WACANA PERINGATAN PUBLIK BERBAHASA INDONESIA DI YOGYAKARTAKAJIAN PRAGMATIK
SEPTIAN WULANDARI, Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A.
2014 | Skripsi | SASTRA INDONESIAPenelitian yang berjudul “Wacana Peringatan Publik Berbahasa Indonesia di Yogyakarta: Kajian Pragmatik†bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk, jenis-jenis tindak tutur, dan tingkat-tingkat kesantunan dalam konteks kemasyarakatan yang terdapat dalam wacana peringatan publik. Data diambil di wilayah Yogyakarta khususnya Condong Catur yang meliputi wilayah Minomartani, Perumnas, Sanggrahan, Jalan Affandi, dan sekitarnya. Dengan memfokuskan pada wacana peringatan dalam bentuk tertulis, data diperoleh melalui metode observasi dengan teknik catat pada kartu data. Data kemudian diklasifikasikan dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Penyajian dilakukan dengan metode informal tanpa menggunakan lambang-lambang linguistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wacana peringatan tertulis di Yogyakarta banyak dijumpai dan banyak disampaikan dalam bentuk singkat supaya makna dari pesan tersebut mudah dipahami dan dilaksanakan. Bentukbentuk wacana tersebut berupa frase dan kalimat, dan gabungan kalimat. Kalimat dapat berupa kalimat minor, kalimat tunggal, dan kalimat majemuk yang dapat dinyatakan dalam modus deklaratif dan imperatif, baik aktif maupun pasif. Gabungan kalimat dinyatakan dalam bentuk pola wacana yang meliputi kalimat berita-kalimat berita, kalimat perintah-kalimat berita, kalimat tanya-kalimat berita, dan kalimat tanya-kalimat perintah. Secara pragmatis, wacana peringatan merupakan wacana direktif. Penyampaiannya bertujuan mengatur tingkah laku orang lain dan menyebabkan sesuatu terjadi. Penyampaiannya dapat berupa tindak tutur langsung dalam bentuk imperatif, dan tindak tutur tidak langsung dalam bentuk deklaratif dan introgatif. Tingkat kesantunan dalam wacana peringatan meliputi kesantunan linguistik, yang berupa panjang pendek tuturan, urutan tuturan, pemakaian partikel –lah, dan pemakaian leksikon tertentu serta kesantunan pragmatik yang dinyatakan dalam bentuk pemanfaatan tindak tutur tidak langsung dan pemanfaatan prinsip kesopanan.
The research entitled “Indonesian Public Warning Discourse in Yogyakarta: A Pragmatic Analysis†was intended to describe forms, type of speech act, and politeness level in society context contained in public warning discourse. Data was taken in Yogyakarta particularly in Condong Catur that include Minomartani, Perumnas, Sanggrahan, Affandi Street and around. By focusing on written warning discourse, data was obtained by observation method and recording data in data sheet. Data was classified and analyzed using contextual approach. Presentation was done with informal method without using linguistic symbols. Result of the research indicated that written warning discourse in Yogyakarta is mostly found and delivered in short form so meaning of the massage is understandable and easily done. Form of the discourse may be phrase, sentence and sentence combination. Sentence may be minor sentence, single sentence, and complex sentence that can be stated in declarative and imperative modus in active or passive form. Sentence combination is stated in discourse pattern including declarative sentence- declarative sentence, imperative sentencedeclarative sentence, interrogative sentence-declarative sentence, and interrogative sentence-imperative sentence. In pragmatic view, warning discourse is a directive discourse. Its presentation is to regulate other’s behavior and causes something occurs. Its delivery may be direct speech act in imperative form and indirect speech act in declarative and interrogative form. Politeness level in warning discourse include linguistic politeness, which include speech length, speech order, particle –lah usage, certain lexicon usage and pragmatic politeness stated in use of indirect speech act and use of politeness principle.
Kata Kunci : wacana peringatan, tindak tutur direktif, tingkat kesantunan