Arsitektur Rumah Tradisional Di Desa Pinggirpapas Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep, Madura
ANISAH NUR FAJARWATI, Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D; Ir. Ismudiyanto, MS
2015 | Tesis | S2 Teknik ArsitekturINTISARI Desa Pinggirpapas adalah desa penghasil garam terbesar di Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep, Madura. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani garam saat musim kemarau. Desa Pinggirpapas juga memiliki kekayaan berupa bangunan rumah tradisional yang dihuni secara turun-temurun lebih dari lima generasi. Pasca kemerdekaan, masyarakat mengalami keterpurukan perekonomian sebagai dampak dari penurunan produksi garam sehingga mengakibatkan rumah tradisional di Desa Pinggirpapas mengalami penurunan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Saat ini arsitektur bangunan rumah tradisional di Desa Pinggirpapas ada yang masih asli dan beberapa sudah mengalami perubahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi arsitektur rumah tradisional di Desa Pinggirpapas serta menemukan makna dan tata nilai dibalik wujud fisik arsitektural rumah tradisional di Desa Pinggirpapas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berlandaskan fenomenologi. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naturalistik. Lokus penelitian berada di Desa Pinggirpapas, Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep, Madura yang adalah desa kawasan adat. Pemilihan kasus berdasarkan metode purposive sampling, memperoleh 22 kasus bangunan rumah tradisional. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis induktif. Penelitian tentang arsitektur rumah tradisional di Desa Pinggirpapas menghasilkan beberapa unit informasi yang dapat dikelompokkan dalam tema-tema. Tema-tema arsitektur rumah tradisional yang diperoleh diabstraksikan dalam empat konsep arsitektur rumah tradisional di Desa Pinggirpapas. Konsep ada-budi (depan-belakang), konsep kangan-kacer (kanan-kiri), konsep lake-bini (laki-laki- perempuan), dan konsep lao-daja (selatan-utara). Keempat konsep arsitektur rumah tradisional tersebut mengarah pada satu rumusan teori lokal yaitu prinsip hidup Kaula ban Guste sebagai dasar arsitektur rumah tradisional di Desa Pinggirpapas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arsitektur rumah tradisional di Desa Pinggirpapas adalah manifestasi dari prinsip hidup masyarakat Pinggirpapas yang diwujudkan dalam bentuk bangunan roma (rumah tinggal) beserta bangunan pelengkapnya pandhepa (pendopo) dan dapor (dapur) beserta elemen arsitektural lainnya. Arsitektur rumah tradisional di Desa Pinggirpapas adalah hasil karya masyarakat nelayan dan petani garam di wilayah pesisir timur Kabupaten Sumenep. Bentuk rumah tradisional di Desa Pinggirpapas mencirikan salah satu rumah tradisional Madura khususnya di wilayah Kabupaten Sumenep yang berbentuk bangsal. Rumah tradisional di Desa Pinggirpapas menggunakan perpaduan material alam berupa kayu untuk keseluruhan bagian badan bangunan dan rangka atap, batu karang untuk kaki bangunan dan genting tanah liat dari Palembang untuk penutup atap. Bangunan rumah dibuat secara bongkar-pasang sehingga dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain. Rumah tradisional di Desa Pinggirpapas dilengkapi dengan dua bangunan pelengkap yaitu pandhepa dan dapor. Ketiga bangunan ditata secara memanjang selatan-utara (lao-daja) yaitu pandhepa-roma-dapor.
ABSTRACT Pinggirpapas is a village with the biggest production of salt in Kalianget Sub-district, Sumenep District, Madura. Most villagers work as salt farmer on dry season. Pinggirpapas Village has another treasure, that is traditional residential building that has been inhabited for more than five generations. After the independence of Indonesia, the villagers have gone through economic downturn as the impact of salt productions decrease which resulted the traditional houses in Pinggirpapas have decreased in terms of quantity and quality. The current architecture of traditional houses in Pinggirpapas is still original and some of them have changed. This research aims to identify and explore the architecture of traditional houses in Pinggirpapas, also to find the meaning and values behind the physical appearance of architecture of traditional houses in Pinggirpapas. This research uses a qualitative method based on phenomenology. The data is collected by observation, interview and documentation. This research uses qualitative method with a naturalistic approach. It is focused on Pinggirpapas Village, Kalianget Sub-district, Sumenep District, Madura, which is a traditional village. The case classification which based on purposive sampling method, gains 22 cases of traditional residential building. The data analysis was done by using an inductive analysis technique. Research on the architecture of traditional houses in Pinggirpapas resulted some units of information which can be categorized into themes. The themes abstracted into four concepts of the architecture of traditional houses in Pinggirpapas: concept of ada-budi (front-back); concept of kangan-kacer (right-left); concept of lake-bini (male-female); and concept of lao-daja (south-north). The concept leads to a local theory known as the life principle of kaula ban Guste, which is the base of the architecture of traditional houses in Pinggirpapas. The result of this research indicates that the architecture of traditional houses in Pinggirpapas is a manifestation of the villagers life principle that is manifested into the design of roma (residential building) along with the secondary building consists of pandhepa (pendopo) and dapor (kitchen), and other architectural elements. The architecture of traditional houses in Pinggirpapas is the masterpiece of fisherman and salt farmer society in the eastern coast of Sumenep District. Design of the traditional houses in Pinggirpapas characterizes one of Maduranese traditional houses, especially in Sumenep which is the design of bangsal. The traditional houses in Pinggirpapas use the combination of natural material such as wood as the entire body of the building and roof truss, coral reef as the leg of the building, and clay tile from Palembang as the roof cover.The houses are removable constructed, so that it can be moved from one place to another. The traditional houses in Pinggirpapas are completed with two secondary buildings namely pandhepa and dapor. The three buildings are lengthwise from south toward the north (lao-daja) which are pandhepa-roma-dapor.
Kata Kunci : arsitektur tradisional, rumah tradisional, Pinggirpapas, Madura / traditional architecture, traditional houses, Pinggirpapas, Madura