Laporkan Masalah

RUANG KEMULIAAN: KONSTRUKSI GERAK MERUANG DALAM KAWASAN PUSAT SITUS PURBAKALA

WARA INDIRA, Prof. Ir. Achmad Djunaedi, MUP., Ph.D.; Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D.; Prof. Heddy Shri Ahimsa Putra, MA, M.Phil., Ph.D.

2015 | Disertasi | S3 ILMU ARSITEKTUR

Ruang yang menjadi wadah kebudayaan -yang dibangun, dipelihara, dilestarikan dan atau diubah-, mau tak mau memerlukan dan mengalami redefinisi sejalan dengan perkembangan pemaknaan kebudayaan sebagai suatu sistem simbol. Ruang tak lagi dapat dianggap sebagai ruang kosong belaka. Ruang yang tampak adanya semestinya harus dimengerti sebagai sebuah bangunan nilai, dan menjadi bagian dalam perbaikan kehidupan bersama. Kawasan Pusat Situs Majapahit ini secara historis telah mengalami pluralisme sekaligus relativisme. Praktik-praktik spasial atasnya, membentuk keunikan karakter setiap lokus atau ruang sesuai dengan pluralitas yang terjadi: spiritual, sosial-budaya, dan ekonomi. Orientasi nilai baru dalam pemanfaatan sekaligus penataan ruang menunjukkan pergeseran pandangan dan gaya hidup penghuni dan penggunanya. Ruang kawasan pusat situs Majapahit Trowulan pun dipahami sebagai rajutan simbol artefak dan interaksi sosial, yang maknanya dihasilkan oleh suatu proses yang melibatkan pandangan dan kepentingan banyak pihak. Konsep-konsep substantif mengenai ruang membangun kemuliaan dan ruang peneguhan jati diri dirumuskan dari pemaknaan terhadap fenomena-fenomena ruang "palinggihan", ruang sumber kekuatan supranatural, ruang mendapat "pawisik", ruang "golek urip", ruang penyucian, ruang "pakelingan", ruang "nyawiji", ruang perjumpaan keragaman spiritual, dan ruang peneguhan jati diri melalui melalui cara pandang dan metode fenomenologi Husserlian. Hasil penelitian ini adalah pemahaman mendalam tentang kenyataan sosio-budaya para pelaku ruang dalam Kawasan Pusat Situs Majapahit, Trowulan, yang mendasari rumusan dua teori substantif yaitu Teori Kemuliaan dan Teori Ruang Kemuliaan. "Kemuliaan", adalah kesadaran pelaku terhadap ruang yang didasarkan pada kepercayaannya tentang dunia, laku, dan interaksi sosial supranatural. Kemuliaan dipahami dalam makna kemuliaan spiritual dan kemuliaan duniawi. "Ruang Kemuliaan", dipahami sebagai realita ruang dalam membangun kemuliaan yang tercipta oleh "gerak meruang" dalam Kawasan Pusat Situs Majapahit, Trowulan. Gerak sosial dalam pelampauan ruang dan waktu mencapai kemuliaan.

ABSTRACT A space as a place of culture which built, maintained, preserved and or changed inevitably requires and experiences a redefinition in line with the development of cultural meaning as a system of symbol. A space was no longer regarded as an empty space. The existence of a physical space should be understood as a construction of meanings and being a part in the improvement of collective living. Historically, the centre area of Majapahit site had experienced pluralism and relativism. A spatial practice on this site formed the unique character of each locus or space in accordance with the plurality: spiritual, socio-cultural, and economic. The new value orientation in the spatial utilisation and planning indicated the shift in the view and the lifestyle of the subjects and the inhabitants. The centre area of Majapahit's Trowulan site was understood as a system of artefacts and social interaction symbol, in which the meaning was formulated by a process that involving multiple parties' views and interests. The substantial concepts concerning a space of nobility building and a space of identity affirmation were formulated from the meaning taken from the phenomenons of space of "palinggihan", space of supernatural power resource, space of "pawisik", space of "golek urip", space of sanctification, space of "pakelingan", space of "nyawiji", space of spiritual diversity encounter, and space of identity affirmation through Husserlian's paradigm and phenomenology method. The result of this study was an in-depth understanding of the socio-cultural reality of the subjects in centre area of Majapahit site, as the base the formulation of two substantial theories: "The Nobility Theory" and "The Theory of Nobility Space". "The Nobility" was a spatial consciousness of subjects based on the belief of world, laku, and socio-supernatural interaction. The Nobility was understood in the meaning of spiritual nobility and secular nobility. "The Nobility Space" was understood as a spatial reality in building the nobility created by the "spatial movement" in centre area of Majapahit's Trowulan Site. The social movement in the exceedance of space and time achieved the nobility.

Kata Kunci : kemuliaan, ruang kemuliaan, gerak meruang

  1. S3-2015-259903-abstract.pdf  
  2. S3-2015-259903-bibliography.pdf  
  3. S3-2015-259903-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2015-259903-title.pdf