Laporkan Masalah

GASTRONOMI SUNDA SEBAGAI ATRAKSI WISATA DI KOTA BANDUNG

DEWI TURGARINI, Prof. Dr. Muhammad Baiquni, MA dan Prof. Dr. Eni Harmayani

2018 | Disertasi | DOKTOR KAJIAN PARIWISATA

Kota Bandung adalah ibu kota provinsi sekaligus representasi Jawa Barat. Daerah ini memiliki harta gastronomi yang elegan, termasuk berbagai spesialisasi khas Sunda yang lezat, lengkap dengan pemrosesan, presentasi, dan penyajian. Gastronomi Sunda di Kotamadya Bandung memiliki suasana, daya tarik dan lanskap makanan yang berbeda dari daerah lain. Perbedaan ini merupakan hasil interaksi budaya dan akulturasi yang telah berlangsung selama berabad-abad. Sayangnya, daya tarik gastronomi Sunda belum menjadi daya tarik wisata yang diburu oleh pelancong, karena selama ini hanya menekankan pada makanan yang digunakan sebagai sumber pasokan untuk kebutuhan fisik manusia. Untuk alasan ini, sangat menarik untuk mempelajari keahlian memasak Sunda dan lanskap makanannya, untuk mendukung pariwisata gastro-kota dan gastronomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji faktor-faktor yang menarik wisatawan untuk berkunjung, melakukan inventarisasi jenis gastronomi Sunda yang ada, melakukan studi foodcape dan sumber transmisi makanan ke kota Bandung. Penelitian ini juga dilakukan untuk mempelajari faktor gastronomi Sunda yang mempengaruhi daya tarik, dan menentukan makanan Sunda yang mendapat prioritas untuk dikembangkan menjadi fasilitas wisata. Fokus dari penelitian ini adalah di kota Bandung. Data penelitian dikumpulkan dengan observasi dan survei. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Sampel adalah 130 wisatawan masing-masing diambil dengan convenience sampling dan 130 orang dari Kota Bandung diambil secara purposive. Alat analisis yang digunakan adalah analisis faktor dan AHP (Analytic Hierarchy Process). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, faktor-faktor yang menarik wisatawan yang mengunjungi kota Bandung adalah atraksi yang unik, minat khusus (misalnya MICE, penelitian, dan keluarga tamu), harga terjangkau, penyegaran, warisan budaya, tamasya, kebutuhan pribadi, dekat dengan domisili , vitalitas kehidupan, dan kehadiran keahlian memasak Sunda. Kedua, ada 303 jenis resep yang terkait dengan keahlian memasak Sunda di kota Bandung. Resep terdiri dari 40 makanan utama, 92 makanan pelengkap (sayuran), makanan lengkap 27 resep, makanan ringan 79 resep, kerupuk 26 resep, dan kemudian manisan, salad dan acar 12 resep, aneka macam minuman 14 resep, dan sambal 13. Ketiga, kotamadya Bandung adalah foodcape, serta muara gastronomi Sunda. Bahan makanan dari kota ini ditransmisikan dan mengalir dari gudang makanan, baik dari dalam maupun luar negeri, sebagian besar menggunakan layanan jaringan makanan lokal. Keempat, faktor daya tarik gastronomi Sunda adalah gastro-diplomasi, dan setelah itu rasa, rasa dan kualitas makanan, efek positif pada kesehatan (nutrisi, kebersihan dan kesegaran makanan), variasi makanan, kebersihan restoran, dan cerita yang dapat disampaikan dari mulut ke mulut. Akhirnya, prioritas gastronomi Sunda yang dikembangkan untuk pariwisata adalah kelompok makanan ringan. Simping, Peuyem Sampeu dan Surabi (diprakarsai oleh Kemenpar RI) adalah produk yang dipilih untuk menjadi ikon makanan dan cinderamata makanan Bandung. Oleh karena itu, ketiganya diharapkan menjadi makanan unggulan untuk mengurangi pengaruh masakan asing dan masakan nusantara lainnya di kota Bandung. Tentu saja ketiga makanan tersebut harus dikemas dengan cara yang unik dan menarik. Secara holistik kebaruan penelitian ini adalah menunjukkan gastronomi Sunda sebagai bentuk budaya yang menjadi daya tarik Kota Bandung serta ruang memori atau memori kolektif. Meskipun demikian, kota Bandung sendiri merupakan foodcape yang berhubungan dengan gudang makanan di daerah sekitarnya. Prioritas pengembangan gastronomi Sunda sebagai dukungan untuk wisata gastronomi di Bandung adalah Simping, Peuyem Sampeu dan Surabi. Dengan demikian kontribusi penelitian ini terhadap pariwisata adalah untuk menunjukkan bahwa gastronomi Sunda (1) elemen daya tarik di tujuan wisata dan (2) atribut penting dalam pengembangan tujuan wisata perjalanan.

