Laporkan Masalah

DINAMIKA SOSIAL BUDAYA KAWASAN WISATA: STUDI KASUS DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG PROPINSI JAWA TENGAH

SEMION REMON, Prof. Dr. PM. Laksono

2015 | Disertasi | S3 Kajian Budaya dan Media

Gejala berubahnya struktur sosial dan budaya masyarakat di kawasan Borobudur merupakan upaya adaptasi kolektif kehidupan masyarakat terhadap tantangan lingkungan yang memiliki sifat-sifat dinamik. Keberadaan Candi Borobudur merupakan warisan artefak pusaka nenek moyang bangsa Indonesia. Hal itu menggambarkan bahwa tumbuhnya peradaban di abad 8 Masehi telah ada, serta menjadi pusat penghidupan dan kehidupan masyarakat secara turun temurun di kawasan Borobudur, meliputi hampir disemua aspek kehidupan, yaitu; geografi, demografi, sumber kekayaan alam, idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan. Oleh karenanya ketika keputusan politik pemerintah pusat memutuskan bahwa Candi Borobudur dijadikan kawasan wisata pada 10 Agustus 1973, dan industri pariwisata masuk serta mengubah alam dan lingkungan yang menjadi bagian dari kehidupan sosial budaya masyarakat, maka masyarakat menolak, karena merasa penghidupannya dengan alam akan hilang, sehingga terjadilah konflik antara masyarakat dengan pemerintah dan swasta. Namun berkat upaya pemerintah dan swasta yang gigih serta berkelanjutan dengan melakukan sosialisasi, komunikasi dan koordinasi secara terus menerus terhadap masyarakat di kawasan Borobudur, akhirnya diperoleh kompromi-kompromi sehingga masyarakat menerima untuk dipindahkan. Hal inilah yang kemudian merubah kawasan dan komunitas tersebut secara keseluruhan menjadi kompleks. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi, wawancara yang berencana, dengan memilih responden baik dari jajaran aparatur pemerintah daerah, swasta, maupun masyarakat setempat, secara terbuka dan mendalam, dan diskusi serta penelusuran dokumen-dokumen akademik yang berhubungan dinamika sosial budaya di kawasan Borobudur. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan mengkritisi perkembangan representasi serta refleksi dinamika sosial budaya kawasan wisata Borobudur, sehingga dapat menemukan manfaat bagi ilmu pengetahuan dan pembangunan masyarakat bangsa dan negara. Hasil penelitian secara komprehensif, integral dan holistik, menggambarkan bahwa alam menjadi sumber inspirasi kebudayaan masyarakat, tetapi dipotong oleh kapitalisme industri yang menganggap alam hanya sebagai komoditi (barang dagangan), padahal dalam sistem komunitas, alam itu totalitas tetapi kapitalisme itu picik hanya melihat alam dari sisi berapa harganya bila dijual, hal inilah yang kemudian merubah kawasan dan komunitas tersebut secara keseluruhan menjadi kompleks. Totalitas kultural yang terpisah-pisah oleh proses yang berlangsung dalam sistem industri pariwisata itulah, kemudian melahirkan transformasi sosial budaya, dalam hal ini adalah kasus di kawasan wisata Borobudur. Kasus di kawasan Borobudur menyatakan bahwa proses itu memang terjadi perubahan ekosistem antara lain yang semula lahan pertanian, perkebunan, permukiman penduduk, kawasan hutan dll, berubah menjadi kawasan industri pariwisata, perhotelan, homestay, perdagangan, perkantoran, sarana transportasi, dll. Belajar dari kasus Borobudur, peneliti berani menyimpulkan bahwa “suatu daerah baik di dalam maupun di luar negeri bila dijadikan kawasan wisata, dimanapun daerahnya tidak bisa dihindari akan terjadi proses-proses transformasi ekosistem maupun komunitas masyarakat di kawasan wisata menjadi lebih kompleks sehingga masyarakatnya berkelas-kelas, seperti yang terjadi di Borobudur”.

Symptoms of changes in the social structure and culture of the people in the area of Borobudur is a collective effort of community life adaptation to environmental challenges that have dynamic properties. The existence of Borobudur is a legacy artifact ancestral Indonesian nation. It illustrates that the growth of civilization in the 8th century AD was there, as well as being the center of people's lives and livelihoods for generations in the area of Borobudur, covering almost all aspects of life, ie; geography, demography, natural resources, ideology, political, economic, social, cultural, defense and security. Therefore, when the political decisions of the central government decided that Borobudur be a tourist area on August 10, 1973, and entered the tourism industry as well as the changing nature and the environment that are part of the social and cultural life of society, the society refused, because they feel their living with nature will be lost, so there was a conflict between the government and private communities. But thanks to the efforts of government and the private sector with a persistent and ongoing socialization, communication and continuous coordination of the community in the area of Borobudur, finally obtained the compromises so that people accept to be moved. It is then change the region and the community as a whole becomes complex. This research is fieldwork. Data collection conducted through the observation, interview has planned to choose either of the respondents, the local government apparatus private as well as local people, openly and deeply, and discussions and tracing of academic documents related social and cultural dynamics at the borobudur. The study is to analyze and criticize the representation and reflects the social and cultural tourism area borobudur, so they can find good for science and for the people and the state. A comprehensive research, integration and holistic, describe that become a source of inspiration for the society, but capitalism is intersected by the industry just as regards the commodities (merchandise) in fact, within the community, the totality of the liberal capitalism and just look at what price nature of the bill.

Kata Kunci : Transformasi, ekosistem, komunitas kawasan Borobudur


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.