Laporkan Masalah

RELASI BAHASA BAKUMPAI DI MARABAHAN DENGAN BAHASA BAKUMPAI DI BUNTOK DAN PURUK CAHU

MISRITA, SS.,M.HUM., Prof. Dr. Soepomo Poedjosoedarmo; Dr. Inyo Yos Fernandez

2015 | Disertasi | S3 Linguistik

Tulisan ini mengkaji relasi bahasa Bakumpai yang terdapat di Marabahan Provinsi Kalimantan Selatan dengan bahasa Bakumpai di Buntok dan Puruk Cahu Provinsi Kalimantan Tengah dari aspek linguistik diakronis sebagai upaya untuk mendapatkan kejelasan mulai dari posisi bahasa Bakumpai dalam kelompok bahasa Proto Barito dan status isolek-isoleknya dalam wilayah tutur bahasa Bakumpai hingga penetapan daerah asal dan daerah sebaran bahasa Bakumpai. Penelitian ini diawali dengan analisis status dan penentuan hubungan kekerabatan isolek-isolek yang ada dalam wilayah tutur bahasa Bakumpai dengan metode kuantitatif menggunakan perhitungan leksikostatistik. Berdasarkan analisis kuantitatif diperoleh gambaran bahwa bahasa Bakumpai memiliki tiga dialek yang sama, yaitu Bakumpai Marabahan, Bakumpai Buntok, dan Bakumpai Puruk Cahu. Hasil perhitungan leksikostatistik ini juga menunjukkan bahwa Bakumpai Marabahan, yang selama ini memunculkan silang pendapat linguis yang bertentangan, dapat ditetapkan sebagai anggota kelompok tutur bahasa Bakumpai sama dengan Bakumpai Buntok dan Bakumpai Puruk Cahu. Secara kualitatif, hubungan kekerabatan antara ketiganya dinyatakan dengan adanya hubungan dialek, yang diperlihatkan melalui rekonstruksi prabahasa Bakumpai, yaitu sosok bahasa purba, yang dihipotesiskan sebagai bahasa yang menurunkan dialek-dialek tersebut. Selanjutnya ditinjau hubungan Proto Barito dengan mengacu pula pada etimon Proto Melayu Polinesia (PMP) ke Prabahasa Bakumpai hingga bahasa Bakumpai modern sehingga diperoleh hasil rangkaian perubahan dari bentuk yang paling purba hingga ke bentuk bahasa modern. Daerah Bakumpai Puruk Cahu merupakan daerah yang lebih konservatif dibandingkan dengan Bakumpai Buntok dan Bakumpai Marabahan. Sedangkan daerah Bakumpai Marabahan adalah daerah yang memiliki tingkat inovasi yang cukup tinggi, karena faktor inovasi eksternal. Melalui analisis secara kuantitatif leksikostatistik dan didukung oleh analisis kualitatif berlandaskan pada hukum perubahan bahasa yang bersifat universal, maka penelusuran daerah asal dan arah persebaran bahasa Bakumpai dapat ditetapkan. Hasil analisis kuantitatif dan kualitatif menunjukkan bahwa Bakumpai Puruk Cahu sebagai wilayah asal dari bahasa Bakumpai. Selanjutnya Bakumpai Buntok ditetapkan sebagai daerah migrasi tahap awal karena memiliki persentase kata berkerabat tinggi dengan Bakumpai Puruk Cahu. Sedangkan Bakumpai Marabahan yang memiliki persentase kata berkerabat yang dengan dengan BKP ditetapkan sebagai arah migrasi tahap berikutnya. Hal ini sejalan dengan asumsi sejarah yang menginformasikan bahwa tanah asal orang Bakumpai adalah berasal dari hulu sungai Barito dan menyebar ke daerah selatan/hilir (periksa Scharer, 1963 dan Maulani, 2000:141).

This study aims to describe the Bakumpai language in Marabahan South Kalimantan Province and in Buntok and Puruk Cahu Central Kalimantan Province by using diachronic perspective in order to get clarity of Bakumpai language from its positions in the group of Proto Barito and the status of the isolects in the speech area of Bakumpai language to the determination of the land of the origin and distribution areas of Bakumpai language. It began with analysis of the status of isolects in the speech area of Bakumpai language by using a quantitative method of lexicostatistics calculation, obtained a description, that Bakumpai language has three dialects at the same level, namely Bakumpai Marabahan, Bakumpai Buntok, and Bakumpai Puruk Cahu. Lexicostatistics calculation results also show that Bakumpai Marabahan, which have led to disagreement linguist to the contrary, can be classified into the speech group of the Bakumpai language together with Bakumpai Buntok and Bakumpai Puruk Cahu. Qualitatively, the genetic relationship among the Bakumpai Marabahan, Bakumpai Buntok, and Bakumpai Puruk Cahu is determined at dialect level, which is shown by the reconstruction of the pre-Bakumpai language that is hypothesized to breakdown the dialects. Further concerned to the relationship between Proto Barito (with the reference to the etimon of the Polynesia Malay Proto (PMP)), the pre-Bakumpai language and Bakumpai modern languages was also examined in the study so that the transformation change from the most ancient form of Polynesia Malay Proto to the Bakumpai modern language was obtained. Bakumpai Puruk Cahu area is an area that is more conservative than the Bakumpai Buntok and Bakumpai Marabahan. While the Bakumpai Marabahan area is an area that has a fairly high level of innovation, because of external innovation factors. Through quantitative lexicostatistic analysis and supported by qualitative analysis based on the law of universal language changes, then the trace of the land of origin and direction of the spread of Bakumpai language can be set. The results of quantitative and qualitative analysis showed that Bakumpai Puruk Cahu as the origin of language Bakumpai region. Furthermore Bakumpai Buntok defined as the migration of early stage because it has a high percentage of related words with Bakumpai Puruk Cahu. While Bakumpai Marabahan which has a percentage of the related words with the BKP set as the migration towards the next stage. This is in line with the assumption of the history that informs that the homeland of the Bakumpai is derived from the headwaters of the Barito and spread across to the south or downstream (check Scharer, 1963 and Maulani, 2000: 141).

Kata Kunci : relasi, tanah asal, persebaran, bahasa Bakumpai.

  1. S3-2015-240752-abstract.pdf  
  2. S3-2015-240752-bibliography.pdf  
  3. S3-2015-240752-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2015-240752-title.pdf