Aboge of Kejawen: Religious Performance Under The Siege (Case Study of Aboge People in Mojokerto-East Java)
M ICHIYAK ULUMUDIN, Dr. Samsul Maarif
2016 | Tesis | S2 Agama dan Lintas BudayaAliran Kepercayaan merupakan sebuah tradisi asli masyarakat Indonesia yang diturunkan dari generasi ke generasi. Meskipun demikian, di Indonesia fenomena Aliran Kepercayaan sering kali disangkut pautkan dengan nilai-nilai religiousitas mayoritas agama tertentu sehingga yang terjadi adalah ketidak sesuaian antara tradisi Aliran Kepercayaan dan agama mayoritas. Oleh karena itu, ketidak sesuaian dengan agama mayoritas tersebut yang pada akhirnya berimbas pada tidak diakuinya aliran kepercayaan sebagai suatu bentuk keagamaan. Penelitian ini membahas bagaimana praktek dan ajaran Aboge dalam perspective masyarakat sekitar. Secara garis besar penelitian ini dikategorikan menjadi tiga pembahasan: 1. Pembahasan tentang aboge sebagai salah satu agama jawa yang mempunyai karakter tertentu, 2. Pembahasan tentang kejawen atau agama jawa dalam kaitannya dengan aboge, 3. Pembahasan tentang latar belakang stigma dan stereotipe dari aliran kepercayaan. Lebih lanjut lagi, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan aliran Aboge sebagai subjek penelitian. Melalui Komunikasi berupa interview langsung, observasi di lapangan, penelusuran data, dokumentasi dan mencatat secara setiap detail data maupun informasi yang diperoleh dari lapangan. Hasil penelitian lapangan ini menunjukkan bahwa keberadaan orang aboge merupakan unsur penting dalam tradisi kejawen atau tradisi agama jawa. Namun, intervensi negara terhadap kehidupan agama orang aboge dengan merujukkan pada tradisi agama mayoritas telah menyebabkan stigma dan stereotip terhadap kelompok aliran kepercayaan dalam hal ini termasuk aliran aboge. Aboge merupakan salah satu aliran kejawen yang menitik beratkan pada pandangan hidup yang terdiri dari agama, kepercayaan, moralitas, budaya, kesenian tradisional, ritual dan lain sebagainya. segala sesuatu yang di percayai dan dipraktekkan oleh orang jawa merupakan pengertian dari kejawen itu sendiri. Selain itu, inti utama dalam kejawen adalah mistisime. Mistisisme adalah perbuatan dan nilai-nilai yang melekat di jawa yang dapat kita jumpai dalam mitos, ajaran, kesenian tradisional dan kepercayaan-kepercayaan orang jawa. Dengan demikian, Aboge sebagai salah satu bentuk aliran Kejawen mempunyai ajaran dan juga ritual tersendiri dalam melaksanakan kepercayaannya. Selain itu, ritual yang dilakukan merupakan suatu bentuk tindakan dalam merespon setiap gambaran yang terbentuk dari hubungan antar personal yaitu antara manusia dan non-manusia. Praktek keagamaan tersebut merupakan bentuk hubungan timbal balik antara manusia dan non-manusia, yang nampak dan yang tidak nampak. Oleh karena itu, dalam teknisnya setiap tindakan yang dilakukan dan juga kepercayaanya didasarkan pada keselarasan dalam hidup atau dalam artian Manunggaling Kawulo Gusti.
Aliran Kepercayaan or local religions constitute cultural heritage of the Indonesia Nusantara transmitted from generation to generation. Aliran Kepercayaan has however been judged based on the state recognized religions. Their incompatibilities to those world religions have resulted in misrecognition. This research discusses a kind of Kejawen, Aboge religious practices and life experiences. It explores three points: 1), discussion about Aboge as one of Javanese religions with certain characteristics, 2) discussion about Kejawen or Javanese religion in Aboge context, and 3) discussion about the reason behind stigma and stereotype of Aliran Kepercayaan. In collecting data of the subject, this research applies methods of interview, field observation, data investigating, documentations and field notes. The findings show that the existence of Aboge constitutes an important part of Kejawen, Javanese spiritual tradition. However, the state intervention toward religious life of the people by favoring world religions has caused stigmas and stereotypes toward groups of Aliran Kepercayaan. Aboge is a kind of Kejawen. Kejawen constitutes Javanese way of life that includes religion, belief, morality, culture, traditional art, ritual and so forth. Everything believed and practiced by Javanese people constitutes the meaning of Kejawen. In addition, the core element of Kejawen is mysticism. Mysticism is inherent in actions and values of java are it is found in myths, teachings, traditional art and beliefs. As a kind of Kejawen, Aboge has distinct religious practices. Their religious practices are perceived as contextualizing relationship between human and non-human, tangible and intangible beings. Their ideas and actions are directed to life in harmony and in this context Manunggaling Kawulo Gusti.
Kata Kunci : Aboge, Kejawen dan Kebijakan Negara/Aboge, Kejawen and State Policy