Laporkan Masalah

AHMADI WOMEN'S STRATEGIES IN RESISTING AND PREVENTING VIOLENT CONFLICTS: Exercising Various Agencies in Contemporary Indonesia

NINA MARIANI NOOR, Dr. Siti Syamsiyatun; Prof. JB. Banawiratma

2016 | Disertasi | S3 ILMU AGAMA DAN LINTAS BUDAYA

Komunitas Ahmadiyah Indonesia telah menghadapi konflik kekerasan setelah era Reformasi. Disertasi ini berfokus pada narasi perempuan Ahmadi tentang pengalaman mereka dalam menangani konflik yang mereka hadapi dalam kaitannya dengan keyakinan mereka. Tesis ini berfokus pada tindakan organisasi perempuan Ahmadi yang bernama Lajnah Imaillah dari tahun 2000 sampai awal 2015 dengan memeriksa mekanisme pertahanan mereka dan penggunaan agensi mereka dalam melawan dan mencegah konflik. Penelitian dilakukan di empat wilayah di Indonesia, Kuningan di Jawa Barat, Yogyakarta, Lombok di Nusa Tenggara Barat dan Pengurus Pusat Lajnah Imaillah di Bogor. Informan adalah perempuan Ahmadi dari Status ekonomi sosial yang berbeda dan posisi dalam organisasi. Menggunakan narrative inquiry, penelitian ini menemukan bahwa dalam menanggapi dan menolak konflik dengan kekerasan, Lajnah Imaillah telah mengubah cara perlawanan dan bentuk dari mekanisme pertahanan. Konflik yang dihadapi perempuan Ahmadi telah mendorong mereka secara individu dan organisasi untuk lebih aktif berpartisipasi dalam masyarakat yang lebih luas dan membangun hubungan yang baik dengan kelompok agama lainnya dalam masyarakat. Oleh karena itu disertasi ini menegaskan bahwa mekanisme pertahanan non-kekerasan mempromosikan hubungan yang lebih baik dan saling pengertian antara pihak yang bertikai dalam masyarakat Berdasarkan temuan penelitian ini, gagasan James Scott mengenai perlawanan sehari-hari berguna untuk menguji tapi kurang menjelaskan kasus perempuan Ahmadi. Memang, perempuan Ahmadi berlatih dua bentuk perlawanan, perlawanan publik dan tersembunyi, dan tergantung pada kekuatan relatif mereka. Namun, dalam perlawanan tersembunyi, perempuan Ahmadi tidak melakukannya setiap hari tapi hanya ketika ada penindasan atau ancaman bagi komunitas mereka. Ketika mereka tidak tertindas atau terancam, perempuan Ahmadi dapat dengan mudah berbaur dan berinteraksi dengan non-Ahmadi. Selain itu, dalam menghadapi konflik dan diskriminasi, perempuan Ahmadi tidak berniat untuk menghegemoni tetapi untuk mendapatkan posisi yang sama vis-a-vis dengan "Muslim lainnya". Kata kunci: Ahmadiyah, Perempuan Ahmadi, Resistensi, agensi, konflik, mekanisme pertahanan, narasi

The Indonesian Ahmadiyya community has been facing violent conflicts after the Reformasi era. This dissertation focuses on the narrative of Ahmadi women about their experiences in dealing with daily conflicts they face in relation to their faith. This thesis focuses on the acts of the Ahmadi women organization called Lajnah Imaillah from 2000 to early 2015 by examining their defense mechanism and exercising agency in resisting and preventing conflicts. The study was conducted in four areas in Indonesia, Kuningan in West Java, Yogyakarta, Lombok in West Nusa Tenggara and Head Office of Lajnah Imaillah in Bogor. The informants were Ahmadi women from different socio economics status and positions in the organization. Using narrative inquiry, this research found out that in responding and resisting to violent conflicts, Lajnah Imaillah has been changing its way of resistance and its forms of defense mechanism. The conflicts that Ahmadi women face have encouraged them organizationally and individually to be more actively participate in wider society and build good relationships with the religious others outside of the community. Therefore this dissertation argues that non-violent defense mechanism promotes better relations and mutual understanding among conflicting parties in society Based on the research findings, James Scott's idea on everyday resistance was useful to examine but insufficiently explains Ahmadi women's case. Indeed, Ahmadi women practiced two forms of resistance, public and hidden resistance, and dependent on their relative power. However, in hidden resistance, Ahmadi women do not do it on daily basis but only when there is oppression or threat to their community. When they are not oppressed nor threatened, the Ahmadi women can easily mingle and interact with non-Ahmadis. Moreover, in resisting conflict and discrimination, Ahmadi women do not intend to hegemonize but try to gain equal position vis-a-vis "other Muslims".

Kata Kunci : Ahmadiyya, Ahmadi women, agency, resistance, defense mechanism, narrative