Peran Semar dalam teks Melayu :: Suntingan teks serta kajian peran dan makna Semar dalam Hikayat Agung Sakti
SUDARDI, Bani, Promotor Prof.Dr. Hj. Siti Chamamah Soeratno
2003 | Disertasi | S3 Ilmu SastraDisertasi berjudul Peran Semar dalam Teks Melayu Suntingan Teks serta Kajian Peran dan Makna Semar dalam Hikayat Agung Sakti ini bertujuan mengungkapkan peran dan makna Semar dalam masyarakat Melayu-Betawi pada sekitar abad ke-19. Penelitian ini juga bertujuan mengungkapkan proses transformasi dan resepsi masyarakat Melayu-Betawi terhadap Semar. Oleh karena Hikayat Agung Sakti masih dalam bentuk naskah, maka termasuk tujuan penelitian ini ialah menyediakan siintingan teks Mikayat Agung Sakti secara filologis sehingga dihasilkan suntingan yang dapat dipertanggungjawa b kan. Hikayst Agung Sakti rnerupakan autograf yang dikarang oleh Muhammad Baqir dari Pacenongan, Jakarta pada 18 Oktober 1892. Suntingan naskah penelitian ini menggunakan metode kritis dengan beberapa penyesuaian agar para pembaca dapat terbantu memahaminya. Hikayat Agung Sakti adalah sebuah hikayat yang berasal dari lingkungan masyarakat Melayu-Betawi dengan menggunakan bahasz blelayu-13etawi pinggiran. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat pemilik naskah tersebut adalah kelompok masyarakat Melayu-Betawi pinggiran atau Betawi ora yang merupakan sisa laskar Demak dan Mataram yang terdiri atas masyarakat yang berkebudayaan Sunda dan Jawa. Penelitian struktur naratif menunjukkan bahwa Hikayaf Agung Sakti merupakan bentuk hikayat transformatif dari bentuk pementasan wayang ke bentuk hikayat. Unsur wacana digunakan secara ekstensif untuk menunjukan karakter Semar yang mempunyai watak ganda, yakni secara lahiriah ia adalah seorang hamba, tetapi realitas hakikinya adalah seorang dewa yang berkekuasaan tinggi. Kajian secara semiotik menunjukkan bahwa Hikayaf Agung Sakti adalah suatu ikon (gambaran) pementasan wayang. Semar adalah indeks jtanda-tanda) kekuatan ilahiah. Hikayat Agung Sakti berusaha menunjukkan bahwa di dalam diri hamba yang tampak lugu, tua, dan tidak berharga sebenarnya terkandung kekuatan ilahiah yang tersembunyi yang mampu menegakkan keadilan. lmplikasi dari pesan ini adalah menuntut para penguasal raja untuk berbuat adil kepada hamba-hambanya (rakyat) bila menginginkan kekuasa- annya abadi. Pendukung kekuasaan adalah pada hamba, bahkan sebenarnya hambalah yang membangun kekuatan dan kekuasaan tersebut. Tanpa hamba, kekuasaan tidak mempunyai arti. Semar juga dapat bermakna bahwa aspek batin (roh) mempunyai nilai dan kekuatan yang lebih tinggi daripada aspek lahir. Batin Semar digambarkan memiliki kekuatan yang "agung dan sakti". Semar dalam tradisi Meiayu- Betawi didudukkan sebagai culture hero. Kajian intertektualitas (hubungan suatu teks dengan teks lain) menunjukkan bahwa Hikayat Agung Sakti memiliki hubungan dengan cerita wayang. Hikayat Agung Sakti telah mendistorsi deskripsi Semar cialam pementasan wayang Jawa. Hikayat tersebut rnenunjukkan adanya tanda-tanda bahwa hikayat tersebut memberi jawaban terhadap suatu peristiwa yang terjadi di dalam Serat Paramayoga karya Ranggawarsita (1 802-1873), khususnya mengenai penguasaarl alam semesta dan pengalaman Batars Guru di Parasu. Kajian terhadap tanggapan masyarakat Melayu-Betawi terhadap tokoh Semar menunjukkan bahwa visualisasi Semar di Melayu-Betawi dekat dengan gambaran Semar dalam wayang kulit purwa Cirebon, yaitu menampilkan bentuk visual Semar dengan Wanda watu (gemuk, hitam). Masyarakat Melayu-Betawi dalam menerima Semar, di samping menerima unsur-unsur dari Jawa, juga melakukan penyesuaian dengan kepentingan mereka. Dalam budaya Melayu-Betawi, Semar didudukkan sebagai panakawan yang setia sebagairhana di dalam budaya Jawa. Namun, dalam budaya Melayu-Betawi, Semar juga didudukkan sebagai lelananging jagat (rajanya laki-laki) dalam wujud asli Semar sebagai Sang Hyang Tunggal. Masyarakat Melayu-Betawi menyimpangi silsilah Semar dengan cara tidak menghubungkan silsilah Semar dengan Nabi Adam. Sebutan Sang Hyang Tunggal mengindikasikan bahwa Semar merniliki kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Semar dalam tradisi Melavu-Betawi adalah jelmaan Sang Hyang Tunggal.
