Laporkan Masalah

BUNUH DIRI PETANI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (2010-2014)

PUSPITA KUSUMA, SS., Dr. Suharko

2014 | Tesis | S2 Sosiologi minat Studi Pembangunan

Kabupaten Gunungkidul merupakan kabupaten dengan kasus bunuh diri paling tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sepanjang tahun di wilayah ini kasus bunuh diri terjadi secara konsisten. Jika dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu, tampak bahwa sudah terjadi penurunan jumlah kasus; dari 153 kasus (pada periode 1999-2003) turun menjadi 120 kasus (pada periode Januari 2010-Agustus 2014). Hal yang menarik kemudian adalah setelah satu dekade itu, tercatat bahwa Kecamatan Tepus selalu menempati urutan teratas, dalam kasus bunuh diri. Hal yang menarik lainnya adalah sebahagian besar korban bunuh diri di Kecamatan Tepus ini diketahui bekerja sebagai petani. Hal ini juga berarti bahwa meskipun secara kuantitas terjadi penurunan, namun demikian secara kualitas, sebenarnya bunuh diri petani di Kecamatan Tepus, belum mengalami perubahan yang signifikan. Pertanyaannya kemudian; mengapa petani di Kecamatan Tepus memiliki kerentanan terhadap tindakan bunuh diri? Penelitian ini menggunakan teori Durkheim yang mencoba memahami fenomena bunuh diri dengan cara mengkaitkan tindakan bunuh diri dengan kuat-lemahnya integrasi sosial dan regulasi moral. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, aparat pemerintah, dan keluarga korban bunuh diri. Sementara itu, data sekunder, yaitu data kasus bunuh diri Tahun 2010-2014, diperoleh dari Kepolisian Resort (Polres) Gunungkidul. Berdasarkan temuan-temuan penting pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor penyebab rentannya petani di Gunungkidul, khususnya di Kecamatan Tepus terhadap tindakan bunuh diri adalah (1) pengaruh dari modernisasi pertanian, (2) latar belakang sosialbudaya, dan (3) kuatnya integrasi sosial pada masyarakat di Kecamatan Tepus. Modernisasi pertanian telah menyebabkan terusiknya kehidupan ‘beragama’ para petani. Hal ini selanjutnya, berdampak pada kondisi psikologi petani ‘ora slamet’ atau keadaan batin yang tidak tenang/tidak tenteram. Dalam konteks bunuh diri, kondisi kerentanan semacam ini dapat mengarah pada bunuh diri anomi (anomic suicide) yaitu bunuh diri yang mencerminkan kebingungan moral individu dan kurangnya arah sosial, yang berkaitan dengan pergolakan sosial dan ekonomi yang dramatis. Disamping itu, bunuh diri petani Gunungkidul erat kaitannya dengan karakter orang Jawa yang selalu menghindari/mengelak dari konfrontasi/konflik apabila menghadapi suatu masalah dan cenderung menjadi pribadi yang tertutup. Kondisi seperti ini akan mengarah (berpotensi) pada terjadinya bunuh diri egoistik (egoistic suicide). Kerentanan yang lainnya disebabkan kuatnya integrasi sosial yang dibalut dengan cita-cita kerukunan; di satu sisi merupakan solusi (strategi menyelesaikan masalah), namun di sisi lain menimbulkan masalah; tingginya biaya sosial. Kondisi seperti ini dapat mengarahkan seseorang untuk melakukan bunuh diri altruistik (altruistic suicide) yaitu bunuh diri yang disebabkan oleh kuatnya integrasi sosial dalam suatu masyarakat; yang ditandai dengan rasa kewalahan dalam mencapai tujuan dan keyakinan suatu kelompok sosial.

Gunungkidul is the district with the highest suicide in Yogyakarta Special Province. Throughout the year in this region suicides occur consistently. Compared with 10 years ago, it appears that it was a decline in the number of cases; of 153 cases (for the period 1999-2003) decreased to 120 cases (for the period January 2010-August 2014). The interesting thing is that after a decade later, it was noted that Tepus Sub-district always occupies the top rank, in the case of suicide. Another interesting thing is the greater part of suicide victims in Tepus Sub-district are known to work as a farmer. It also means that although the quantity decrease, however, the quality, the actual suicide of farmers Tepus Sub-district, has not undergone significant changes. The question then is; why farmers in Tepus Sub-district vulnerable to the suicide? This study uses Durkheim's theory that attempts to understand the phenomenon of suicide by linking suicide with a strong-weak social integration and moral regulation. The research method used is a qualitative method. Primary data were collected through observation and in-depth interviews to the religious leaders, community leaders, government officials, and the families of suicide victims. Meanwhile, secondary data, ie the data suicides in 2010-2014 obtained from the Police Resort (Polres) of Gunungkidul. Based on the key findings of this research can be concluded that the factors which cause vulnerability of farmers in Gunungkidul, particularly in Tepus Subdistrict toward suicide are (1) the influence of modernization of agriculture, (2) sociocultural background, and (3) strong social integration in the community in Tepus Subdistrict. Modernization of agriculture has caused interference to the life of 'religious' of farmers. This, in turn, have an impact on the psychological condition of farmers 'ora slamet' or a state of mind that is not restful / not peaceful. In the context of suicide, this kind of vulnerability conditions can lead to suicide anomie (anomic suicide) that is suicide which reflects the individual's moral confusion and lack of social direction, which is related to the social and economic upheaval that dramatic. In addition, the suicide of farmers in Gunungkidul closely related to the character of the Javanese who always avoid / evade confrontation / conflict when facing a personal problem and tend to be closed. These conditions will lead to (potentially) on the occurrence of egoistic suicide (egoistic suicide). Other vulnerability due to strong social integration is wrapped with the ideals of harmony; on one side is a solution (strategy solve the problem), but on the other side pose a problem; high social costs. Such conditions can lead a person to commit suicide altruistic (altruistic suicide) that is suicide caused by strong social integration within a community; which is marked with a sense of being overwhelmed in achieving the goals and beliefs of a social group.

Kata Kunci : bunuh diri, petani, gunungkidul


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.