EVALUASI PENERAPAN METODE CASM UNTUK PENENTUAN LOKASI PENANAMAN DALAM RANGKA REHABILITASI DAS OLEH PEMEGANG IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN (Studi Kasus di Desa Pangkalan Bulian Kec. Batanghari Leko Kab. Musi Banyuasin Prov. Sumatera Selatan)
SITI HALIMATUSYADIAH, Dr. Ir. Ambar Kusumandari, M.ES.; Dr. Ir. Nunuk Supriyatno, M.Sc.
2015 | Tesis | S2 Ilmu KehutananKewajiban rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) bagi pemegang IPPKH (selanjutnya disebut dengan rehabilitasi DAS) diatur dalam Permenhut No.18 Tahun 2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan dan Permenhut No.63 Tahun 2011 jo Permenhut No.87 Tahun 2014 tentang Pedoman Penanaman Bagi Pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) dalam Rangka Rehabilitasi DAS. Dalam kegiatan penanaman dalam rangka rehabilitasi DAS yang dilakukan oleh pemegang IPPKH, penentuan lokasi penanaman juga menjadi bagian yang paling utama dan sangat penting. Tahap ini akan sangat berperan dalam menentukan keberhasilan rehabilitasi DAS yang dilakukan oleh pemegang IPPKH Sebagian besar kegiatan rehabilitasi DAS saat ini berada pada tahap penentuan lokasi atau tahap awal penanaman. Di Sumatera terdapat beberapa lokasi rehabilitasi DAS yang menerapkan metode CASM yang digunakan dalam penentuan calon lokasi penanamannya. Metode ini terdiri dari analisis Capability, Availability, Suitability, dan Manageability. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan maupun mengidentifikasi ketepatan penerapan metode CASM dalam kegiatan perencanaan rehabilitasi DAS. Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa penentuan lokasi rehabilitasi DAS dengan metode CASM atau Non CASM keduanya menggunakan pendekatan aspek biofisik dan sosial ekonomi. Pada metode CASM kedua aspek tersebut digunakan pada saat studi calon lokasi sebelum dilakukan pengusulan calon lokasi, adapun pada metode non CASM kedua aspek tersebut digunakan pada saat verifikasi calon lokasi setelah dilakukan pengusulan calon lokasi oleh pemegang IPPKH. Kelebihan metode CASM dalam hal ini adalah adanya pelibatan masyarakat dalam perencanaannya, penggunaan data yang komprehensif dan adanya tenaga ahli yang terlibat. Berdasarkan kriteria untuk penyelenggaraan RHL dan pengelolaan DAS, secara umum metode CASM sudah sesuai untuk perencanaan rehabilitasi DAS. Hanya saja perlu perbaikan untuk pengembangannya. Sebagai tambahan untuk pengembangan metode CASM, dapat ditambahkan aspek hukum sebagai bidang kajian terkait kejelasan dan legalitas lokasi yang akan dilakukan rehabilitasi.
According to Forestry Minister Regulation No.18, 2011 regarding the Forest land Leasehold Permit (Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan-IPPKH) guideline and the Regulation No.63, 2011 jo Regulation No.87 year 2014, regarding plantation guideline for the Forest Leasehold Permit Holder, then, permit holder are obligated to implement watershed rehabilitation. In term of rehabilitation, plantation site selection is the most important part to be decided to accelerate the rehabilitation of watershed area. It could be the advantage stage to assess watershed rehabilitation that has been done by IPPKH holders. The watershed rehabilitation is currently at the early stage or in other word at the site determination stage. In Sumatera there are several locations of watershed rehabilitation has applied CASM method to determine the sites candidate for planting. This method is consisting of several analyses i.e., Capability, Availability, Suitability and Manageability. The purpose of this study was to reveal the advantages and disadvantages of CASM method also to identify the accuracy of the CASM method in watershed rehabilitation planning based on land and forest rehabilitation criteria and watershed management criteria. Analysis showed that the determination of watershed rehabilitation site on CASM and non CASM method are use both biophysical and socio-economic aspects. In the CASM method, these two aspects are used during the study prior to the site candidate proposed by IPPKH holders. As for the non CASM method, these two aspects are used during the verification after the site candidate proposed by IPPKH holders.The advantages of CASM method in this case are the existence of community involvement in planning, the comprehensive data and experts involvement. The disadvantages of CASM method are CASM method requires a relatively long time and a high cost for the study. Based on the implementation criteria of Land and Forest Rehabilitation also watershed management, CASM method is generally eligible for the watershed rehabilitation planning. Eventhough some improvements might need for further development. This method will properly work for certain rehabilitation case by adding legal aspect component due the legality to clarify the rehabilitation sites.
Kata Kunci : CASM, DAS, IPPKH, rehabilitation, watershed