Analisis strategi Bank Pembangunan daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
YULIANTO, Arief, Dr. Bambang Riyanto LS., MBA
2002 | Tesis | Magister ManajemenSearah dengan proses pemulihan perekonomian di Indonesia, industri perbankan di Indonesia menunjukkan perbaikan kondisi setidaknya sampai dengan tahun 2000. Melalui program rekapitalisasi dan restrukturisasi, persyaratan kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) dapat dipenuhi oleh sebagian besar perbankan; walaupun pemerintah terpaksa menutup ijin operasi beberapa bank maupun melakukan merger beberapa bank. Bagi Propinsi DIY, keadaannya tidak jauh berbeda. Sebagai propinsi terkecil kedua di Indonesia, perbaikan kondisi ekonomi berlangsung seiring dengan kondisi ekonomi secara makro. Industri perbankan di wilayah DIY, masih memiliki prospek yang baik yang ditunjukkan dengan pertumbuhan pasar, baik dalam mobilisasi dana (fund raising) maupun penyaluran dana. Otonomi Daerah yang diatur berdasarkan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap aspek perkekonomian daerah termasuk dalam industri perbankan. Pengikisan pengaruh pemerintah pusat terhadap daerah telah menempatkan pemerintah daerah menjadi pusat pelaku pembangunan di daerah; baik pembangunan ideologi, politik, ekonomi dan sosial, budaya. Berlangsungnya otonomi mengarahkan persaingan perbankan yang semula cenderung berpola Branch Banking System menjadi Regional Banking System. Disini terdapat ancaman cukup kuat bagi Bank BPD DIY, karena perbankan kini tengah menempatkan dirinya sebagai bank daerah sebagaimana posisi Bank BPD DIY selama ini. Sedangkan peluang yang muncul yakni terjadinya regionalisasi pasar yang cukup menjanjikan dimana pasar akan terus berkembang sejalan dengan program pembangunan ekonomi daerah. Terjadinya emerging markets tersebut menjadi peluang bagi Bank BPD berkaitan dengan akses jaringan pelayanan yang dimiliki cukup luas dan menjangkau hampir seluruh wilayah DIY. Disamping itu diberikannya kepercayaan mengelola keuangan daerah telah menempatkan Bank BPD DIY menjadi tuan rumah di wilayah DIY. Guna merespon situasi dan kondisi maka bank merumuskan perencanaan strategis yang disebut Corporate Plan. Corporate plan bermanfaat untuk memberikan arah yang jelas untuk pengembangan perusahaan dalam jangka panjang (lima tahun ke depan). Disamping itu dirumuskannya perencanan jangka panjang akan menuntun perusahaan dalam merumuskan strategi jangka pendek, yang dijabarkan dalam business plan, maupun menjadi pedoman dalam penentuan sasaran-sasaran unit bisnis, sehingga sasaran masing-masing unit bisnis dapat terintegrasi. Hasil penelitian terhadap kinerja bank selama lima tahun (tahun 1995 — 2000) menunjukkan adanya aspek-aspek kritis dan strategis yang dapat dipetik dan dimanfaatkan oleh Bank BPD DIY sebagai sarana untuk mengembangkan perusahaan lebih lanjut termasuk dasar bagi penyusunan Corporate Plan berikutnya (tahun 2001 — 2005). Driving forces industri perbankan yang terdiri dari dinamika pemerintahan, kekuatan persaingan, perkembangan teknologi informasi maupun politik dan hukum harus menjadi landasan bagi arah pengembangan bisnis bank; yang selanjutnya menentukan daya tarik industrinya. Sedangkan secara internal, kunci keberhasilan kinerja perusahaan berupa jaringan pelayanan, kualitas SDM, suku bunga (pricing) maupun reputasi perusahaan. Sebagai usulan dalam penetapan strategi, maka dengan menggunakan faktor kunci keberhasilan di atas, maka penulis mengusulkan perumusan strategis bank diantaranya: Pertama, perlunya bank membangun jaringan seluas-luasnya yang harus mencakup seratus persen (100%) wilayah DIY strategi ini dikenal dengan istilah broading the pond. Jaringan ini harus senantiasa didukung dengan perangkat teknologi berupa sistem on-line yang dapat melayani transaksi setiap saat dan seketika (real time). Kedua, sebagai lembaga yang melakukan fungsi intermediasi keuangan maka kepercayaan menjadi suatu yang sangat penting. Disini kualitas sumber daya manusia sebagai karyawan di perusahaan merupakan sumber diperolehnya kepercayaan bank dari masyarakat; oleh karenanya peningkatan kualitas SDM menjadi kegiatan yang harus terus dilakukan. Ketiga, terjadinya evolusi persaingan baik dari "sedang" menjadi "sengit", dari "production focused" menjadi "customer focused", dari pola "inward looking" menjadi "outword looking", dari yang bersifat "protektif " ke pola "kompetitif' harus dijadikan bank sebagai momentum untuk melakukan rekayasa bisnis menggunakan format segmentasi pasar yang ada sehingga penetapan harga yang optimal dapat dicapai. Keempat, bank harus memperbaiki aspek organisasi dan manajemen menuju kepada sistem enterpreneurial manajemen yang dilakukan melalui penyesuaian struktur organisasi dan kewenangan, penyempurnaan Visi dan Misi bank serta melakukan perbaikan proses bisnis secara terus menerus.
In line with recovery stage of Indonesian economy, banking industri in Indonesia showed better condition in year 2000. Bank Recapitalization and Restructuring Program, has already taken by government made most of them had positive Capital Adequacy Ratio. Bank also started to give credit in mid 2000. Banking industry in the Yogyakarta Special Region is still promising a future growth indicated by market share, assets growth, the progress in fund rising and fund mobilizing as well as in bank credit. Furthermore, new regulation about economic decentralization, the balancing national and local budgets forced the new wave in the banking industry landscape, especially, in Yogyakarta Special Region. Such more opportunities for instance how to creates emerging market to credit expantion. Aside from the oppotunities, however, several factors should be considered as the threats to the Yogyakarta Banking Industry as well as to Regional Development Bank, Yogyakarta Special Region. The threats are, globalizatoon of business, new role of local, govenrment as long as the limitation of governor role. That means monopolize and business protection deleted from the market arena. The writer conclude that in order to be successful in the banking industry, that are several key success factors such as, bank networks (distribution channels), quality of services and bank reputation. The driving forces for industry they are: government regulation and forces, competitive forces, Technological and information forces, politics and legal forces. Strategic proposed by the writer are, in the short term, the bank should maintain resource alocation by combining the over all cost leadership and differentiation. Low cost achieve by apply competitive pricing policy supported by effeciency from all bank process and transaction, as well as good governance or profesionalism. So we could get optimalized input-output ratio. Differentiation, should be applied by product development and market segmentation. In the long term, to maintain and achieve Defferendable Position; the strategic proposed are: a. Build new networks (broading the ponds) Bank must overcome 100% market areas at Yogyakarta Special Region b. Improve market share For next five year, credit have to obtain market segment of Small and Medium Scale focusing on Educational sectors, Trading sectors, Tourism and agribusiness sectors. c. Forming suitable organization and management Bank also try to meet the competitive setting profile and company alignmnet profile by setting new organization structure and suitable management occurs enterpreneurial management. d. Human Resources Development Human resources in bank are dominant subject and priority. It means they should be developed by training and education support. With carreer path management, convenient reward and punisment system pepople will have more struggle and motivation in their jobs. e. Technology Improvement On line system and ATM should be install to give competitive advantage
Kata Kunci : Strategi bank, Bank strategy