The aim of the dissertation entitled "The Role of Semar in Malay Text: Text Edition and the Study of Role and the Meaning of Semar in Hikayat Agung Sakti" is to explore the meaning of Semar in Melayu-Betawi society in the 19th century. It also tries to express transformation process and reception of Melayu-Betawi society toward Semar. Since Hikayat Agung Sakti is still in the form of manuscript, one of the aim of the study is to provide text edition of Hikayat Agung Sakti philologically so the result of it is credible. Hikayat Agung Sakti is an autograph written by Muhammad Baqir from Pacenongan, Jakarta, October 18th, 1892. The text edition of it uses critical method so that the readers are able to understand it well. Hikayat Agung Sakti is a work from Melayu-Betawi society using m arg i na I Me lay u- Betaw i language (Melayu- Betawi pinggiran). It showed that the owner is a group of marginal Betawi society or Betawi ora. They were the rest of Demak and Mataram soldiers and from Javanese and Sclndanese culture. Narrative structure research shows that Hiksyat Agung Sakti is a transformation process from leather puppet Stage to hikayat work. Its discourse is used extensively to show double characters of Semar.. Physically he is a servant but his ultimate reality is a powerful god. Semiotic approach shows that actually Hikayat Agung Sakti is an icon (the description in broad sense) of leather puppe? show. Semar is an index (something indicated its existence) of God power. This work tries to show that inside of simple, old, and valueless servant, there is a hidden high god power to guard the justice. The implication of it is to ask the authorities or kings to do justice rightfully to their servants or people if they want their long power. Indeed, people supports the power or the owner of power and authority. Without sgpporting people, the power is nothing. Semar also means that spiritual dimension (soul) is more valuable than bodily one. The Semar's soul a glory and sacred power, although bodily Semar is just a servant. It teaches us not to see just physically, but more on the soul goodness to bring us to the truth-va!ue. In Melayu-Eetawi society, Semar is a culture hero. Intertextuality approach snows that Hikayat Agung Sakti relations to the other texts (intertextuality). lntertextuality approach shows us that Hikayat Agung Sakti relation to leather puppet story. Hikayaf Agung Sakfi distorted the nature of Semar from its source in Javanese culture. The work also shows that it answered to the event in Seraf Paramayoga by Ranggawarsita (1 802-1 874), especially about the owner of the universe and the experience of Batara Guru in the place named Parasu.The approach to Melayu-Betawi community receptions to Semar shows that visually Semar description in Melayu-Betawi community is exactly like to one in Cirebon's leather puppet style. It is in wanda wafu (stone style) that is a black and thick body. Besides bring its original source from Java, Melayu-Betawi community made some adjustment to their interests. In Melayu concept, Semar stays as a loyal servant as it is in Javanese culture. Besides it, in Melayu- Betawi culture Semar also means as a male king (the most handsome man) in its original shape as sang Hyang Tunggal. Melayu-Betawi community distorted the family tree of Semar by disconnecting Adam family. The Sang Hyang Tunggal indicates that Semar a power from the only God. Semar in Melayu-Betawi tradition is the manifestation of Sang Hyang Tunggal.
Kata Kunci : Sastra Indonesia,Suntingan Teks Hikayat Agung Sakti