bete" Karya Christophe Gans
FICHA INGGIT NASTITY, Wulan Tri Astuti, S.S.,M.A.
2016 | Skripsi | S1 SASTRA PERANCISDongeng merupakan bagian dari sastra anak yang mempunyai cerita sederhana dan singkat, digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan moral. Tetapi karena budaya membaca menjadi kurang populer, maka dongeng dialihwahanakan ke dalam animasi, drama, dan film. Alih wahana atau ekranisasi adalah pengadaptasian sebuah karya tulis ke layar lebar. Dalam setiap proses ekranisasi, selalu mengalami perubahan karena perbedaan dimensi antara dua media. Diantaranya adalah penciutan dan pelebaran cerita atau pergeseran karakter. Berkat perkembangan teknologi perfilman, banyak dongeng dialihwahanakan menjadi film dengan menempatkan perempuan sebagai peran utama. Sebuah film berpusat pada perempuan untuk mengubah persepsi penonton terhadap perempuan. Pada awalnya, film klasik menggunakan perempuan sebatas penarik perhatian. Dominasi laki-laki terlihat dari sudut pengambilan gambar atau male gaze. Kasus tersebut memicu kemunculan film feminis untuk mengubah pandangan tersebut. Novel La Belle et La Bête karya Gabrielle-Suzanne de Villeneuve dan film tahun 2014 dengan judul yang sama karya Christophe Gans akan dianalisis menggunakan teori semiotika, teknik film, dan feminisme.
ABSTRACT Fairy tale is a part of children literature that is generally is simple and short, as a media to pass the moral lesson. Nowadays, the act of reading is not quite popular, the industry of film take it as an opportunity to adapt into a film. Ecranisation is process of adapting from one medium to another. There is usually a part of the story that is either changed or reduced during the process. The changes could occur within the storyline or a shift in the characterization. Thanks to the development of film technology, a huge amounts of fairytales are adapted into both films and animated films, which place female as a protagonist. A film centered in a woman as a lead can bring a new perception about them. In the beginning, classic films only gave women roles as an ornament to beautify the film. The angle of the camera seen as a men’s domination or a male gaze. It triggers the rising of feminist film, in order to change that perception. In the novel of La Belle et La Bête written by Gabrielle-Suzanne de Villeneuve and a film with same title released in 2014 directed by Christophe Gans, will be analyzed in semiotic, cinematography, and feminism.
Kata Kunci : dongeng, ekranisasi, pergeseran karakter, film feminis, male gaze, fairytale, ecranisation, a shift in the characterization, feminist film