PARADOKS MORAL EKONOMI PETANI Krisis Akulturasi Agama dan Ekonomi di Kalimantan Barat

ADE IKHSAN KAMIL, Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono, M.A.

2016 | Tesis | S2 ILMU ANTROPOLOGI

Relasi antara ritus dan ekonomi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan orang Dayak, begitu juga dengan masyarakat Dayak Desa di Dusun Nek Lhan. Relasi keduanya pernah dilihat pada tataran yang seimbang, sehingga beberapa peneliti melihat relasi antara agama dan ekonomi terjalin hubungan yang harmonis. Sistem ekonomi tersebut berhubungan secara timbal balik dengan praktik ritual religi lama. Aktivitas produksi menjadi faktor determinan pelaksanaan praktik ritual, dan sebaliknya praktik ritual menentukan bagaimana praktik distribusi dengan alam maupun sesama anggota komunitas. Namun sejak kehadiran dua rejim perubahan yakni agama protestan dan komoditas kelapa sawit, aktivitas produksi tidak lagi menjadi penentu terselenggaranya praktik ritual. Malah ritual semakin hari semakin berkurang secara kuantitas dan kualitas. Pertemuan kepercayaan lama dan baru dalam transisi sistem ekonomi mengalami pertentangan yang mewujud dalam kehidupan sehari-hari. Berawal dari adanya tindakan penghancuran sesajian dalam kegiatan memanggil dewa, saya mempertanyakan mengapa agama baru hanya mampu menghilangkan praktik religi lama namun moral ekonomi masih bertahan ? Saya menggunakan konsep akulturasi untuk melihat bagaimana relasi antara agama dan ekonomi. Agama baru yang dianggap paradoks dengan kepercayaan terhadap duwata saya lihat sebagai tindakan dominasi yang dilakukan oleh agensi gereja yang berperan sebagai aktor intelektual. Demikian juga kelapa sawit sebagai komoditas baru dalam sistem ekonomi petani di Nek Lhan dianggap bertentangan dengan ekonomi lama. Paradoks mewujud dalam kehidupan sehari-hari merupakan bentuk krisis akulturasi akibat bertemunya agama dan ekonomi. Krisis tersebut terlihat saat etika agama dijadikan sebagai etos dalam aktivitas produksi. Namun gerakan yang berlawanan terjadi saat konstruksi terhadap masa depan mulai diterima. Di satu sisi mereka menjalankan akumulasi, namun di sisi yang lain pertukaran kerja dan komunalisme masih tetap bertahan. Proses negosiasi terhadap perubahan masih berlangsung hingga saat ini, bertemunya hal-hal yang berlawanan menghasilkan gesekan yang saya lihat sebagai siasat budaya oleh para petani yang berada pada posisi yang tidak diuntungkan.

The relation between rites and economics are an integral part in the life of the Dayaks, as well as the Dayak village in the hamlet Nek lhan. The relation between them have been seen at the level of a well-balanced, so some researchers looked at the relationship between religion and economics intertwined harmonious relationship. The economic system is linked reciprocally with the old practice of religious rituals. Production activity became determinant factor to ritual practices, and vice versa ritual practices determining how distribution practices with nature and fellow community members. However, since the presence of two regime changes in the Protestant religion and oil palm, production activity is no longer the decisive implementation of ritual practices. Even the ritual is increasingly reduced in quantity and quality. The relation between new religion and new economy, I see caused conflict in their lives today. Starting from the demolition action offerings in activities calling god, I questioned why new religion is only capable of removing the old religious practices but the moral economy still survived? I use the concept of acculturation to elaborate the relationship between religion and economics. New religion are considered a paradox with confidence Duwata I see as the dominance of the actions carried out by agencies of the church, which acts as an intellectual actor. Similarly, palm oil as new commodity in the economic system of farmers in Nek Lhan considered contrary to the old economy, namely the fields and rubber. Paradox that manifests itself in everyday life is a form of acculturation crisis due to the convergence of religion and economics. The crisis was visible when used as a religious ethic ethic in production activity. However, movement in the opposite occurred when the construction of the future began to be accepted. On the one hand they run accumulation, but on the other hand together (labor exchange) and loose kabak is still maintained. The negotiation process to changes still occurred until today, the convergence of the opposites produces friction which I see as a response to the community's active lhan Nek. Friction is a cultural strategy conducted by those who are at a disadvantage.

Kata Kunci : Ritus, Ekonomi, Hegemoni, Krisis Akulturasi, Paradoks dan Friksi