MENGUBAH DAN MERUSAK LINGKUNGAN MENGUNDANG AIR BAH; BANJIR DI KOTA SURABAYA PADA PARUH KEDUA ABAD KE-20

SARKAWI, Prof.Dr. Bambang Purwanto ; Prof.Dr. Nawiyanto, M.A.

2016 | Disertasi | S3 Sejarah

Selama paruh kedua abad ke-20, banjir di Kota Surabaya menunjukkan eskalasi dan siklus yang semakin pendek. Hal ini berkaitan dengan terjadinya perubahan dan degradasi lingkungan perkotaan, yang disebabkan oleh faktor antropogenik yakni tindakan pemerintah dan masyarakat yang tidak mengindahkan fungsi-fungsi ekologis lahan. Bertitik tolak dari hal itu, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya perubahan dan degradasi lingkungan dan faktor-faktor yang menyebabkannya, sehingga mengakibatkan terjadinya eskalasi dan siklus banjir yang semakin pendek di Kota Surabaya pada paruh kedua abad ke-20. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah lingkungan dengan kombinasi berbagai sumber, baik arsip, surat kabar, photo, peta, karikatur, karya sastra, maupun sumber sekunder dan wawancara. Berbagai sumber itu diperoleh dari Arsip Nasional (ARNAS), Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI), Arsip Daerah Jawa Timur, Perpustakaan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Propinsi Jawa Timur, dan Arsip Kota Surabaya. Penelitian ini menunjukkan bahwa eskalasi dan siklus banjir yang semakin pendek pada paruh kedua abad ke-20, dapat dibagi ke dalam dua periode. Pertama, tahun 1951-1976 saat wilayah yang dilanda banjir mulai bertambah, durasi yang lama, tingginya air, serta frekuensi banjir yang menunjukkan peningkatan dibanding dengan periode sebelumnya. Kedua, tahun 1977-2000, ketika banjir berubah menjadi “hantu”. Berbeda dengan banjir periode pertama yang cenderung masih sporadis, maka dalam 25 tahun terakhir abad ke-20, banjir menjadi ancaman rutin dan lebih merata. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dalam periode yang pertama, eskalasi banjir disebabkan oleh pertambahan penduduk dan berbagai masalahnya yang tidak mampu dikontrol oleh pemerintah, dan terjadinya vandalisme lingkungan oleh sekolompok masyarakat. Sementara itu, dalam periode kedua terjadinya eskalasi banjir merupakan perpaduan antara persoalan tekanan demografi dan kegagalan negara dalam mengelola kota. Lebih dari itu, banjir dalam periode kedua juga terjadi akibat eksploitasi ekonomi yang melewati batas-batas kemampuan lingkungan dan dilakukan oleh mereka yang memiliki kuasa dan modal.

During the second half of the 20th Century, flood in the city of Surabaya showed an escalation and cycle that was getting shorter. This has something to do with environmental change and degradation in the city. They are caused by anthropogenic factors, this is what the government and people have done but they do not pay attention to the ecological functions of the land. Base on this point of view, this study is aimed to explain the implications of environmental change and degradation to the flood took place in the city of Surabaya during the second half of the 20th Century. This study uses environmental history approach with a combination of various sources, such as archives, newspapers, photos, maps, caricaturea, literature works, as well as secondary sources and interviews. The sources were obtained from the National Archives (ARNAS), the National Library of the Republic of Indonesia (PNRI), East Java Regional Archives, Library of Regional Development Planning Board (BAPPEDA) of East Java province and Surabaya City Archives. This study shows that the escalation and flood cycles that were getting shorter during the second half of the 20th Century, can be divided into two periods. The first is during the periods between 1951 and 1976 when the number of areas flooded keeps increasing, the duration is getting longer, the water is getting higher, as well as the flood frequency is more often than years before. The second is the periods between 1977 and 1990s when the flood turns to a kind of ghost. Unlike the flood during the first period when it happens sporadically, it becomes a routine threat and happens everywhere during the last 25 years of the 20th Century. The result of this study reveals that the flood during the first period shows the escalation and cycle that are getting shorter due to the increasing number of population, that was caused various problems which were out of governments control, and environmental vandalism by groups of society. Meanwhile, during the second period the escalation of flood reveals something braided and the combination among the demographical problems, failure of the state (government) in manage the city, and environmental vandalism. More than that, during that period the flood is also caused by the economic exploitation that is beyond the limit of environmental ability and had been done by those who got power and capital.

Kata Kunci : Banjir, Perubahan Lingkungan,Degradasi Lingkungan, Kota Surabaya, Flood, Environmental Change,Environmental Degradation, Surabaya