TREN PENGGUNAAN PETIDIN DI INDONESIA TAHUN 2004-2013

SRI WAHYUNI KHALIK, Prof.Dr. Sri Suryawati; Dra. Nunung Priyatni, Apt, M.Biomed

2015 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang: Petidin termasuk salah satu obat esensial di Indonesia. Petidin adalah obat esensial untuk analgetik narkotik yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional 2013 dan Formularium Nasional 2013. Obat esensial adalah obat pilihan yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan yang diupayakan tersedia pada fasilitas pelayanan kesehatan sesuai fungsi dan tingkatannya. Pada tingkat global, petidin tidak termasuk lagi dalam WHO Essential Medicines List disebabkan karena petidin dianggap lebih rendah efikasinya dari morfin karena toksisitasnya pada sistem saraf pusat dan umumnya lebih mahal daripada morfin. Penggunaan petidin secara global mengalami penurunan, tetapi di Indonesia penggunaan petidin cenderung meningkat. Tujuan Penelitian: Mengetahui tren penggunaan petidin di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan petidin di Indonesia. Metode Penelitian: Jenis penelitian observasional dengan rancangan penelitian studi kasus yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data primer berupa wawancara mendalam kepada ketua Komnas penyusunan DOEN serta dokter ahli Anestesi secara terbatas di tiga tipe Rumah Sakit Pemerintah yaitu RS Kabupaten/Kota (RSU A), RS Propinsi (RSU B) dan RS Pusat (RSU C). Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan analisa data laporan teknis INCB dan laporan di Kementerian Kesehatan RI tentang penggunaan petidin di Indonesia tahun 2004-2013. Hasil: Dari analisa dokumen diperoleh hasil tren penggunaan petidin di Indonesia cenderung meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan petidin sebagai analgetik opioid cenderung meningkat terutama di RS Kabupaten/Kota (RSU A) tetapi di RS Pusat (RSU C) cenderung menurun. Penggunaan opioid sebagai premedikasi bervariasi yaitu petidin, fentanil, morfin dan non opioid. Faktor penyebab peningkatan dalam penggunaan di RSU A disebabkan oleh ketersediaan, keterjangkauan, dan peran prescriber. Penyebab kecenderungan menurun di RSU C disebabkan oleh faktor lingkungan kerja yang menyesuaikan dengan standar WHO dan bekal pengetahuan prescriber yang selalu meningkat. Kebijakan pemerintah melalui Komisi Nasional Penyusunan DOEN berpengaruh terhadap penggunaan petidin terutama di RSU Kabupaten Kota dan Propinsi. Kesimpulan: Tren penggunaan petidin di Indonesia cenderung meningkat. Penggunaan petidin sebagai analgetik pada RS yang dijadikan sampel, khususnya RSU A menunjukkan peningkatan sementara pada RSU C mulai menurun. Penggunaan opioid sebagai premedikasi bervariasi yaitu petidin, fentanil, morfin dan non opioid. Faktor yang mempengaruhi penggunaan petidin adalah peran prescriber dalam hal bekal pengetahuan, informasi obat, ketersediaan dan keterjangkauan petidin. Kata Kunci: Analgetik Opioid, Petidin, Tren, Prescriber, Obat Esensial.

Background: Pethidine is one of the essential medicines in Indonesia. Pethidine is an essential medicine for narcotic analgesics listed in the 2013 National List of Essential Medicines and in the 2013 National Formulary. Essential medicines are the most needed drug of choice for health services which are made available to the appropriate health care facilities and function level. At global level, pethidine is no longer part of the WHO Essential Medicines List as the efficacy of pethidine is considered inferior compared to that of morphine due to its toxicity in the central nervous system and is generally more expensive than morphine. Globally the use of pethidine has decreased. In contrast, the use of pethidine shows an increasing trend in Indonesia. Objective: To investigate the trend of the use of pethidine in Indonesia in the last ten years and to determine factors that influence the use of pethidine in Indonesia. Methods: Observational research with a descriptive case study design. In-depth interview was utilized as method for primary data collection. The participants of this research include the chairman of the National Commission for the compilation of DOEN (the National List of Essential Medicines), and the anaesthesiologists from three types of public hospitals: District/City Hospital A, Provincial Hospital B, and Central Hospital C. Secondary data collection was conducted by an analysis of the INCB technical report data and Report of the Ministry of Health concerning the use of pethidine in Indonesia in 2004-2013. Results: From the analysis of documentation, the overall results show an increasing trend of the use of pethidine in Indonesia. Specifically, the results show that the use of pethidine as one opioid analgesic is likely to increase, particularly in City Hospital A, while its use tends to decrease in Central Hospital C. The use of opioids as premedication varies, which include pethidine, fentanyl, morphine and non opioid. Factors that cause the increase in use of pethidine in City Hospital A are centred on the availability, affordability and the role of the prescriber. The declining trend in Central Hospital C is caused by environmental factors that conforms to the WHO standard and the improved knowledge of the prescriber. The results also show the government of DOEN affects the use of pethidine particularly in City Hospital A and Provincial Hospital B. Conclusion: The use of pethidine in Indonesia shows an increasing trend. The use of pethidine as analgesics in sampled hospitals in this research particularly City Hospital A shows an increasing trend while in Central Hospital C the trend is declining. The use of opioids as premedication varies, pethidine, fentanyl, morphine and non opioid. The factors that affect the use of pethidine are as follows: the level of knowledge of prescriber, information on drugs, availability and affordability of pethidine. Keywords: Opioid Analgesic, Pethidine, Trends, Prescriber

Kata Kunci : Opioid Analgesic, Pethidine, Trends, Prescriber