ANALISIS HUMOR EPEN KAH CUPEN TOH
FRENNY SILVIA PORMES, Dr. Inyo Yos Fernandes
2015 | Tesis | S2 Ilmu LinguistikINTISARI Epen Kah Cupen Toh (EKCT) merupakan kumpulan mop atau cerita lucu yang berkembang dalam komunitas masyarakat Papua. Kumpulan EKCT ini terbagai atas dua bagian, yaitu mop yang diceritakan oleh satu pencerita kepada beberapa orang dan mop yang diperankan. Humor EKCT ini memanfaatkan aspek-aspek linguistik dalam menciptakan humornya. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek-aspek pragmatik, aspek-aspek kebahasaan yang dimanfaatan dalam penciptaan wacana humor EKCT serta memaparkan fungsi wacana EKCT ini. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dan dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pengumpulan data, analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Pada tahap pengumpulan data, peneliti menyimak tuturan-tuturan yang terdapat di dalam dua keping VCD berjudul Epen kah Cupen toh kemudian mencatat tuturan-tuturan dan mengklasifikasikan data-data tersebut menurut aspek-aspek kebahasaan dan aspek pragmatik. Data-data yang telah diklasifikasi tersebut dianalisis dengan memanfaatkan metode padan pragmatis. Hasil-hasil analisis yang sudah dilakukan kemudian disajikan secara formal dan informal. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa para pencerita dan pelaku secara disengaja ataupun tidak melakukan penyimpangan prinsip kerja sama, prinsip kesopanan, dan parameter pragmatik dalam menghasilkan humor. Humor EKCT ini sengaja diciptakan untuk menertawakan kebodohan diri sendiri dan untuk mengejek kelompok minoritas (kelompok suku lain maupun orang-orang yang tidak terdidik). Melalui data yang ada, ditemukan bahwa sebagian besar bahasa yang digunakan dalam wacana humor EKCT adalah Bahasa Indonesia Dialek Papua (BDIP), tetapi terdapat pula beberapa wacana yang menggunakan bahasa Melayu Makassar (BMM) dan beberapa dialek lain. Dalam menciptakan humor, wacana EKCT juga memanfaatkan aspek-aspek kebahasaan seperti, aspek fonologis, ketaksaan leksikal dan gramatikal, homonim, hiponim, metafora, akronim, dan pertalian antarklausa. Dalam hal ini, subtitusi bunyi yang dilakukan dalam wacana EKCT ini berbeda dengan penelitian humor yang sudah ada sebelumnya karena tidak menghasilkan makna baru. Jika dipandang dari fungsinya, wacana EKCT memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai penggambaran situasi dan kondisi masyarakat Papua, untuk menyamarkan kemarahan dan rasa jengkel, mengurangi kesalahan, menghindari hal-hal tabu, menyembunyikan maksud, menyatakan hal yang berlebihan, dan menyembunyikan identitas. Kata Kunci: Humor, mop, bahasa Indonesia Dialek Papua (BDIP), aspek-aspek kebahasaan, pragmatik, Epen kah Cupen toh!.
ABSTRACT Epen Kah Cupen Toh (EKCT) is a compilation of mop or humor that is developed in Papua society. This EKCT compilation is divided into two parts, i.e. mop that is told by a story teller to some people and mop that is impersonated. This EKCT humor uses linguistics aspects to create its humor. Therefore, this research is aiming at describing pragmatics aspects, language aspects which are used in creating the EKCT humor discourse, and also explaining the function of this EKCT discourse. The character of this research is descriptive qualitative and it was carried through three stages, that are stage of data collection, data analysis, and presentation of the results of the data analysis. At the stage of data collection, the researcher listened to the speech from two pieces of VCD entitled Epen kah Cupen toh then noted the speech and classified the data according to the linguistic and pragmatic aspects. The data which have been classified were analyzed by using the unified pragmatic method. The results of the analysis then are presented formally and informally. The results of the study show that the story tellers and the people intentionally and unintentionally distorted the cooperative principles, politeness principles, and pragmatic parameters to create humor. EKCT humor is intentionally created to mock or demean minorities in society, such as other ethnic groups, people who do not have higher education, and those who came from the hinterland. The data show that the language that is used in EKCT humor discourse was mostly in Bahasa Indonesia Dialek Papua (BDIP), however, there were some discourse used Bahasa Melayu Makassar (BMM) and some other dialects. In creating humor, EKCT also used language aspects such as phonology, lexical and grammatical ambiguity, homonym, hyponym, metaphor, acronym, and inter clause relation. In this case, the substitution of sound that was done in this EKCT discourse is different from the previous research of humor because it does not create new meanings. EKCT discourse has some roles, i.e. as a delineation of situation and condition of Papua people, to hide anger and irritation feelings, to minimize error, to avoid taboos, to hide meanings, to reflect excessive things, and to hide an identity. Keyword: Humor, mop, Bahasa Indonesia Dialek Papua (BDIP), language aspects, pragmatics, Epen kah Cupen toh.
Kata Kunci : humor, mop, bahasa Indonesia Dialek Papua (BDIP), aspek-aspek kebahasaan, pragmatik, Epen kah Cupen toh!.