Laporkan Masalah

Evaluasi ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) sebelum dan setelah desentralisasi di Kotamadya Jakarta Selatan dan Kabupaten Bekasi

RUSTIAN, dr. Sulanto Saleh Danu, SpFK

2005 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang : Penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan salah satu bidang yang diserahkan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, agar masyarakat yang membutuhkan pelayanan mudah mengaksesnya. Sebelum desentralisasi anggaran OAT hanya berasal dari anggaran program pusat dan setelah pelaksanaan desentralisasi anggaran OAT berasal dari anggaran daerah dan anggraran program kesehatan pusat. Untuk mengetahui ketersediaan OAT tersebut perlu dilakukan evaluasi ketersediaan OAT di Kotamadya Jakarta Selatan dan Kabupaten Bekasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi ketersediaan OAT. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan arahan untuk mengetahui ketersediaan OAT memalui perencanaan, pengadaan dan pendistribusian setelah desentralisasi di Kotamadya Jakarta Selatan dan Kabupaten Bekasi. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perencanaan, pengadaan dan pendistribusian OAT sebelum dan setelah desentralisasi. Metode Penelitian : Rancangan penelitian bersifat deskriptif, dengan unit analisis Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. Hasil Penelitian : Diperoleh tidak ada perbedaan perencanaan dan pendistribusian OAT sebelum dan setelah desentralisasi. Pada pengadaan OAT sebelum desentralisasi dipenuhi dari anggaran pusat dan setelah desentralisasi selain dipenuhi dari anggaran pusat dapat menggunakan anggaran daerah bagi daerah yang kaya. Sebelum desentralisasi ketersediaan OAT kategori 1, kategori 2, kategori 3, kategori sisipan dan kategori anak kondisi aman, setelah desentralisasi OAT kategori 1, kategori 2, dan kategori 3 kondisi aman, kategori sisipan kondisi berlebih, kategori anak kondisi aman pada Kotamadya Jakarta Selatan. Pada Kabupaten Bekasi ketersediaan OAT sebelum pelaksanaan desentralisasi OAT kategori 1 kondisi berlebih, kategori 2 kondisi aman, kategori 3 kondisi aman, kategori sisipan kondisi berlebih dan kategori anak kondisi aman, setelah pelaksanaan desentralisasi OAT kategori 1 dan kategori 2 kondisi berlebih, kategori 3 kondisi aman, kategori sisipan kondisi berlebih, kategori anak kondisi aman. Kesimpulan dan saran : Dapat disimpulkan dengan adanya anggaran daerah untuk pengadaan OAT sehingga bisa menyebabkan kelebihan OAT, sementara pemenuhan ketersediaan OAT masih dari program pusat. Langkah antisipasi yang dapat dilakukan adalah Pemerintah Pusat memberikan informasi diawal tahun anggaran mengenai anggaran OAT masih dipenuhi dari anggaran program kesehatan Pusat.Diberi kewenangan pada Dinas Kesehatan dalam realokasi OAT antar Kabupaten/Kota supaya tidak terjadi kadaluarsa .

Background : Community health Service is a sector that has become the responsibility of all Indonesian regencies with regards to the implementation to execution decentralization,so that society requiring service easy to access . Before decentralization of budget TB drugs only coming from program budget center and after execution decentralize the budget TB drugs come from budget of area and Medicare center. To know the the availability TB drugs require to be done by evaluation of availability TB drugs in Municipality of South Jakarta and District Bekasi. Research aim to know the condition of availability TB drugs . Result of research expected can give the instruction to know the availability TB drugs lose face the planning, procurement and distribution after decentralization in Municipality of South Jakarta and District Bekasi. Objective : To evaluate To know the planning, procurement and distribution TB drugs before and after decentralization. Methods : The character of descriptive method on the analysis unit in Municipality of South Jakarta Health Service Office and in District Bekasi Health Service Office. Data collecting done by retrospektif and prospektif. Results : Obtained by no difference of planning and distribution TB drugs before and after decentralization. Procurement TB drugs before decentralization fulfilled from budget center and after decentralization besides fulfilled from center budget can use the area budget to rich area. Before decentralization of availability TB drugs category 1, category 2, category 3, inset category and category the peaceful condition child, after decentralization TB drugs category 1, category 2, and category 3 peaceful condition, categorize the excessive condition inset, categorize the peaceful condition child at Municipality of South Jakarta. District Bekasi of availability TB drugs before execution decentralize the TB drugs categorize 1 excessive condition, categorize 2 peaceful condition, categorize 3 peaceful condition, categorize the excessive condition inset and categorize the peaceful condition child, after execution decentralize the TB drugs category 1 and category 2 excessive condition, category 3 peaceful condition, category the excessive condition inset, category the peaceful condition child. Conclusion and Suggestion : Inferential with the existence of area budget for the procurement of TB drugs so that can cause the excess TB drugs, where as accomplishment of availability TB drugs still from program center the. Anticipatory step able to be doneby is Central Government give the information of early budget year concerning budget TB drugs still fulfilled from budget of Public Health Service in reallokacation TB drugs between district/Municipality town so that is not happened by the expire.

Kata Kunci : Kebijakan Obat, Ketersediaan Obat Anti TB, Desentralisasi, Decentralization, Availibility TB drugs, Health Service Office.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.