Perkawinan Poligami Di Bawah Tangan Pada Masyarakat Suku Batak Toba di Kota Bandar Lampung
GRETTY MUTYA, SH, Agus Sudaryanto
2014 | Tesis | S2 KenotariatanHukum adat Batak sebagai hukum yang berakar pada kebudayaan tradisional Batak, masih ditaati dan dipegang teguh oleh masyarakat Batak dimanapun berada. Perkawinan yang ideal dalam masyarakat adat Batak yang menganut agama Kristen adalah perkawinan monogami tertutup. Namun bagaimana dengan masyarakat suku Batak Toba yang berada di Kota Bandar Lampung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengapa masyarakat suku Batak Toba di Kota Bandar Lampung melakukan perkawinan poligami di bawah tangan dan mengetahui bagaimanakah pelaksanaan perkawinan poligami di bawah tangan pada masyarakat suku Batak Toba di Kota Bandar Lampung. Jenis penelitian ini adalah yuridis empiris/sosiologis dan laporan penelitian bersifat deskriptif analitis. Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Untuk memperoleh data primer digunakan wawancara kepada responden dan narasumber. Sedangkan untuk mendapatkan data sekunder digunakan penelitian kepustakaan (library research). Alat pengumpulan data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, sekunder maupun tersier adalah dengan studi dokumen. Sampel dari penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik non-probability sampling dan jenis sampel yang digunakan adalah judgemental/purposive sampling. Subyek penelitian yakni masyarakat suku Batak Toba yang bertempat tinggal di Kota Bandar Lampung. Metode analisa data dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis. Hasil dari penelitian ini adalah : (1) Alasan masyarakat suku Batak Toba di kota Bandar Lampung melakukan perkawinan poligami dibawah tangan karena tidak memiliki keturunan, tidak memiliki anak laki-laki, kawin dengan wanita bukan suku Batak, dan karena berbuat zinah. (2) Proses pelaksanaan perkawinan poligami di bawah tangan adalah dengan melakukan pernikahan dihadapan tua-tua adat atau raja adat yang di sebut sebagai pasu-pasu raja. Kata kunci : perkawinan poligami, di bawah tangan, batak toba
Batak customary law as a law rooted in Batak traditional culture is still obeyed and performed by Batak people wherever they are. An ideal marriage in Christian Batak traditional community is a closed monogamous marriage. But what about Batak Toba tribal community in Bandar Lampung. The aim of this study was to discover why Batak Toba tribal community in Bandar Lampung have unofficial polygamy and unofficial polygamy wedding in Batak Toba tribal community in Bandar Lampung. This study was a judicial empirical/sociological study and the report of this study was descriptive analytical. Data collected in this study was primary data and secondary data. To collect primary, interviews were conducted on respondents and sources. Meanwhile, to collect secondary data, library research was conducted. Instrument to collect secondary data which includes primary, secondary and tertiary legal materials is document study. The sample of this study was determined using non-probability sampling technique and the sample type used was judgmental/purposive sampling. The research subject was Batak Toba tribal community in Bandar Lampung. Data analysis method in this study was qualitative analysis which is a research procedure which produces descriptive analytical data. The results of this study were: (1) The reasons why Batak Toba tribal community in Bandar Lampung has unofficial polygamy were not having children, not having any son, marriage with women not from Batak tribe, and adultery. (2) The process of unofficial polygamy wedding is by getting married in front of elders or traditional king called pasu-pasu raja. Keywords : polygamy, unofficial, batak toba
Kata Kunci : perkawinan poligami, di bawah tangan, batak toba