GAMBARAN MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK JARINGAN PARUT HIPERTROFIK (HYPERTROPHIC SCAR) PADA MODEL TELINGA KELINCI (Oryctolagus cuniculus)
LUTFIYATI HIKMAWATI, drh. Sitarina Widyarini, MP.,Ph.D.
2014 | Skripsi | S1 KEDOKTERAN HEWANTingginya insiden jaringan parut hipertrofik sebagian besar disebabkan oleh proses kesembuhan luka tidak sempurna pada kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan jaringan parut hipertrofik pada model telinga kelinci. Dua kelinci jantan (Oryctolagus cuniculus) dengan umur 16 minggu yang digunakan dalam penelitian ini. Kulit dari bagian ventral pada inner pinna dibedah hingga perikondrium dengan menggunakan punch biopsy 5 mm. Dua biopsi dilakukan di setiap telinga kelinci. Selanjutnya, Tegaderm digunakan untuk menutupi luka selama 24 jam. Pemeriksaan dan pengukuran kesembuhan luka dan pembentukan jaringan parut hipertrofik dilakukan setiap minggu hingga 45 hari pasca biopsi. Pada hari 46, semua hewan yang dieutanasi, kulit telinga dari inner pinna diambil dan difixed dengan 10% penyangga formalin untuk pemeriksaan mikroskopik menggunakan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) dan van Gieson. Hasil penelitian makroskopik menentukan bahwa jaringan parut hipertrofik dalam model telinga kelinci menunjukkan jaringan merah yang menonjol di inner pinna. Munculnya jaringan parut hipertrofik dimulai pada hari ke-14 pasca biopsi (luas 0,19 mm2 dan tebal 0 mm) dan kemudian mencapai ukuran optimal pada hari ke-35 pasca biopsi (luas 4,64 mm2 dan tebal 0,53 mm). Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan bahwa jaringan parut hipertrofik terdiri dari fibroblast hipertrofik dan hipertrofik inti fibroblast di daerah dermis. Pewarnaan van Gieson menunjukkan deposit kolagen merah muda dengan bentuk seperti kumparan tidak teratur. Jumlah deposit kolagen lebih besar dari inner pinna non biopsi. Kesimpulannya, jaringan parut hipertrofik menunjukkan jaringan merah yang menonjol pada kulit yang terdiri deposit kolagen.
High incidence of hypertrophic scar mostly caused by an abnormal wound healing process of the skin. The aim of this study is to determine the process of scar hypertrophic formation in the rabbit ear model. Two male rabbit (Oryctolagus cuniculus) with the age 16 weeks were used in this study. The skin from ventral part of inner pinna was dissected up to the perichondrium by using 5 mm punch biopsy. Two biopsy have done in each pinna of rabbit. Subsequently, Tegaderm was used to cover the wound for approximately 24 hours. The examination and measurement of wound healing and the formation of hypertrophic scar done every week up to 45 days post biopsy. At day 46, all animal were sacrificed, the ear skin from inner pinna were taken and fixed with 10% buffer formaline for microscopic examination using Hematoxylin Eosin (HE) and van Gieson staining. Result of macroscopic study determines that hypertrophic scar in rabbit ear model shows as a protruding red tissue in the inner pinna. The appearance of scar hypertrophic starts at day 14 post biopsy (wide 0,19 mm2 and thick 0 mm) and then reaches optimal size at day 35 post biopsy (wide 4,64 mm2 and thick 0,53 mm). Microscopic examination demonstrated that hypertrophic scar tissue consists of hypertrophic fibroblast and hypertrophic of fibroblast nuclei in the dermis area. Van Gieson staining shows collagen deposit with pink irregular coil like shape. The number of collagen deposit is greater than non biopsy inner pinna. To conclude, hypertrophic scar shows a protruding red tissue in the skin that consist collagen deposit.
Kata Kunci : jaringan parut hipertrofik, inner pinna kelinci, deposit kolagen