IMUNOLOKALISASI EPIDERMAL GROWTH FACTOR (EGF) PADA LUKA BAKAR TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) YANG DIINDUKSI EKSTRAK MEDIA PENUMBUH SEL PUNCA MESENKIMAL (EMPSPM)

MUH. HUSNI THAMRIN, drh. Teguh Budipitojo, M.P., Ph.D. ; drh. Yuda Heru Fibrianto, M.P., Ph.D.

2016 | Tesis | S2 Sain Veteriner

Peran epidermal growth factor dalam proses regenerasi jaringan kulit luka bakar normal yang diberi ekstrak media penumbuh sel punca mesenkimal (EMPSPM) sebagai agen terapi luka bakar belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan mengetahui pola distribusi epidermal growth factor (EGF) dalam proses regenerasi luka bakar yang diinduksi krim EMPSPM secara topikal. Empat puluh delapan tikus wistar (Rattus norvegicus) berumur 2 bulan dibagi menjadi kelompok Bioplacenton�® dan kelompok krim EMPSPM. Tikus dianestesi menggunakan kombinasi Ketamin 10% dan Xylazine 2% dengan dosis 75 mg dan 5 mg/kg berat badan. Dibuat luka bakar menggunakan kepala paku berdiameter 1 cm yang dipanaskan dan ditempelkan di dorsal tubuh tikus selama 5 detik sehingga didapatkan luka bakar derajat III. Luka pada kelompok Bioplacenton�® diberi krim Bioplacenton�® dan kelompok krim EMPSPM diberi krim EMPSPM secara topikal dua kali sehari. Diameter luka bakar diukur dengan interval 5 hari setelah luka. Sampel kulit diambil pada jam ke-4, hari ke-2, ke-5, ke-10, ke-15, ke-20, ke-25 dan hari ke-30 setelah luka. Sampel difiksasi dengan larutan Bouin dan diproses dengan metode parafin. Potongan jaringan kulit dengan ketebalan 5�µm akan divisualisasikan dengan tiga pewarnaan yaitu, hematoksilin eosin (HE), Masson's trichrome, dan imunohistokimia dengan metode polymer based-immunohistochemistry. Rabbit anti-EGF (1:250; bioss, USA) digunakan sebagai antibodi primer dan Kit N-Histofine�® DAB-2 (Nichirei Biosciences Inc., Japan) digunakan sebagai detektor visual. Hasil pewarnaan dianalisis secara deskriptif, kuantitatif dan semi kuantitatif. Keberadaan imunoreaktifitas EGF mulai terdeteksi dengan intensitas padat pada hari ke-2 di folikel rambut dan sedikit pada hari ke-5 di epidermis kulit kelompok krim EMPSPM. Intensitas EGF meningkat pada hari ke-10 pada kelompok krim EMPSPM, dengan intensitas padat di folikel rambut dan sangat padat di epidermis. Meskipun pada kelompok Bioplacenton�®, EGF terdeteki pada hari ke-2 di folikel rambut namun dengan intensitas yang lebih rendah dibanding kelompok krim EMPSPM. Keberadaan EGF yang terdeteksi dengan intensitas yang lebih kuat di folikel rambut dan epidermis mempercepat proses regenerasi luka bakar kulit krim EMPSPM yang teramati pada; 1). Penyempitan diameter luka yang lebih cepat, 2). Kepadatan serabut kolagen yang lebih tinggi, dan 3). Re-epitelialisasi epidermis yang lebih cepat, dibanding kelompok kontrol.

The role of epidermal growth factor (EGF) in the regeneration process of burn skin wound treated with mesenchymal stem cell-conditioned medium (MSC-CM) has not reported yet. The aims of this study was to investigate the presence and distribution pattern of epidermal growth factor (EGF) in skin burn wound regeneration induced with MSC-CM topically. Forty-eight of 2 month old Wistar rats (Rattus norvegicus) were divided to possitive control group and MSC-CM group. Rats were anasthetized using Ketamine 10% and Xylazine 2% at the dose rate of 75 mg/kg and 5 mg/kg body weight, respectively. Burn wound was created by burning 1 cm diameter of nail head and than putting down it on the dorsal midline of rat body for 5 second until full-thickness burn condition was created. Burn wound of possitive control group was treated with Bioplacenton�® and MSC-CM group was treated with MSC-CM cream twice a day, topically. Samples were collected on the hour of 4, day of 2, 5, 10, 15, 20, 25 and 30 after wouded. Samples were fixed in the Bouin solition and were processed by using paraffin method. 5m thickness of tissue samples were visualized by using Masson's trichrome stain, hematoxylene-eosin (HE) stain and immunohistochemistry of polymer-based immunohistochemistry method. Rabbit anti-EGF (1:100; Bioss, USA) were used as primary antibody and N-Histofine�®simple stain rat MAX PO Kit with N-Histofine�®DAB-2 chromogen (Nichirei Biosciences Inc., Japan) were used as visual detector. Results were analyzed descriptively, quantitatively and semi-quantitatively. The presence of EGF immunoreactivity were detected with dense intensity on the day of 2 in the hair follicle and rare on the day of 5 in the epidermis of MSC-CM treated group. EGF intensity increased on the day of 10 with dense intensity in the hair follicle and very strong intensity in the epidermis of MSC-CM treated group. Although EGF were detected on the day of 2 in possitive control group, but the intensity was rare compared to MSC-CM treated group. The presence of EGF wich were detected with dense intensity in the hair follicle and epidermis, accelerate the skin regeneration in MSC-CM treated group as indicated by : 1) acceleration of wound closure, 2) high density of collgen fibers and 3) rapid re-epitelization of the epidermis compared to the possitive control group.

Kata Kunci : Kata kunci : luka bakar, EMPSPM, EGF,HE, Masson's trichrome, imunohistokimia / Keyword : skin burn, MSC-CM, EGF, Masson's trichrome, immunohistochemistry