YouTube sebagai Media Ekspresi Alternatif Gay Indonesia: Analisis Semiotik Gay Indonesia dalam Web Series CONQ
DANASTRI RIZQI NABILAH, Dr. Novi Kurnia, M.Si. MA.
2015 | Skripsi | S1 ILMU KOMUNIKASIMasifnya perkembangan teknologi telah memungkinkan berbagai macam bentuk media alternatif dari hasil konvergensi media, salah satunya adalah web television series atau lebih dikenal dengan istilah web series. Web series mengandalkan medium website berbasis konten video seperti YouTube dan Vimeo dalam distribusinya. Dengan medium yang ada, web series pun dipandang sebagai media konvergensi antara televisi dan internet, penyiaran broadcasting dan narrowcasting, sekaligus antara media transmisi dan perekam sehingga web series memiliki cakupan pengakses seluas jangkauan internet dimana pengakses YouTube atau Vimeo itu sendiri mampu berperan sebagai komunikator yang memiliki konten sekaligus komunikan atau audiens dari konten. Pada titik inilah YouTube dan Vimeo dilihat sebagai ruang gerak alternatif yang kontras dengan industri yang bersifat eksklusif dan cenderung berbiaya tinggi. Di Indonesia, popularitas web series bukanlah hal baru mengingat bahwa bentuk-bentuk hiburan produksi industri independen sudah mulai marak terutama per tahun 2012 ketika web series Malam Minggu Miko karya Raditya Dika dirilis di YouTube. Popularitas web series sebagai media alternatif selain televisi dan film pun kian tinggi dan didukung dengan variasi format serta tema web series karya Indonesia yang tersebar viral di internet hingga akhirnya web series Indonesia pertama yang bertema LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) pun mulai ditayangkan di YouTube dengan judul CONQ. Web series CONQ lahir sebagai format visual dari website berjudul serupa (http://conq.me) yang mengangkat isu-isu LGBT di Indonesia dimana tema-tema yang dihadirkan bukan tentang eksistensi identitas gender maupun pornografi sebagaimana media-media LGBT yang sudah ada di Indonesia, tapi justru lebih universal dengan menyeimbangkan topik seksualitas dengan topik-topik seperti seni, budaya, bahkan politik baik nasional maupun internasional. Penelitian ini kemudian dirancang untuk menganalisa bagaimana gay Indonesia direpresentasikan oleh web series CONQ sebagai media dengan format video online yang memiliki karakter-karakter unik new media. Untuk melihat seperti apa gay Indonesia digambarkan dalam web series CONQ, penelitian dilakukan dengan metode analisis semiotik yang dikembangkan oleh Roland Barthes, yaitu pemaknaan tanda dan simbol dalam tataran denotasi (konseptual) dan konotasi (kontekstual). Dengan mempertimbangkan karakter medium YouTube sebagai media distribusinya, penelitian ini juga membahas bagaimana karakter new media yang ada mempengaruhi bentuk representasi yang ada dan membedakannya dengan bentuk representasi gay Indonesia dalam media konvensional yang sudah ada sebelumnya di Indonesia.
Technological development has accelerated in a massive speed, and gave birth to various alternative media as a result of media convergence, among which are web television series or more popularly known as web series. Web series heavily relied upon video based website as its medium, such as YouTube and Vimeo to distribute. By the existing medium, web series were considered as a convergence between television and internet, broadcasting and narrowcasting, as well as a transmission and recording media that web series may reach the whole internet users, whereas the YouTube or Vimeo users may perform as a communicator with a content as well as an audience of the content. At this point, YouTube and Vimeo was understood as an alternative room as opposed to the exclusive and costly industry. Web series itself were not new in Indonesia since the forms of independent industrial entertainment production has become popular since 2012 when the Malam Minggu Miko web series by Raditya Dika was launched on YouTube. Web series' popularity as an alternative media from television and movies skyrocketed and supported by various formats and themes. Until recently, an Indonesian origin web series with LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and Transsexual) theme started its debut in YouTube, titled CONQ. CONQ arrived as a visual format from a similar titled website (http://conq.me) which discussed Indonesian LGBT issues, not about the existence of gender identity nor pornography as what mainstream LGBT media presented, but approached in a universal perspective by balancing sexuality with other matters such as art, culture, and even national or international politics. This research was then designed to analyze how Indonesian gay was represented in CONQ web series, as a media with online video format which imbued with unique new media natures. To see how Indonesian gay described in CONQ web series, the research was conducted with semiotic analysis developed by Roland Barthes, which was through the signification of sign and symbol in denotation (conceptual) and conotation (contextual) order. By considering the character of YouTube medium as its distribution channel, this research also discussed about how the existing new media character affected the form of present representation and differed it with the form of Indonesian gay representation on the current conventional media in Indonesia.
Kata Kunci : Representasi, Web Series, Gay, Homoseksualitas, Semiotik