POLA PENGGUNAAN KODEIN DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA DI KAWASAN ASIA TENGGARA DAN PASIFIK BARAT TAHUN 2004-2013
ARIANI P., Prof.Dr. Sri Suryawati; Dra. Nunung Priyatni, Apt, M.Biomed
2015 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatABSTRAK Latar Belakang : Kodein merupakan salah satu obat esensial yang tercantum di dalam Daftar Obat Esensial Nasional 2013 dan Formularium Nasional 2013 sebagai analgesik narkotik dan sebagai antitusif, bahkan saat ini sebagai satu-satunya antitusif. Penggunaan kodein di negara-negara Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat menunjukkan tingkat konsumsi yang tinggi hanya terkonsentrasi di beberapa negara yaitu Australia dan New Zealand, sedangkan di sebagian besar Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat yang lain termasuk Indonesia tingkat konsumsi kodein masih minim. Kodein termasuk dalam daftar obat esensial di beberapa negara di Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat sehingga harus selalu dijamin ketersediaannya. Tujuan Penelitian : Menggambarkan pola penggunaan kodein di Indonesia dan negara-negara di Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2013. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah non eksperimental/observasional dengan rancangan penelitian studi kasus yang bersifat deskriptif. Penelitian ini dilakukan dalam 2 (dua) tahap. Tahap pertama untuk menggambarkan pola penggunaan kodein di Indonesia dan tahap kedua untuk menggambarkan pola penggunaan kodein di negara-negara Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat dengan melakukan perhitungan tingkat konsumsi kodein dalam bentuk S-DDD sebagai antitusif dan dilakukan perhitungan kebutuhan kodein untuk menangani kasus pertusis. Hasil perhitungan ditampilkan dalam bentuk grafik, tabel dan peta Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat serta dilakukan studi literatur terhadap DOEN dari negara-negara Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Hasil : Tingkat konsumsi kodein sebagai antitusif di Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun menujukkan tingkat tertinggi sebesar 120 S-DDD pada tahun 2009 dan 2013, sedangkan tingkat konsumsi terendah pada tahun 2010 sebesar 61 S-DDD . Tingginya tingkat konsumsi kodein sebagai antitusif di Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat terkonsentrasi di Australia dan New Zealand. Dalam kurun waktu 10 tahun tingkat konsumsi kodein di Australia selalu berada diatas 5.000 S-DDD. Kesimpulan : Tingkat konsumsi kodein di Indonesia berada pada rentang 61 S-DDD sampai dengan 120 S-DDD dan termasuk dalam kategori over supply bila dihitung sebagai antitusif untuk pengobatan pertusis. Dalam kurun waktu 10 tahun, tingkat konsumsi kodein di negara-negara Kawasan Asia Pasifik Barat menunjukkan adanya kesenjangan dan hanya terkonsentrasi di negara Australia dan New Zealand. Apabila dilakukan perhitungan kebutuhan kodein sebagai antitusif untuk pengobatan pertusis memberikan hasil bahwa 13 negara menunjukkan over supply termasuk Indonesia dan 3 negara masuk dalam kategori tidak memenuhi kebutuhan medis. Kata Kunci : Obat esensial, penggunaan kodein, analgesik narkotik, antitusif.
ABSTRACT Background: Codeine is one of the essential drugs listed in the National Essential Medicine List (NEML) and National Formulary (NF) 2013 as analgesic narcotic and antitussive, even today as the only antitussives. The use of codeine is still low when codeine is included as essential medicines so that their availability must always be ensured. In most of countries in South East Asia and Western Pacific Regions, codeine is also included in NEML. Global situation that related to the availability and consumption of opioid for medical and sciences purpose showed gap amongst the countries Objective: Describe the pattern of consumption of codeine in Indonesia and countries in South East Asia and Western Pacific Regions in 2004 to 2013. Methods: This was non experimental /observational study by case study design and descriptive in nature. This study was performed in two (2) stages. The first stages to describe the pattern of codeine consumption in Indonesia and in second stages to describe the pattern of codeine consumption in countries of South East Asia and the Western Pacific Regions by performing a calculation of codeine consumption level in the form of S-DDD as antitussive and was performed a calculation of codeine need to treat pertussis cases. The result of calculation was presented in graph, table, and map of countries in South East Asia and the Western Pacific Regions and was performed literature study to the NEML of each countries in South East Asia and the Western Pacific Regions. Results: The level of codeine consumption in Indonesia in 10 years period from 2004 to 2013 showed that the highest level was in 2013 that was 120 S-DDD and the lowest level was in 2010 that was 61 S-DDD. High levels of codeine consumption in South East Asia and Western Pacific Regions concentrated in a few countries, such as Australia and New Zealand. In the past 10 years levels of codeine consumption in Australia has always been above 5.000 S-DDD. Conclusion: Level consumption of codeine in Indonesia as antitusive in the range 61 S-DDD to 120 S-DDD. Level consumption of codein in countries in South East Asia and Western Pacific Regions shows discrepancy among the countries, concentrated in Australia and New Zealand. If codeine requirement is calculated as antitussive for pertussis treatment showed the result that in 13 countries experienced over supply including Indonesia and 3 countries categorized didn�t fulfill medical demand. Key Words : Essential medicine, codeine consumption, narcotic analgesic, antitussive.
Kata Kunci : Essential medicine, codeine consumption, narcotic analgesic, antitussive.