NAMA DIRI PADA MASYARAKAT JAWA DI YOGYAKARTA
WENING SAHAYU, DRA.,M.PD., Prof. Soepomo Poedjosoedarmo, Ph.D.; Prof. Dr. Marsono, S.U.
2015 | Disertasi | S3 LinguistikTujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan: (1) bentuk nama diri dan penamaan diri pada masyarakat Jawa di Yogyakarta pada era 70-an dan 2000-an dan menjelaskan penamaan diri berdasarkan variasi bentuk tersebut, (2) fitur semantis yang terkandung dalam nama diri di Yogyakarta era 70-an dan 2000-an, (3) pergeseran yang terjadi dalam nama diri antara era 70-an dan 2000-an dan menjelaskan faktor yang menjadi penyebab pergeseran nama itu. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan perspektif antropolinguistik. Langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: pengumpulan dan penyediaan data, analisis data dengan melakukan pemilihan, pemilahan, pengelompokkan, dan pengklasifikasian data, uji validasi analisis. Sumber data berupa sumber tulis atau sumber lisan. Sumber data tertulis adalah Kartu Keluarga di wilayah DIY, daftar nama siswa dan civitas akademika. Sumber lisan diperoleh dari para informan yang terpilih melalui wawancara etnografis, yang dilakukan melalui percakapan informal. Hasil penilian adalah sebagai berikut: bentuk nama diri pada masyarakat Jawa di Yogyakarta berupa kata dan kelompok kata. Bahasa yang dipakai dalam nama diri adalah bahasa Jawa, bahasa campuran, dan bahasa asing. Nama diri mengacu pada unsur pengisi yang berkaitan dengan pengalaman budaya pembuat nama. Fitur semantis yang ditemukan adalah yang berkaitan dengan harapan, pengingat kejadian, patronimik, dan penanda jenis kelamin. Pada era 70-an dan 2000-an ditemukan fitur semantis yang disebutkan di atas. Namun demikian, kata pengungkap fitur semantis tersebut mengalami perubahan, di samping beberapa kata yang tetap digunakan. Hal ini menunjukkan, bahwa masyarakat Jawa di Yogyakarta merasa memerlukan kata-kata baru yang dirasa lebih sesuai untuk mengekspresikan fitur semantis tersebut sesuai dengan pengalaman budayanya melalui nama diri. Faktor penyebab pergeseran nama diri antara lain adalah mobilitas, koneksitas, dan kemajuan teknologi yang memjembatani terjadinya kontak bahasa dan budaya.
This study aims to describe: (1) forms of proper names and proper name giving in Javanese society in Yogyakarta in the eras of 1970s and 2000s, (2) semantic features of proper names in Yogyakarta in the eras of 1970s and 2000s, and (3) shifts occurring in proper names in the eras of 1970s and 2000s and factors affecting the shifts. The study employed the qualitative approach, with the perspective of linguistic anthropology. The research steps included: data collection and provision, data analysis through selecting, sorting, grouping, and classifying data, and analysis validity test. The data sources were written and spoken sources. The written sources were family cards in the area of Yogyakarta Special Territory and lists of students and university staff members’ names. The spoken sources were obtained from informants selected through ethnographic interviews, done through informal conversations. The results of the study are as follows. Proper names in Javanese society are in the form of words and phrases. The languages of proper names are the Javanese language, mixed languages, and foreign languages. Proper names refer to filling elements related to cultural experiences constituting names. The revealed semantic features are those related to expectation, event remembrance, patronymic, and gender markers. In the eras of 1970s and 2000s, there were such semantic features. However, words expressing semantic features undergo shifts in addition to several words that are still used. This shows that Javanese society in Yogyakarta feel that they need new words considered more appropriate to express semantic features in accordance with cultural experiences through proper names. Factors affecting proper name shifts are, among others, mobility, connection, and technology development that bridge the occurrence of language and culture contacts.
Kata Kunci : nama diri, fitur semantis, pergeseran nama diri