PENERAPAN METODE SPATIAL MULTI CRITERIA EVALUATION (SMCE) TERHADAP KUALITAS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENETAPAN BATAS ADMINISTRASI DI DAERAH KONFLIK BATAS WILAYAH KOTA SAMARINDA DAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR
CHAIDIR ARSYAN ADLAN, Dr. R. Suharyadi, M.Sc
2015 | Skripsi | S1 KARTOGRAFI DAN PENGINDRAAN JAUHKonflik perbatasan Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda muncul karena perubahan batas sebagai akibat dari adanya pemekaran. Perbedaan penetapan (delimitasi) di lapangan menimbulkan saling klaim atas wilayah. Dibutuhkan metode alternatif guna menyelesaikan konflik batas yang berdasarkan pada prinsip obyektif dan adil. Tujuan dari penelitian ini yaitu membuat model pengambilan keputusan penetapan batas wilayah dengan paramater spasial menggunakan metode Spatial Multi Criteria Evaluation dan memberikan rekomendasi penetapan batas wilayah alternatif administrasi daerah konflik dan evaluasinya. Penelitian ini detil analisis yang digunakan yaitu Spatial Multi Criteria Evaluation (SMCE) yaitu metode yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan yang analisisnya mempertimbangkan dan mengevaluasi berbagai kriteria secara spasial. Kriteria-kriteria spasial kuantitatif yang berpengaruh dalam penetapan batas daerah penelitian yaitu pertama kriteria kesesuaian terhadap area pembangunan meliputi harkat penggunaan lahan dan aksesbilitas terhadap jaringan jalan, kedua kriteria kemudahan masyarakat meliputi daya layan fasilitas publik, dan ketiga kriteria peningkatan pendapatan pemerintah daerah meliputi potensi pendapatan pajak bumi dan potensi cadangan mineral tambang. Data penginderaan jauh yang digunakan adalah citra Worldview-2, penyadapan parameter spasial dilakukan dengan interpretasi visual dengan pendekatan unsur-unsur interpretasi. Pengumpulan data dikombinasikan juga dengan kerja lapangan dan data-data sekunder dari instansi terkait. Proses penyusunan model batas alternatif dilakukan dengan tiga buah skenario yaitu berdasarkan Pertimbangan Unit Eksisting Administrasi Kelurahan/ Desa, Pertimbangan Batas Fisik dan Kenampakan Alam, dan Pertimbangan Batas Jalan. Hasil penelitian menghasilkan rekomendasi batas alternatif terbaik berdasarkan evaluasi adalah skenario 5 berdasarkan pertimbangan batas eksisting versi Desa Kutai Katanegara, pada skenario ini Kota Samarinda mendapatkan nilai agregat sebesar 103.081,72 AV sedangkan Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 81.471,83 AV. Berdasarkan nilai agregat tersebut Samarinda mendapatkan persentase 53,64 % dan Kutai Kartanegara 51,02 %, berdasarkan perspektif penilaian segmen konflik dari masing-masing daerah. Penggunaan model SMCE menghasilkan hasil yang obyektif dan skenario yang adil bagi pihak-pihak yang berkonflik, penggunaan metode ini dapat meningkatan kualitas proses penyelesaian konflik batas.
Boundary conflict between Kutai Kartanegara Rengency and Samarinda City appear caused by the changed of boundary as result of region boundary development. Different process of delimitation occured cross-over claim upon the region. Necessary to use appropriate method to solve the boundary conflict based on objective and fair principle. This study aim to create boundary-delimitation decision-making model that uses Spatial Multi Criteria Evaluation (SMCE) method and aim to give a reccomendation of alternative boundary-delimitation in conflict area and include the evaluation. The method used in this study is SMCE, a method that uses in decision making process which considering and evaluating spatial criteria. The influental criteria in this conflict study case are first developable area suaitabilty criteria that cover landuse class and accesbility towards the road network, second community facilitation criteria that cover service area of public facility, and third enhance of government income criteria that cover the potential income from land tax and potential income from coal mining. Worldview-2 imagery used as basis visual interpretation to get the spatial criterias, data collection is also done by fieldwork technique and analysis from secondary data from the agencies that correlated to this study. The altenative boundary model arrange by three scenario considering village boundary exisitng unit, considering natural boundary, and considering the highway boundary. The result of the study determine best alternative boundary recommendation based on the evaluation, that is the scenario 5 consedering village coundary exisitng unit from Kutai Kartanegara Regency version. The scenario shows statistic that Samarinda City has 103.081,72 aggregate value, in the other hand Kutai Kartanegara Regency has 81.471,83 aggregate value. Based on the value, Samarinda City get 53,64 % and Kutai Kartanegara Rengency get 51,02% based on their own scoring prespective. The uses of SMCE model determine an objective result and the fair scenario to the contenders, the uses of this method able to enhance the quality process of boundary conflict resolution.
Kata Kunci : Konflik Batas, Spatial Multi Criteria Evaluation, Pengambilan Keputusan