The city of Bandung is the provincial capital as well as the representation of West Java. This area has an elegant gastronomic treasure, including a variety of delicious Sundanese specialties, complete with processing, presentation and serving. Sundanese gastronomy in the Bandung Municipality has a different atmosphere, attractiveness and foodcape than other regions. This difference is the result of cultural interaction and acculturation, which has been going on for centuries. Unfortunately, Sundanese gastronomic attraction has not become a tourist attraction that is hunted by travelers, because so far it only emphasizes on food that is used as a source of supply for human physical needs. For this reason, it is very interesting to study Sundanese gastronomy and its foodcape, to support gastro-city and gastronomic tourism. The aim of this study is to examine the factors that attract tourists to visit, conduct an inventory of the existing Sundanese gastronomic types, conduct a study of foodscape and the source of food transmission to the Bandung municipality. The study was also conducted to study Sundanese gastronomic factors that influence attractiveness, and determine Sundanese food that gets priority to be developed into tourism amenities. The focus of the research is on the Bandung municipality. The research data was collected by observation and survey. This study uses primary and secondary data. The samples were 130 tourists each taken by convenience sampling and 130 people of Bandung City were taken purposively. The analytical tool used is factor analysis and AHP (Analytic Hierarchy Process). The results show that, first, the factors that attract tourists visiting the Bandung municipality are unique attractions, special interest (eg MICE, research, and visiting family), affordable prices, refreshment, cultural heritage, sightseeing, personal needs, near by the domicile, life vitality, and the presence of Sundanese gastronomy. Second, there are 303 types of recipes related to Sundanese gastronomy in the city of Bandung. The recipes consists of 40 main meals, 92 complementary meals (vegetables), complete meals 27 menus, snacks 79 recipes, crackers 26 recipes, and then candied, salad and pickled 12 menus, various kinds of beverage 14 recipes, and chili recipes 13 recipes. Third, the Bandung municipality is a foodcape, as well as the Sundanese gastronomic estuary. Foodstuffs of this city are transmitted and flowed from foodshed, both from within and outside the country, mostly using local food network services. Fourth, the Sundanese gastronomic attractiveness factors are gastro-diplomacy, and afterward taste, flavour and quality of food, positive effects on health (nutrition, cleanliness and freshness of food), variations in food, cleanliness of restaurants, and stories that can be conveyed by word of mouth. Finally, the Sundanese gastronomic priority developed for tourism is a snack group. Simping, Peuyem Sampeu and Surabi (initiated by Kemenpar RI) are selected products to become Bandung food icons and food souvenirs. Therefore, the three are expected to become seeded food to reduce the influence of foreign cuisine and other archipelago cuisine in the Bandung municipality. Of course, the three foods must be packaged in a unique and attractive way. Holistically the novelty of this research is to show the Sundanese gastronomy as a form of culture that is the attraction of Bandung Municipality as well as memory space or collective memory. Nevertheless, Bandung municipality itself is a large foodshed-related foodcape in the surrounding area. The priority of Sundanese gastronomic development as a support for gastronomic tourism in Bandung is Simping, Peuyem Sampeu and Surabi. Thus the contribution of this research to tourism is to show that Sundanese gastronomy (1) an element of attraction in tourist destination and (2) an important attribute in the development of tourist travel destinations. Keywords: Sundanese, gastronomy, Bandung, unique, variations, foodscape, foodshed, snack

Kata Kunci : Sunda, gastronomI, Bandung, unik, variasi, foodscape, foodshed, kudapan

  1. s3-2018-352264-abstract.pdf  
  2. S3-2018-352264-bibliography.pdf  
  3. S3-2018-352264-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2018-352264-title.pdf