PERBANDINGAN ANTARA PEMBERIAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA SEKSIO SESAR SESUAI CLINICAL PATHWAY RSUP DR SARDJITO DENGAN ANTIBIOTIKA DOSIS MULTIPEL TERHADAP KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI
ARDIAN RAHMANSYAH, Prof. dr. Moh. Hakimi, MPH, Ph.D., Sp.OG(K).
2014 | Tesis | SP Ilmu Kebidanan dan Penyakit KandunganLatar belakang: Alur klinis menganjurkan penggunaan antibiotika profilaksis jangka pendek untuk seksio sesarea. Penggunaan antibiotika jangka panjang atau dosis multipel masih ditemukan. Terdapat perbedaan cara pemberian dan jumlah dosis yang diberikan pada tempat peneliti. Tujuan: Mengetahui keefektifan antibiotika profilaksis jangka pendek pada seksio sesarea sesuai alur klinis dalam pencegahan infeksi luka operasi (ILO), kejadian demam, kejadian disuria, lama rawat inap, serta mencari bukti klinis lokal. Metodologi: Uji klinik secara random. Subyek penelitian yang menjalani seksio sesarea dan memenuhi kriteria inklusi dan eklusi pada periode Juli 2013 sampai Januari 2014 dibagi menjadi kelompok uji (n=52) yang mendapat ampisilin 2 gram pra dan pasca seksio sesarea, dan kelompok kontrol (n=54) yang mendapat ampisilin 2 gram pra seksio sesarea dan 1 gram tiap 8 jam sebanyak 6 kali. Dilakukan pengamatan pada hari ke 3 dan ke 10 pasca seksio sesarea. Luaran primer yang dinilai adalah kejadian infeksi luka operasi berdasarkan kriteria surgical site infection Center for Disease Control and Prevention. Luaran sekunder yang dinilai adalah kejadian demam, kejadian disuria, lama rawat inap. Dilakukan analisis homogenitas pada subyek. Analisis luaran dilakukan dengan analisis bivariate uji t dan uji kei kuadrat. Hasil: Sebanyak 106 subyek dapat dianalisis. Kejadian ILO pada kelompok uji di hari ke 3 sebesar 3,8% (n=52) dan kelompok kontrol sebesar 1,84% (n=54) dengan p>0,05 RR 2,077 (IK 95% 0,194 – 22,219). Pada hari ke 10 sebesar 7,7% (n=52) pada kelompok uji berbanding 9,3% (n=54) pada kontrol dengan p >0,05 RR 0,831 (IK 95%; 0,236 – 2,924). Kejadian demam pada hari ke 3 sebesar 5,8% pada kelompok uji berbanding 3,7% pada kontrol dengan p>0,05 RR 1,558 (IK 95% 0,271 – 8,948) dan hari ke 10 sebesar 3,8% berbanding 3,7% dengan p>0,05 RR 1,038 (IK 95% 0,152 – 7,102). Tidak ditemukan disuria pada hari ke 3. Pada hari ke 10 sebanyak 5,8% pada kelompok uji berbanding 11,1% dengan p>0,05 RR 0,519 (IK95% 0,137 – 1,968). Lama rawat inap pasca seksio sesarea selama 3,21±0,412 hari pada kelompok uji dan 3,26±0,442 hari pada kelompok kontrol dengan nilai p>0,05 (IK 95% -0,213 – 0,117). Kesimpulan: Tidak ada perbedaan bermakna pada kejadian infeksi luka operasi, kejadian demam, kejadian disuria, lama rawat inap antara pemberian antibiotika profilaksis ampisilin jangka pendek sesuai alur klinis dan jangka panjang atau dosis multipel. Cara sesuai alur klinis lebih efisien dengan keefektifan yang sama dalam mencegah luaran penelitian. Kata kunci: antibiotika profilaksis, jangka pendek, jangka panjang. ampisillin, seksio sesarea, infeksi luka operasi.
Background: Clinical pathway recommend the use of short-term prophylaxis antibiotics for cesarean section. Long-term antibiotics or multiple doses was found in clinical practice. There are differences in the mode of administration and the number of doses administered at the site of the researcher. Objective: To determine the effectiveness of short-term antibiotic prophylaxis in cesarean section appropriate to clinical pathway in the prevention of surgical site infection (ssi), the incidence of fever, dysuria events, length of stay, as well as conclude a local clinical evidence based. Methodology: Randomized clinical trial. The study subjects who underwent cesarean section and meet the inclusion and exclusion criteria in the period July 2013 to January 2014 divided into a test group (n = 52) who received ampicillin 2 gram pre and postcesarean section, and a control group (n = 54) who received ampicillin 2 gram pre cesarean section and 1 gram every 8 hours for 6 times. Observed on days 3 and 10 postcesarean section. The primary outcomes assessed were the incidence of surgical wound infection based on the criteria of surgical site infection from Centers for Disease Control and Prevention. Secondary outcomes assessed were the incidence of fever, dysuria events, length of stay. Homogeneity analysis were conducted on subject. Outcome analysis performed bivariate with t test and chi squared test. Results: A total of 106 subjects can be analyzed. SSI events in the test group at day 3 was 3.8% (n = 52) and control group was 1.84% (n = 54) with p>0.05 RR 2.077 (95% CI 0.194 to 22.219). SSI on day 10 of 7.7% (n = 52) in the test group versus 9.3% (n = 54) in controls with p<0.05 RR 0.831 (CI 95%, 0.236 to 2.924). Fever events on day 3 by 5.8% in the test group versus 3.7% in controls with p>0.05 RR 1.558 (95% CI 0.271 to 8.948) and on day 10 was 3.8% versus 3.7 % with p>0.05 RR 1.038 (95% CI 0.152 to 7.102). Dysuria not found on day 3 and on day 10 found 5.8% in the test group versus 11.1% with p>0.05 RR 0.519 (IK95% 0.137 to 1.968). Length of stay after cesarean section for 3.21 ± 0.412 days in the test group and 3.26 ± 0.442 days in the control group with p>0.05 (95% CI -0.213 - 0.117). Conclusion: There is no significant difference in the incidence of surgical wound infections, the incidence of fever, dysuria, length of stay between short-term prophylaxis antibiotics ampicillin appropriate to clinical pathway and long-term or multiple doses prophylaxis antibiotics. Short term antibiotics prophylaxis are more efficiently with the same effectiveness in preventing outcomes research. Keywords: prophylaxis antibiotics, ampicillin, short term regimen, long term regimen, cesarean section, surgical site infection
Kata Kunci : antibiotika profilaksis, jangka pendek, jangka panjang. ampisillin, seksio sesarea, infeksi luka operasi.;