ADAPTASI ANATOMI DAN MORFOLOGI TANAMAN GEMBILI (Dioscorea esculenta (Lour.) Burk.) TERHADAP POLA TANAM DAN INTENSITAS CAHAYA RELATIF DI HUTAN RAKYAT KABUPATEN SUKOHARJO
SAWITRI, Dr.Budiadi, S.Hut.M.Agr.
2015 | Skripsi | S1 KEHUTANANHutan berkontribusi sebagai penyedia pangan melalui sistem agroforestri. Salah satu jenis tanaman pangan yang dapat dikembangkan pada lahan agroforestri adalah gembili yang memiliki kandungan inulin tinggi. Petani di Sukoharjo menanam gembili dengan pola tanam agroforestri di bawah tegakan jati dan pola tanam monokultur gembili. Praktek budidaya tersebut menyebabkan intensitas cahaya pada berbagai pola tanam berbeda, sehingga berpengaruh terhadap anatomi dan morfologi tanaman gembili. Penelitian ini bertujuan mengetahui respon anatomi dan morfologi gembili sebagai adaptasinya terhadap pola tanam dan intensitas cahaya relatif (ICR) yang berbeda. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Watubonang, Tawangsari, Sukoharjo. Pemilihan lokasi menggunakan metode purposive sampling dengan perlakuan utama berupa perbedaan pola tanam yaitu gembili monokutur, TAB, dan jati-gembili masing-masing berukuran 20 x 20 m diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 9 plot penelitian. Pada setiap plot penelitian terdapat 4 subplot pengambilan sampel berukuran 2 x 2 m. Pada subplot tersebut dilakukan pengambilan data lingkungan, sampel tanah, sampel daun, dan sampel sulur tanaman gembili. Hasil penelitian menunjukkan ICR pada pola tanam gembili monokultur 78,66%, TAB 66,94%, dan jati-gembili 34,05%. Adaptasi anatomi berupa kandungan klorofil akan meningkat seiring berkurangnya ICR (gembili monokultur 0,544 mg/g, TAB 0,616 mg/g, jati-gembili 0,641 mg/g). Jumlah stomata semakin sedikit seiring dengan semakin rendahnya ICR (gembili monokultur 35 stomata/mm², TAB 25 stomata/mm², jati-gembili 19 stomata/mm²). ICR mempengaruhi morfologi tanaman gembili. Luas daun, panjang sulur, dan panjang internodus akan meningkat seiring dengan bertambahnya ICR, dan mengalami penurunan pada ICR yang lebih tinggi. Warna daun gembili pada ICR tinggi hijau terang sedangkan pada ICR rendah hijau gelap. Kadar N dan P total tanah berpengaruh lebih lemah terhadap anatomi sdan morfologi tanaman gembili (R² sebesar < 0,4), sedangkan ICR berpengaruh kuat terhadap respon anatomi dan morfologi tanaman gembilli (R² sebesar > 0,5). ICR optimal untuk pertumbuhan tanaman gembili adalah 50-56%.
Forest contributes as food providers through agroforestry system. A food crop that can be grown in agroforestry land is D. esculenta which has high content of inulin. Sukoharjo farmers plant D. esculenta on agroforestry cropping pattern with teak or monoculturally. The cultivation practices cause the light intensity are different, therefore affect the anatomy and morphology of D. esculenta. The research aims to describe the response of D. esculenta anatomy and morphology as their adaptation to the various planting pattern and relative light intensity (RLI). The research was conducted in Watubonang village, Tawangsari, Sukoharjo. Site selection was using purposive sampling method with the main treatment was different cropping pattern (D. esculenta monoculture, TAB, and teak-D. esculenta). Each cropping pattern sized 20 x 20 m repeated 3 times, so there were 9 research plots. In each plot there were 4 subplots sized 2 x 2 m. At that subplot taken environmental data, soil samples, leaf samples, and tendril samples of D.esculenta. Result showed that RLI in D. esculenta monoculture cropping was 78.66%, in TAB was 66.94%, and in teak-D. esculenta was 34.05%. Chlorophyll content increased with the decreasing of RLI (in D. esculenta monoculture was 0.544 mg/g, in TAB was 0.616 mg/g, in teak-D. esculenta was 0.641 mg/g). The numbers of stomata decreased with the decreasing of RLI (in D. esculenta monoculture was 35 stomata/mm², in TAB was 25 stomata/mm², in teak-D. esculenta was 19 stomata/mm²). RLI affected D. esculenta morphology. The leaves size, the tendrils and internodus length increased with the increasing of RLI, and decreased at higher RLI. The leaf colour on high light intensity was bright green while on the low light intensity was dark green. N and P total content of soil had weaker effect on D. esculenta anatomy and morphology (R² = < 0.4), than RLI. RLI had strong effect on D. esculenta anatomy and morphology (R² = > 0.5). Light intensity range of 50-56% was optimal for growth of D.esculenta
Kata Kunci : gembili, agroforestri, intensitas cahaya relatif, unsur N, P tanah, adaptasi, anatomi dan morfologi