Laporkan Masalah

Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja putri SMAN di Kota Bengkulu tahun 2007

WURYANI, Wiwik, Joko Susilo, SKM, M.Kes

2008 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang : Belum adanya angka prevalensi status gizi pada remaja di kota Bengkulu, masih tingginya angka kematian seperti Angka Kematian Bayi (AKB) 1,44%, Angka Kematian Balita 0,1% ,Angka Kematian Ibu (AKI) 0,1% dan tingginya proporsi Wanita Usia subur Kurang Energi Kronis (WUS KEK) 22,9%. Akibat dari tingginya angka WUS KEK, maka berdampak pada tingginya angka kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) 10,4% dan Balita Kurang Energi Protein (KEP) 12,1% di Kota Bengkulu. Sedangkan angka morbiditas yang kemungkinan akan menjadi dampak status gizi kurang pada remaja adalah tingginya angka penderita malaria (25,9%) di Kota Bengkulu. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar prevalensi gizi kurang dan faktor-faktor apa yang berhubungan dengan status gizi pada remaja putri SMAN di Kota Bengkulu. Metode : Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan rancangan cross sectional dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2007. Populasi penelitian ini adalah remaja putri kelas XI SMAN di Kota Bengkulu dengan total sampel 381 orang. Variabel bebas dikumpulkan dengan kuesioner dan variabel terikat dikumpulkan dengan pengukuran Indek Massa Tubuh (IMT). Pengolahan data secara univariat,bivariat dan multivariat. Hasil : Prevalensi gizi kurang remaja sebesar 27,8 %.Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara asupan total energi (p=0,015), asupan protein (p=0,034), asupan lemak (p=0,027, asupan karbohidrat (p=0,023), dan status riwayat malaria (p=0,019) dengan status gizi. Tidak ada hubungan antara asupan vitamin C ( p=0,834), asupan zat besi (p=0,762) dengan status gizi. Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dan pengetahuan gizi remaja dengan asupan gizi. Variabel paling dominan mempengaruhi status gizi adalah Status riwayat malaria (p=0,010) dengan nilai Exp(B)=1,83. Kantin sekolah dari 5 SMAN yang menjadi lokasi penelitian belum dikelola sekolah. Kesimpulan : Asupan gizi remaja masih banyak yang kurang dari 80 % Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan akan lebih baik apabila diberikan tambahan pengetahuan mengenai gizi seimbang sehingga akan mempengaruhi pola makan mereka di rumah maupun di sekolah dan akan meningkatkan status gizi remaja.

Background: The prevalence of malnourishment among teenagers at Bengkulu Municipality has never been studied. Mortality rate is relatively high such as infant mortality (1.44%), children under five mortality (0.1%); maternal mortality (0.1%) and the proportion of eligible women with chronic energy deficiency is high (22.9%). High proportion of eligible women with chronic energy deficiency brings impact to high prevalence of low birth weight of infants (10.4%) and children under five with chronic energy deficiency (12.1%) at Bengkulu Municipality. Meanwhile morbidity which may bring impact to malnourished nutrition status of teenagers at Bengkulu Municipality is high morbidity of malaria (25.9%). Objective: The study aimed to identify the prevalence of malnourishment and factors related to nutrition status of senior high school female teenagers at Bengkulu Municipality. Method: The study was observational with cross sectional design. Data were collected from October to December 2007. Population of the study were female teenagers of grade XI senior high schools at Bengkulu Municipality with as many as 381 samples. Data of independent variable were obtained through questionnaire and dependent variable were obtained through the measurement of body mass index. Data analysis used univariable, bivariable and multivariable techniques. Result: The prevalence of malnourishment among female teenagers was 27.8%. The result of chi square analysis showed that there was significant relationship between total energy intake (p=0.015), protein intake (p=0.034), fat intake (p=0.027), carbohydrate intake (p=0.023), status of malaria history (p=0.019) and nutrition status. There was no relationship between intake of vitamin C (p=0.83), iron (p=0.762) and nutrition status. There was no relationship between education of mothers and knowledge of teenagers about nutrition and nutrition intake. Variable most dominantly affected nutrition status was status of malaria history (p=0.010) with ß=1.83. School canteens at 5 senior high schools which were studied were not managed by the school. Conclusion: Nutrition intake of teenagers was mostly less than 80%. Recommended Dietary Allowance (RDA) could be better if teenagers were informed about balanced nutrition so that it could affect their consumption pattern either at home or at school and increase their nutrition status.

Kata Kunci : Asupan gizi,Status gizi,Remaja putri,Nutrition intake, nutrition status, female teenagers


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.