Relasi Gender Dalam Keterlibatan Perempuan Di Radio Komunitas (Studi Pada Radio Ruyuk FM dan Radio Rakita FM Di Jawa Barat)
EMILIA BASSAR, Prof. Dr. Irwan Abdullah; Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni
2016 | Disertasi | S3 Kajian Budaya dan MediaDisertasi ini mengkaji relasi gender dalam praktik radio komunitas di Indonesia; dan secara spesifik membongkar keterlibatan perempuan pada pengelolaan dan produksi program siaran di dua radio komunitas yang beroperasi di wilayah geografis berbeda di Provinsi Jawa Barat, yaitu Radio Ruyuk FM di Desa Mandalamekar, Kabupaten Tasikmalaya, dan Radio RAKITA FM di Kelurahan Sadang Serang, Kota Bandung. Keterlibatan perempuan di radio komunitas menjadi penting karena radio komunitas membuka ruang yang luas bagi perempuan untuk memperjuangan dan menyampaikan kepentingan perempuan dan komunitasnya yang seringkali diabaikan oleh media arus utama. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas dan mengidentifikasi ketidakadilan gender dalam praktik radio komunitas. Penelitian ini menggunakan konsep-konsep tentang radio komunitas, radio komunitas sebagai media alternatif, potensi radio komunitas, dan ketidakadilan gender dalam praktik radio komunitas. Data dan informasi yang dikumpulkan melalui wawancara, telaah dokumentasi tertulis dan rekaman arsip serta pengamatan partisipasi; dianalisis secara kualitatif deskriptif dengan optimalisasi etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan perempuan di radio komunitas dikonstruksi oleh faktor struktur kekuasaan dalam budaya patriarki yang kuat -terutama di masyarakat pedesaan- yang membatasi peran-peran perempuan pada ruang publik di komunitasnya. Perempuan tidak terlibat langsung dalam proses pendirian dan awal pengoperasian dua radio komunitas yang dikaji. Atas ajakan pegiat laki-laki, beberapa perempuan terpanggil untuk terlibat di radio komunitas sebagai penyiar, pengelola dan produser acara. Keterlibatan aktif perempuan di radio komunitas dalam berbagai peran tersebut mendorong adanya perubahan relasi gender di tingkat budaya lokal, dari posisi perempuan yang subordinat menjadi relasi yang lebih setara. Operasionalisasi radio komunitas dapat mereduksi dominasi posisi laki-laki dalam ruang publik di masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Meskipun keadilan gender sudah berkembang, fakta mengindikasikan bahwa keterlibatan perempuan di radio komunitas belum sampai pada tahapan memberikan akses yang luas dan penuh bagi perempuan untuk mengelola radio, merancang dan menentukan isi siaran, serta memproduksi acara radio. Refleksi hasil penelitian ini ke depan menunjukkan perlu adanya optimalisasi representai perempuan di radio komunitas dengan cara mempromosikan perempuan pada posisi kepemimpinan, menyalurkan suara perempuan yang beragam, serta memperlebar aksesibilitas perempuan pada aktivitas peningkatan kapasitas diri. Keadilan dan kesetaraan relasi gender perlu dipahami bersama untuk memberikan kesempatan bagi perempuan berpartisipasi dan mengembangkan diri di radio komunitas.
This dissertation exposes gender relations in community radios in Indonesia; and specifically reveals the involvement of women on the management and broadcast production in two radio communities operating in different geographical areas in West Java, namely Radio Ruyuk FM in Mandalamekar Village, Tasikmalaya Regency, and RAKITA FM in Sadang Serang Village, Bandung City. The involvement of women in the community radio is crucial because community radio provides a wide-open space for women to promote and deliver their and their community's interest that are often ignored by the mainstream media. The objectives of this research were to analyse gender relations in women's involvement in community radio and to identify gender inequalities in radio community practices. This research utilized concepts of community radio, community radio as an alternative media, community radio's potential, and gender inequality in the practice of community radio. Descriptive-qualitative methods with ethnography optimization were employed to analyze the data and information that were collected through interviews, written documentation, archival footage, and participative observation. The results showed that women's involvement in community radio were constructed by a factor of power structure in a strong patriarchal culture -especially in the rural society- that restrict the roles of women in public sphere in the community. Women were not directly involved in the establishment and initial operation of the two community radios. Later, men activists encouraged some women to involve in community radios as broadcaster, manager and producer. The active involvement of women in community radios in various roles has fostered a change in gender relations at the local culture level, from women's subordination to becoming more equal relations. Operationalization of community radios could reduce male dominant position in public sphere in rural and urban communities. Although gender justice has been promoted, facts indicate that the involvement of women in community radios has not reached the stage of providing women with broad and full access to manage the radio, to design and determine the broadcast content, and to produce the program. Results of this study clearly reflect the immediate needs for optimizing the representations of women in community radio by promoting women on leadership position, channeling the diverse voices of women, as well as widening women access to capacity building activities. Gender justice and gender relation equality need to be in public comprehension to provide opportunities for women to participate and develop themselves in community radio.
Kata Kunci : radio komunitas, relasi gender, keterlibatan perempuan/community radio, gender relations, women's involvement