Laporkan Masalah

Keluar dari Stigma "Kampung Pengemis" Menuju Kampung yang Berdaya (Studi Tentang: Perubahan Stigma Negatif Melalui Keberagaman Mata Pencaharian di Dusun Karangrejek, Karangtengah, Imogiri, Bantul

RIZKA DESI NURLAILI, Prof.Dr. Partini, S.U.;Dr.Muhamad Supraja, M.Si.; Drs.Purwanto, S.U., M.Phil.

2016 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

Dusun Karangrejek mendapatkan stigma negative sebagai Kampung Pengemis. Julukan yang disematkan kepada Dusun Karangrejek menunjukkan bahwa kampung ini berbeda dari kampung-kampung lainnya karena masyarakat luar menilai bahwa seluruh warga mayarakatnya berprofesi sebagai pengemis. Hal itu tentu saja mengandung makna negatif bagi Dusun Karangrejek. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui munculnya stigma negatif di Dusun Karangrejek, Karangtengah, Imogiri, Bantul, (2) mengetahui siapa peran agensi dalam menghilangkam stigma Kampung Pengemis dan melihat upaya perubahannya (3) mengetahui perubahan mata pencaharian dan peluang usaha yang dijalankan oleh masyarakat sehingga dapat merubah pola hidup masyarakat. Metode penelitian kualitatif ini menggunakan metode penelitian yang bersifat fenomenologi. Penelitian fenomenologi ini dapat digunakan untuk mempelajari bagaimana kehidupan sosial di Dusun Karangrejek berlangsung dan melihat tingkah laku masyarakat dusun tersebut. Langkah-langkah operasional yang dilakukan dalam penelitian ini anataralain dengan melakukan wawancara secara mendalam (indepth interview). Selain itu juga melakukan pengamatan berdasarkan informasi yang telah disampaikan oleh informan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pertama, stigma negatif yang diberikan kepada Dusun Karangrejek sebagai Kampung Pengemis disebabkan karena ada sebuah kesalahpahaman. Kedua, untuk memperbaiki stigma negatif yang diberikan kepada Dusun Karangrejek tentunya memerlukan peran agensi dalam memperbaikinya. Upaya yang dilakukan untuk menghilangkan stigma negatif tersebut melalui pemberdayaan. Dalam melakukan pemberdayaan dibutuhkan tiga komponen sebagai aktor utama yang berperan dalam implementasinya. Ketiga aktor tersebut yang dikenal denga tiga pilar utama terciptanya good governance atau tatapemerintahan yang baik, yaitu pemerintah (government) melalui Dinas Sosial dan PNPM Mandiri, sektor swasta (private sector) melalui PT Yarsik dan PT Bank Negara Indonesia, dan masyarakat (civil society) yang paling berperan dalam perubahan stigma ini selain itu agama juga turut serta dalam perubahan yang terjadi di Dusun Karangrejek. Ketiga, kondisi ekonomi masyarakat dan sumber daya manusia masyarakat Dusun Karangrejek saat ini sudah jauh lebih baik. Perjuangan pemberdayaan dan pengentasan kemisinan yang dilakukan mulai tahun 1985 kini sudah membuahkan hasil. Hal itu salah satunya bisa dilihat dari kegiatan ekonomi penduduk yang berubah. Dengan integrasi potensi alam dan kualitas sumber daya manusia yang mandiri, maka Dusun Karangrejek mengembangkan dirinya sebagai kampung sentra industri. Potensi alam yang menjadi komoditas penduduk antara lain adalah industri bubut berbahan kayu mahoni, akasia, jambu mete yang bijinya diolah menjadi kacang mete, kain batik dengan pewarna alam pisang yang diolah menjadi criping pisang wilayah ini menjadi berubah. Selain memanfaatkan potensi alam penduduk juga melihat peluang usaha yang ada seperti servis sound system dan menjadi buruh rongsok.

Karangrejek Village got a negative stigma as The Beggars village. The village is different from other villages because people outside there assesses that all people from the village work as beggars. That certainly implies negative for Karangrejek Village. The aim of this study was to (1) determine the appearance of a negative stigma in the Karangrejek Village, Karangtengah, Imogiri, (2) find out the role of the agency to eliminate the stigma of Beggars village and the change effort (3) determine the change of livelihoods and business opportunities of the community so that it can change the lifestyle of them. This qualitative research methods used phenomenology methods. This method can be used to study how the social life in Karangrejek Village and see the behavior of the village community. Operational steps are performed in this study anataralain by conducting indepth interviews. In addition, make observations based on the information that has been delivered by the informant. The results from this study are the first, negative stigma given to Karangrejek Village as Beggars village is because there is a misunderstanding. Second,Karangrejek Village would require the agency's role to eliminate negative stigma. The Effort to eliminate the negative stigma is being made through empowerment. In empower needed three components as the main actor who plays a role in its implementation. The three main pillars of good governance, are the government from Department of Social and PNPM Mandiri, the private sector through PT Yarsik and PT Bank Negara Indonesia, and the civil society as the most contributed factor to change negative stigma but religion stigma also participated in the changes in the Karangrejek Village. Third, the economic conditions of society and human resources of Karangrejek Village community is now much better. Struggle empowerment and alleviation of poverty was conducted from 1985 is now yield good results. One of them can be seen from the economic activities of the population has changed. The integration potential of natural and human resources are independent so then Karangrejek Village developed as a village industry center. Natural resources as people commodities include industrial lathe made from mahogany, acacia, cashew seeds are processed into cashew nuts, batik fabric with natural dyes of banana processed into banana crimping at this region. In addition, the people are see business opportunities that exist like a sound system service and a labor trashy besides utilization of natural products.

Kata Kunci : Stigma, Negatif, Agensi, Pemberdayaan

  1. S1-2016-328713-abstract.pdf  
  2. S1-2016-328713-bibliography.pdf  
  3. S1-2016-328713-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2016-328713-title.pdf