Laporkan Masalah

PREDIKSI DAERAH POTENSIAL KONFLIK MANUSIA-MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI PEGUNUNGAN MENOREH KABUPATEN KULONPROGO

HERVINA MARDA HASTUTI, Dr. rer. silv. Muhammad Ali Imron, S.Hut., M.sc.

2015 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan satwa yang sangat adaptif. Monyet ekor panjang mampu beradaptasi pada berbagai habitat dan sering berkonflik dengan manusia. Pegunungan Menoreh di Kabupaten Kulonprogo telah lama menjadi habitat monyet ekor panjang dan konflik manusia-monyet ekor panjang telah terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui luas dan distribusi daerah potensial konflik antara manusia dan monyet ekor panjang di Pegunungan Menoreh Kabupaten Kulonprogo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 s/d Maret 2015. Lokasi penelitian meliputi seluruh wilayah Pegunungan Menoreh dan sekitarnya yang terletak di Kabupaten Kulonprogo, meliputi Kecamatan Girimulyo, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kokap, Kecamatan Samigaluh serta beberapa desa di Kecamatan Pengasih. Penelitian ini dimulai dengan melakukan studi literatur kemudian mengumpulkan data sekunder yang selanjutnya digunakan untuk pembuatan peta konseptual. Pembuatan peta konseptual kesesuaian habitat menggunakan konsep HSI Map dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang diolah dengan software ArcGIS 10. Peta konseptual ini selanjutnya diverifikasi dan divalidasi dengan hasil survei di lapangan, kemudian ditumpangtindihkan dengan peta penggunaan lahan untuk memprediksi potensi konflik manusia-monyet ekor panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 37,99% atau seluas 10.585,12 ha area di Pegunungan Menoreh Kabupaten Kulonprogo sesuai menjadi habitat monyet ekor panjang. Dari luasan tersebut, seluas 9.310,99 ha area memiliki potensi konflik manusia-monyet ekor panjang. Potensi konflik terluas terdapat di Desa Jatimulyo yaitu sebesar 10,52% atau seluas 979,43 ha, dan luasan terkecil terdapat di Desa Sendangsari sebesar 0,27% atau seluas 25,33 ha. Pengelolaan lahan dengan pendekatan management regime berdasarkan ancaman terhadap lahan dapat menjadi alternatif dalam menangani konflik manusia dan monyet ekor panjang pada wilayah Pegunungan Menoreh.

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan satwa yang sangat adaptif. Monyet ekor panjang mampu beradaptasi pada berbagai habitat dan sering berkonflik dengan manusia. Pegunungan Menoreh di Kabupaten Kulonprogo telah lama menjadi habitat monyet ekor panjang dan konflik manusia-monyet ekor panjang telah terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui luas dan distribusi daerah potensial konflik antara manusia dan monyet ekor panjang di Pegunungan Menoreh Kabupaten Kulonprogo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 s/d Maret 2015. Lokasi penelitian meliputi seluruh wilayah Pegunungan Menoreh dan sekitarnya yang terletak di Kabupaten Kulonprogo, meliputi Kecamatan Girimulyo, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kokap, Kecamatan Samigaluh serta beberapa desa di Kecamatan Pengasih. Penelitian ini dimulai dengan melakukan studi literatur kemudian mengumpulkan data sekunder yang selanjutnya digunakan untuk pembuatan peta konseptual. Pembuatan peta konseptual kesesuaian habitat menggunakan konsep HSI Map dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang diolah dengan software ArcGIS 10. Peta konseptual ini selanjutnya diverifikasi dan divalidasi dengan hasil survei di lapangan, kemudian ditumpangtindihkan dengan peta penggunaan lahan untuk memprediksi potensi konflik manusia-monyet ekor panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 37,99% atau seluas 10.585,12 ha area di Pegunungan Menoreh Kabupaten Kulonprogo sesuai menjadi habitat monyet ekor panjang. Dari luasan tersebut, seluas 9.310,99 ha area memiliki potensi konflik manusia-monyet ekor panjang. Potensi konflik terluas terdapat di Desa Jatimulyo yaitu sebesar 10,52% atau seluas 979,43 ha, dan luasan terkecil terdapat di Desa Sendangsari sebesar 0,27% atau seluas 25,33 ha. Pengelolaan lahan dengan pendekatan management regime berdasarkan ancaman terhadap lahan dapat menjadi alternatif dalam menangani konflik manusia dan monyet ekor panjang pada wilayah Pegunungan Menoreh.

Kata Kunci : penyerangan lahan pertanian, konflik manusia-satwa liar, konservasi primata, pengelolaan habitat, habitat suitability index map