DISTRIBUSI SPASIAL ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NURUL KUMALA SARI, Dr. Umi Listyaningsih, S.Si., M.Si

2016 | Skripsi | S1 GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN

Pendidikan merupakan kunci pembangunan, untuk itu perlu mempersiapkan generasi masa depan yang berkualitas. Angka partisipasi murni (APM) jenjang sekolah menengah pertama merupakan salah satu gambaran partisipasi pendidikan dan ukuran peningkatan pemerataan pembangunan pendidikan. Ada beberapa daerah yang belum mencapai target tersebut khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang notabene merupakan kota pelajar, nyatanya Kabupaten Gunungkidul belum mencapai 100%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa program pemerintah wajib belajar (WAJAR) 9 tahun belum terselesaikan secara tuntas. Penelitian ini bertujuan menganalisis fungsi ruang dalam mempengaruhi APM Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi APM SMP di Kabupaten Gunungkidul, DIY. Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data sekunder berasal dari Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga (Disdikpora) serta Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, dan Keluarga Berencana (BPMPKB). Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan indepth interview dengan Disdikpora, UPT Pendidikan, BPMPKB, dan BAPPEDA, serta melalui dokumentasi. Hasil analisis penelitian ini adalah (1) APM di Gunungkidul belum mencapai 100%. Terdapat APM yang belum memenuhi target (� 78%) di setiap kecamatan. (2) Zona tengah Gunungkidul nilai APM telah mencapai target, zona utara hanya Gedangsari dan Semin yang tidak mencapai target, dan zona selatan terdapat banyak kecamatan tidak memenuhi target kecuali Panggang dan Paliyan. (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi APM adalah ekonomi, budaya, dan fasilitas sekolah. Mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan psikologis berupa pendidikan karena masalah biaya. Faktor budaya tidak terlepas dari masyarakat Gunungkidul. Masyarakat pedesaan yang berfikiran sempit memandang bahwa pendidikan formal tidak begitu penting. Secara umum, dari segi fasilitas sekolah, SMP di Gunungkidul sudah mencukupi. Namun, ada beberapa sekolah yang telah memiliki beberapa kelas justru tidak sesuai dengan jumlah siswanya. Terdapat sekolah yang kekurangan siswa akibat jumlah lulusan SD yang lebih sedikit dari jumlah daya tampung SMP.

Education is the key to development, it is necessary to prepare the future generation of quality. Net enrollment rate (NER) of junior high school is one picture of enrollment and the increasing size distribution of development education. There are some areas that have not reached the target, especially the Special Region of Yogyakarta (DIY), which incidentally is a city of students, in fact Gunungkidul not reached 100%. The condition shows that the government's compulsory education program 9 years have not resolved completely. This study aimed to analyze the function of the room in influencing NER junior high school (JHS) and describe the factors that influence the NER of JHS in Gunungkidul Regency, Yogyakarta. This research is using descriptive analysis method with quantitative approach and qualitative approach . Secondary data comes from the Ministry of Youth Sports and the Agency for Community Empowerment, Women, and Family Planning. The data collection is done in two ways, is the interviews (indepth interview) to the agency and through the documentation. The results of the analysis of this study were (1) NER in Gunungkidul not reached 100%. There NER that have not met the target (� 78%) in each district. (2) The middle zone of Gunungkidul NER value has reached the target, just north zone Gedangsari and Semin is not reach the target, and the southern zone there are many districts did not meet the target unless Panggang and Paliyan. (3) Factors that affect NER is the economic, cultural, and educational facilities. They were not able to meet the psychological needs such as education because of the cost. Cultural factors can not be separated from Gunungkidul society. Rural communities narrow-minded view that formal education is not important. In general, in terms of facilities school, JHS in Gunungkidul suffice. However, there are some schools that have had some classes did not comply with a number of students. There is a shortage of school students due to the number of primary school graduates is less than the number of capacity.

Kata Kunci : Kata Pendidikan, APM, Ekonomi, Budaya, dan Fasilitas Sekolah, Education, NER, Economic, Cultural, and Educational Facilities