Laporkan Masalah

Kajian dialektologi diakronis enklave Melayu Bacan, Ternate, dan Sula di Provinsi Maluku Utara

DUWILA, Ety, Dr. Inyo Yos Fernandez

2009 | Tesis | S2 Linguistik

Penelitian tentang enklave Melayu Bacan (MB), Melayu Ternate (MT), dan Melayu Sula (MS) di Provinsi Maluku Utara menggunakan kajian dialektologi diakronis. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan ciri-ciri linguistik MB, MT, dan MS, serta menentukan daerah relik maupun daerah inovasi ditinjau dari perspektif sinkronis dan diakronis. Data penelitian diambil dengan menggunakan daftar kosa kata Swadesh dan Holle di tiga daerah pengamatan, yaitu: Kelurahan Sangaji, Kecamatan Kota Ternate; Desa Amasing Kota, Kecamatan Bacan; dan Desa Falahu, Kecamatan Sanana. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode pupuan lapangan dengan teknik catat dan rekam. Data dianalisis dengan menerapkan metode kuantitatif dan kualitatif. Hasil analisis disajikan secara formal dan informal. Hasil analisis secara sinkronis memperlihatkan: MB memiliki 21 konsonan dan lima vokal; MT memiliki 20 konsonan, lima vokal, dan tiga vokal panjang; MS memiliki 19 konsonan, lima vokal dan tiga vokal panjang. Gugus konsonan ditemukan pada MB dan MS. Prefiks {maN-}, {ba(r)-}, {paN-}, {ta-}, {na-}; sufiks {-i} dan {-akaG}; serta bentuk klitik ditemukan pada MB, sedangkan prefiks {maN-}, {ba(r)-}, {paN-}, {ta(r)-}, dan {kase-} serta prefiks resiprokal {baku-} ditemukan pada MT dan MS. Hasil penelitian secara diakronis menunjukkan pertama, MB, MT, dan MS memiliki tiga vokal retensi, yaitu: /a/, /i/, dan /u/ serta dua vokal hasil inovasi bersama, yaitu /e/ dan /o/. Inovasi bersama berupa merger, yaitu: protofonem nasal *n, *m, *G > N /-#; delisi *h dan *?; subtitusi *| > a pada ultima serta subtitusi *| > a, e, o pada penultima. Dalam MB, MT, dan MS ditemukan perubahan berupa monoftongisasi, sinkop, protesis, metatesis, dan asimilasi. Fonem *k dan *t /-# mengalami retensi dalam MB, sedangkan MT dan MS *k > Ø dan *t lesap sebagian. Vokal tinggi ultima *u dan *i mengalami retensi dalam MB, sedangkan dalam MT dan MS mengalami perendahan vokal menjadi /o/ dan /e/. Penyesuaian vokal *| pada penultima menyebabkan terjadinya pemanjangan vokal ultima dalam MT dan MS. Kedua, Fungsi verba transitif dalam MB, MT dan MS lebih banyak berupa verba dasar tanpa pemarkah. Selain itu, digunakan prefiks {ba(r)-} (dalam MB, MT, dan MS), prefiks retensi berupa sufiks {-i} (dalam MB), dan prefiks inovasi berupa prefiks {kase-} (dalam MT dan MS). Fungsi verba transitif {paN-} merupakan ciri inovasi kognitif dalam MT dan MS. Ketiga, inovasi leksikal secara eksternal pada MB berupa kata serapan dari bahasa Ternate; pada MT berupa kata serapan dari bahasa Belanda, bahasa Portugis, dan bahasa Tenate; dan pada MS berupa kata serapan dari Melayu Ambon dan bahasa Belanda. Kata-kata yang mengalami kontraksi ditemukan dalam MT dan MS. Hasil analisis membuktikan bahwa MB masih banyak memelihara unsur relik, sehingga dapat dikatakan Bacan sebagai daerah relik, sedangkan Ternate dan Kep.Sula merupakan daerah inovasi.

The research on enclaves of Bacan Malay (MB), Ternate Malay (MT), and Sula Malay (MS) in North Moluccas employs diachronic dialectological analysis. This research is intended to describe linguistic features of MB, MT, and MS as well as determining the relic and innovation areas viewed synchronically and diachronically. The data are taken by means of Swadesh and Holle Wordslist in three areas, namely, Sangaji village of Ternate Kota district, Amasing Kota village of Bacan district, and Falahu village of Sanana district. Data collecting is done by recording and note taking techniques. While, data analysis is executed by qualitative and quantitative methods. The results of data analysis are presented formally and informally. The results of synchronic analysis indicate that MB consists of 21 consonants and 5 vowels; MT consists of 20 consonants, 5 vowels, and 3 long vowels. Consonant clusters are found in MB and MS. Prefix {maN-}, {ba(r)-}, {paN-}, {ta-}, {na-}; suffix {-i} and {-akaG}; and also clitics are found in MB. On the other hand, prefix {maN-}, {ba(r)-}, {paN-}, {ta(r)-), and {kase-} along with reciprocal {baku-} are found in MT and MS. Meanwhile, the results of diachronic analysis show that MB, MT, and MS consist of three retention vowels, namely, /a/, /i/, and /u/ as well as two shared innovation vowels, namely, /e/ and /o/. Shared innovation in the form of merging: nasal protophoneme *n, *m, *G > N /-#; deletion *h and *?; and substitution of *| > a at ultima and substitution of *| > a, e, o at penultma. There are monophthongisation, syncope, prothesis, metathesis, and assimilation in MB, MT, and MS. Phonemes *k and *t /-# undergo retention in MB. Whereas in MT and MS *k > Ø and *t are partly deleted. High ultima vowels *u and *i undergo retention in MB, while, in MT and MS they undergo vowel weakening into /o/ and /e/. The adaptation of vowel *| at penultima results in the ultima vowel prolongation in MT and MS. The function of transitive verbs in MB, MS, and MT tends to be base verbs without marker. Besides, prefix {ba(r)-} is used in MB, MT, and MS, suffix {-i} in MB, prefix {kase-} in MT and MS. The function of transitive verb {paN-} serves as a characteristic of cognitive innovation in MT and MS. External lexical innovation in MB is in the form of lexical absorption from Ternate; in MT is in the form of lexical absorption from Dutch, Portuguese, and Ternate; in MS is in the form of lexical absorption from Ambon Malay and Dutch. Contracted words are found in MT and MS. The results of the analysis verify that MB much keep relic elements, therefore, Bacan is said as a relic area. On the other hand, Ternate and Sula belong to innovation areas.

Kata Kunci : Linguistik Sinkronis, Linguistik Diakronis, Retensi dan Inovasi, Linguistic Synchronic, Linguistic Diachronic, Retention and Innovation


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.