Laporkan Masalah

HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN STATUS ANEMIA PADA PASIEN PENYAKIT TIDAK MENULAR PASKA RAWAT INAP

DWI CATUR NUGRAHAWATI, Dr. Susetyowati, DCN., M.Kes; dr. Luthfan Budi Purnomo, Sp.PD, KEMD

2015 | Skripsi | GIZI KESEHATAN

Latar Belakang Penelitian : Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. Di Indonesia, PTM juga menjadi penyebab utama dari kematian yang ada. Rata-rata pasien dengan penyakit tidak menular mengalami anemia yang dapat disebabkan oleh kekurangan zat besi atau zat gizi lain, dan adanya penyakit kronik lain. Pasien PTM dengan anemia ini dapat beresiko mengalami rawat inap ulang yang akhirnya dapat meningkatkan risiko kematian. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan antara asupan gizi (protein, zat besi, dan vitamin C), konsumsi suplemen, dan konsumsi teh dengan status anemia pada pasien penyakit tidak menular paska rawat inap. Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain cross sectional. Sampel yang digunakan adalah pasien dengan PTM paska rawat inap di RSUD Sleman. Sampel yang dibutuhkan sebanyak 82 orang. Data yang dikumpulkan ialah asupan gizi (protein, zat besi, dan vitamin C), konsumsi suplemen, dan teh yang diperoleh melalui wawancara menggunakan formulir SQ-FFQ, sedangkan data kadar hemoglobin sebagai penentu status anemia diperoleh dengan alat Photometer Screen Master dengan metode Cyanomethemoglobin. Pengambilan data ini dilakukan dengan cara kunjungan rumah yang dilaksanakan 3 bulan setelah pasien menjalani rawat inap. Uji statisik yang digunakan untuk menganalisis hubungan adalah uji Chi Square. Hasil Penelitian : Prevalensi anemia pada pasien paska rawat inap adalah 41,7%. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan protein (p = 0,273), asupan zat besi (p = 0,249), asupan vitamin C (p = 0,224), konsumsi suplemen vitamin C (p = 0,637), dan konsumsi suplemen tambah darah (p = 0,060) dengan status anemia pada pasien paska rawat inap. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi teh (p = 0,016) dengan status anemia pada pasien paska rawat inap. Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan gizi (protein, zat besi, dan vitamin C), konsumsi suplemen vitamin C, dan suplemen tambah darah dengan status anemia pada pasien penyakit tidak menular paska rawat inap. Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi teh dengan status anemia pada pasien penyakit tidak menular paska rawat inap. Namun, hubungan ini memiliki arti yang sebaliknya dimana konsumsi teh bersifat protektif terhadap kejadian anemia.

Background : Non-communicable diseases (PTM) is a major cause of death globally. WHO data show that of the 57 million deaths that occurred in the world in 2008, as many as 36 million or nearly two-thirds are caused by non-communicable diseases. In Indonesia, PTM is also the leading cause of death there. On average, patients with non-communicable diseases have anemia which can be caused by a deficiency of iron or other nutrients, and the presence of other chronic diseases. PTM patients with anemia can be at risk of re-hospitalization that ultimately may increase the risk of death. Objective : To determine the relationship between nutritional intake (protein, iron, and vitamin C), supplements consumption, and tea consumption with anemia status in patients with non-communicable diseases after hospitalization. Methods : This study was an observational study with cross sectional design. The samples used were patients with non-communicable diseases after hospitalization in Sleman District Hospital. Required sample as many as 82 people. The data collected are nutrition intake (protein, iron, and vitamin C), supplements consumption, and tea consumption were obtained through interviews using SQ-FFQ, while data hemoglobin levels as determinants of anemia status is obtained using Photometer Screen Master with Cyanomethemoglobin method. Data retrieval is done by home visits were carried out 3 months after the patient is hospitalized. Statistical test used to analyze the relationship is Chi Square test. Results : The prevalence of anemia in patients with post-hospitalization was 41.7%. There was no significant association between protein intake (p = 0.273), iron intake (p = 0.249), vitamin C intake (p = 0.224), vitamin C supplements consumption (p = 0.637), and blood plus supplements consumption (p = 0.060) with anemia status in patients after hospitalization. There was a significant association between tea consumption (p = 0.016) with anemia status in patients after hospitalization. Conclusion : There were no significant relationship between nutritional intake (protein, iron, and vitamin C) and supplements consumption with anemia status in patients with non-communicable diseases after hospitalization. There is a significant association between tea consumption with the anemia status in patients with non-communicable diseases after hospitalization. However, this relationship has the opposite meaning that tea consumption is protective on the incidence of anemia.

Kata Kunci : Kata Kunci : asupan protein, zat besi, vitamin C, suplemen vitamin C, suplemen tambah darah, teh, anemia, pasien paska rawat inap

  1. S1-2015-314338-abstract.pdf  
  2. S1-2015-314338-bibliography.pdf  
  3. S1-2015-314338-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2015-314338-title.pdf