ANALISIS MODUS OPERANDI DAN PENYEBAB WOMEN TRAFFICKING DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (STUDI KASUS DI NUSA TENGGARA TIMUR)
STEFANUS SEO, DR. AGUS HERUANTO HADNA, M.Si
2015 | Tesis | S2 Manajemen dan Kebijakan PublikAdalah fakta bahwa praktek women trafficking masih mewarnai kehidupan manusia. Women trafficking bukan fenomena yang sederhana, juga bukan fenomena baru. Karena itu, women trafficking termasuk salah satu oldest professions, profesi tertua, dari eksistensi manusia (Varney, 2013). Women trafficking adalah tindakan kejahatan yang harus diberantas dari masyarakat kita. Sulitnya memberantas kejahatan ini disebabkan oleh sindikat yang bekerja secara terorganisir. Berhasilnya para trafficker dalam praktek kejahatan ini menunjukkan bahwa mereka membangun jaringan kerja yang kuat dengan modus yang rapi, sehingga memanfaatkan kerentanan para victim untuk memperoleh keuntungan finansial yang sangat menjanjikan. Penelitian ini menunjukkan problem modus operandi yang dibangun trafficker serta faktor penyebab terjadinya women trafficking di daerah Nusa Tenggara Timur. Adapun beberapa hal yang ditonjolkan diantaranya : jenis kasus; bentuk kekerasan, terdiri dari kekerasan fisik, psikis, seksual, penelantaran, eksploitasi dan lain-lain; tempat kejadian : baik di dalam maupun luar negeri; pelaku (trafficker) serta korban (victim). Penelitian ini bertujuan menganalisis modus operandi dan faktor penyebab women trafficking di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Maka, sebagai upaya untuk memahami kompleksitas tindakan women trafficking, desain kualitatif ini meliputi lokus penelitian (Kota Kupang), dengan beberapa metode, yakni wawancara mendalam, observasi, diskusi kelompok terfokus (FGD), dan studi kepustakaan, dengan melibatkan 18 korban women trafficking sebagai informan kunci (key informants), didukung oleh beberapa informan lain dari instansi pemerintah Provinsi NTT (9 orang), aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) (2 orang), pekerja sosial atau tokoh agama (2 orang). Adapun analisis data dilakukan dengan metode kualitatif yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan diakhiri dengan menarik kesimpulan. Secara empiris ditemukan bahwa para korban women trafficking mengalami begitu banyak persoalan yang sangat memprihatinkan. Hal ini nampak pada rekap persoalan yang dialami para korban, yaitu gaji : 26,47%; disekap, majikan tidak ramah, disiksa, mengalami kekerasan fisik dan seksual (diperkosa) : 19,11%; hilang kontak/putus komunikasi dengan keluarga : 14,70%; berangkat tanpa sepengetahuan orang tua/ijin keluarga : 8,82%; rekrut dibawah umur : 7,35%; sakit dan non prosedural/tanpa dokumen lengkap, masing-masing 5,88%; melarikan diri dari tempat penampungan/dari majikan; meninggal dunia; depresi jiwa/gila; hilang ingatan; Over stayer; deportasi; paspor ditahan PT/majikan; dan minta dipulangkan karena tidak tahan, masing-masing : 1,47%. Adapun kebijakan penanggulangan yang direkomendasikan dalam penelitian ini adalah pertama; dibutuhkan monitoring dan evaluasi terhadap tahap-tahap penempatan tenaga kerja oleh PJTKI; kedua; diperlukan perbaikan sistem penampungan, meliputi perbaikan infrastruktur, bimbingan, pelatihan serta jaminan perlindungan terhadap para calon TKI/TKW. Ketiga; adanya penegakan hukum (law enforcement) yang tegas tanpa memandang aktornya; keempat; perlunya transparansi prosedur, pembiayaan, dan tahap-tahap yang harus dijalani oleh calon pekerja; kelima; dibutuhkan kebijakan sistemik yang multiperspektif, dengan pelibatan banyak stakeholder dalam upaya meminimalisir women trafficking; keenam; perlunya sosialisasi UU dan peraturan daerah serta sega la mekanisme pelaksanaannya agar masyarakat tercerahi dan terhindar dari bahaya kejahatan ini. Kata kunci : women trafficking, modus operandi dan penyebab women trafficking.
The fact shows us that womenare typically trafficked in human life nowadays. Women trafficking is not a simple phenomenon nor a new one. Therefore, women trafficking, including one of the oldest professions, the oldest one, of human existence (Varney, 2013). Women trafficking is a real dangercrime and we are calling on the public to do its parts to end this heinous practice. This is due to the difficulty of combating crime by working in an organized syndicate. The traffickers succeed in doing crime shows that they are building a strong network with a neat mode, take advantage of the vulnerability of the victim for financial gain is very promising. This study shows the modus operandi problem which is built by those traffickers as well as the causes of women trafficking in East Nusa Tenggara province. The few things that highlighted include: types of cases; forms of violence, consisting of physical, psychological, sexual, neglect, exploitation and others; places: both at state and abroad; traffickers themselves and victim. This study aimed to analyze the modus operandi and the factors causing women trafficking in the province East Nusa Tenggara. To make you better understand of the complexity of the action women trafficking, qualitative design includes the locus of research (Kupang), with some methods, the in-depth interviews, observation, focus group discussions (FGD), and a literature study, involving 18 victims of women trafficking as key informants, supported by several other informants fromEast Nusa Tenggara government agencies (9 informants), activists of non-governmental organizations (NGOs) (2 informants), social workers or religious leaders (2 informants). The data was analyzed by qualitative methods that include data collection, data reduction, data presentation and we decide a accurate conclusions at the end. Empirically found that the women victims of trafficking experienced so much a matter of extreme concern. The evident found in the victims recap problems experienced, example salaries: 26.47%; locked up, very rude employer, tortured, physical contacted and sexual abuse (rape): 19.11%; lost contact/missed communication with the family: 14.70%; left without parents permissions/family permit: 8.82%; underage recruit: 7.35%; sick and non-procedural requirements/ without complete documents, respectively 5.88%; escaped from a shelter/ employer; died; mental depression/clinically crazy; lost control of their own; Over stayer; deportation; passports detained by the company/employer; and asked to return for unfeeling home, respectively: 1.47%. The reduction policies recommended in this study is the first; required monitoring and evaluation of the stages of employment; second; storage system needed improvement, including infrastructure improvements, guidance, training and gua rantee the protection of the prospective TKI/TKW (Indonesian maids); third; the law enforcement; fourth; the transparency of procedures, financing, and other steps that must be followed by the candidate; fifth; multiperspective systemic policy is needed, w ith the involvement of many stakeholders in an effort to minimize women trafficking; sixth; socialization of law and local regulations as well as any implementation mechanism is very needed to enlighten society and avoid the dangers of this crime. Keywords: women trafficking, modus operandi and the cause of women trafficking.
Kata Kunci : women trafficking, modus operandi dan penyebab women trafficking/women trafficking, modus operandi and the cause of women trafficking.