Hubungan Tingkat Daya Hidup (Livability) dengan Tingkat Daya Saing (Competitiveness) Kota-Kota di Pulau Jawa
RIJAWANDA RAFIMADINA, M. Sani Roychansyah, S.T., M.Eng. D.Eng.
2015 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAKota sebagai pusat pelayanan tidak terlepas dari adanya fenomena urbanisasi, terlebih kota-kota di Pulau Jawa yang memiliki sarana dan prasarana yang lebih lengkap dibandingkan pulau-pulau lainnya. Fenomena urbanisasi ini menyebabkan berbagai permasalahan perkotaan, oleh karena itu diperlukan solusi pembangunan berkelanjutan untuk menyelesaikannya. Menurut World Bank Institute, terdapat 4 (empat) parameter pencapaian Kota Berkelanjutan: livability; competitiveness; bank ability; dan good governance and management. Daya hidup (livability) merupakan upaya defensif kota untuk memberikan kenyamanan masyarakat yang tinggal di dalamnya dalam beaktivitas dan bertempat tinggal, sementara daya saing (competitiveness) adalah upaya ofensif kota untuk "menjual" kotanya untuk meningkatkan perekonomian kota. Daya hidup (livability) maupun daya saing (competitiveness) dibutuhkan untuk mewujudkan kota yang komplementer. Fenomena yang terjadi saat ini adalah kota-kota yang ingin meningkatkan daya saing (competitiveness) justru mengalami penurunan tingkat daya hidup (livability), oleh karena itu fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat daya hidup (livability) dengan tingkat daya saing (competitiveness) di 34 kota-kota administratif di Pulau Jawa. Variabel dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini dideduksi dari teori, konsep, maupun hasil riset mengenai daya hidup (livability) maupun daya saing (competitiveness), yang kemudian direduksi berdasarkan ketersediaan data sekunder. Analisis data yang dilakukan adalah menggunakan metode skoring untuk melihat tingkat daya hidup (livability) dan tingkat daya saing (competitiveness) kemudian dilakukan analisis Pearson's Correlation untuk melihat hubungan keduanya. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kota-kota yang memiliki tingkat daya hidup (livability) tinggi adalah kota yang berfungsi sebagai PKW, sementara kota-kota yang memiliki tingkat daya saing (competitiveness) tinggi adalah kota yang berfungsi sebagai PKN. Untuk hasil analisis Pearson's Correlation disimpulkan bahwa hubungan antar keduanya memiliki hubungan negatif atau berbanding terbalik dengan nilai korelasi rendah, yang didukung dengan hasil garis linear yang cenderung membentuk garis horizontal. Hal tersebut mengindikasikan bahwa saat ini kota-kota di Pulau Jawa sedang menuju kondisi untuk menyeimbangkan antara tingkat daya hidup (livability) dan tingkat daya saing (competitiveness).
Urbanization is one of phenomenon of city, as a core of service, moreover, some cities located in Java that have facilities and basic facilities which are more complete than any other islands. This phenomenon causes several problems, so sustainable development solutions are required to solve them. According to World Bank Institute, there are 4 parameters of sustainable city achievement. Livability, competitiveness, bank ability, and good governance and management. Livability is a deffensive effort of the city to give comfortable conditons to people who live in, refer to their activity, while competitiveness is an offensive effort to promote the city in order to enhance the economic factor . Both of them are needed to create complement city. Nowadays phenomenon is cities which want to enhance their competitiveness, get their livability factor decreased instead. So the main focus of this research is to find out the relation between livability and competitiveness in 34 administrative cities in java. Variable and indicator which are used in this research are deducted from concept, theory, result of the research about livability and competitiveness then reducted by secondary data. Scoring method is used to analyze the data to show the livability level and the competitiveness level of the city. Then, pearson's corelation method is used to show the relation between both of them. This research results a conclusion that cities which have high level of livability are cities which are functioned as Pusat Kegiatan Wilayah or Regional Activity Centre, while cities with high level of competitiveness are cities which are functioned as Pusat Kegiatan Nasional or National Activity Centre. Based on Pearson's Correlation analysis method, it concludes that the relation between livability and competitiveness has a negative relation which is supported with linear line that tend to make a horizontal line. That case indicates that cities in java are in effort to balance between livability and competitiveness.
Kata Kunci : daya hidup (livability), daya saing (competitiveness), Pearson's Correlation / livability, competitiveness, Pearson's Correlation