Ucap syukur di hulu, nyapat tautn di hilek: dampak perubahan sistem ekonomi dan sistem kepercayaan terhadap pesta panen di dusun Kek Ripokng, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat

ARDANA KUSUMAWANTO, Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono, M.A.

2015 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Masyarakat Dayak Desa di Kek Ripokng dahulu memiliki ritus Pesta Panen bernama Nyapat Tautn. Ritus ini masuk dalam proses perladangan mereka, sebagai bentuk ucapan terimakasih kepada Tuhan dan penjagaan relasi sosial. Surplus produksi yang mereka miliki diseimbangkan dengan memberikan sesaji kepada roh nenek moyang, alat-alat kerja, dan membuat pesta untuk anggota masyarakat lainnya. Semenjak masuknya tanaman karet dan kelapa sawit kini masyarakat mulai meninggalkan perladangan. Perubahan mode produksi pada masyarakat ternyata tidak menghilangkan ritus Pesta panen masyarakat Kek Ripokng. Namun Pesta Panen kini diambil alih oleh Organisasi Gereja, mereka menjadi pihak yang mengambil alih bagian-bagian lama yang dahulu masuk kedalam Pranata adat. Setelah melihat fenomena-fenomena yang ada di lapangan saya ingin mengetahui Bagaimana Pesta Panen di Kek Ripokng? Apakah sama dengan Pesta panen di dusun-dusun lainnya? Dengan masuknya agama baru dan sistem ekonomi baru apakah mempengaruhi perubahan terhadap Gawai ? Mengapa Gawai tetap ada sampai saat ini? Apa dampaknya terhadap masyarakat ? Saya melakukan observasi partisipan dengan mengikuti orang-orang menuju beberapa Pesta Panen, kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat selain itu saya juga melakukan wawancara mendalam terhadap orang-orang yang berhubungan dengan Gereja dan orang orang tua untuk mengetahui gambaran Pesta Panen di masa lalu. Dari segala hasil observasi dan wawancara mencoba menkontekstualkannya dan mengintepretasikannya. Ternyata Pesta Panen di Kek Ripokng kini telah berganti nama dengan Pengucapan Syukur. Institusi Gereja mulai menghampuskan tradisi-tradisi yang mendekati kepada penyembahan berhala dan nenek moyang serta membuat bentuk baru Pesta Panen masyarakat. Gereja nampak menunjukan semangat puritanisme sebagai cara untuk memperoleh dan mejaga jemaatnya. Perputaran surplus produksipun mengarah kepada organisasi gereja. Perubahan pada Pesta Panen ini berdampak pada sistem pertukaran pemberian menjadi tidak berjalan dengan baik, sehingga memperjarak relasi sosial yang telah dibentuk sekian lama oleh Pesta Panen Nyapat tautn dan menyebabkan stereotip baru masyarakat Kek Ripokng yang Fanatik dan Suka bikin onar.

The Dayak of Kek Ripokng has a harvest festival named Nyapat Tautn. This rite was a phase in their cultivation process, as a form of gratitude to God and maintenance of social relations. Their surplus productions have to be balanced by giving offerings to the ancestors spirits and work tools by holding a feast. Since the era of rubber and oil palm cultivation, now people are starting to abandon the rice field. Changes in production mode at the community didnt eliminate the harvest festival at Kek Ripokng society. Harvest festival is now taken over by the Organization of the Church, they take over the old parts that used to go into the adat (custom) institution. After seeing the phenomena that exist in my fieldwork, I want to know how is the harvest festival at Kek Ripokng? Is it same with the harvest festival in other villages? Do new religions and new economic system affect the Gawai harvest festival? Why Gawai still exist today? What is the impact to the society? I did the anthropological fieldwork by following people toward some harvest festival, and then their economic and social activities. I also did in-depth interviews of persons associated with the Church and the village elders to find a bigger and clear picture about feast of the harvest in the past. From all the observations and interviews I tried to contextualizing and interpreting them. The fact is harvest festival at Kek Ripokng now been renamed as Pengucapan Syukur (Thanksgiving). The Church began to abandon the traditions closer to idolatry and ancestors as well as create a new form of harvest festival. The Church seems to show the spirit of puritanism as a way to acquire and preserve their follower. The production surplus led to the organization of the church. The harvest festival transformation has an impact on the exchange administration system becomes not going well; by slowly disturb the social relations that have been established for so long by the Harvest Festival Nyapat Tautn. These new phenomena also creating new stereotypes to the Dayak people of Kek Ripokng as fanatic and restless.

Kata Kunci : Perubahan, Mode Produksi, Institusi, Pesta panen, Puritanisme, Relasi Sosial, Stereotipe