STUDI SIFAT KIMIA DAN MORFOLOGI SERAT KAYU POHON PLUS DI UJI KETURUNAN Eucalyptus pellita GENERASI KE DUA DI PELAIHARI, KALIMANTAN SELATAN

UMI FARAH ZUMAINI, Dr. Ganis Lukmandaru, S.Hut, M.Agr.Sc; Djoko Soeprijadi, S.Hut, M.Cs.

2014 | Skripsi | TEKNOLOGI HASIL HUTAN

Eucalyptus pellita F.Muell merupakan salah satu jenis tanaman unggulan pada hutan tanaman industri untuk kayu pulp yang sedang dikembangkan melalui program pemuliaan. Perkembangannya telah mencapai pada tahap evaluasi individu pohon uji keturunan kedua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sifat kimia dan morfologi serat kayu, menentukan peringkat individu pohon plus berdasarkan kesesuaian sifat kayu untuk pulp. Tujuan lainnya adalah mengetahui tingkat keeratan hubungan antar variabel sifat kayu. Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk evaluasi uji keturunan kedua dan menjadi pertimbangan dalam memilih pohon pada pembangunan kebun benih semai generasi ketiga. Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu kayu Eucalyptus pellita umur 9 tahun yang ditanam di uji keturunan generasi kedua di Pelaihari, Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan sistem nondestructive sampling pada ketinggian pohon 90 cm. Sifat kayu yang diteliti meliputi sifat kimia (kandungan ekstraktif larut etanol toluena, ekstraktif larut air panas, holoselulosa, alfa-selulosa dan lignin) dan morfologi serat (dimensi serat dan nilai turunan serat). Nilai turunan serat meliputi bilangan Runkel, faktor bentuk Luce, bilangan kerampingan serat dan faktor pejal serat. Analisis data penelitian menggunakan statistik deskriptif yaitu Analitic Hierarchy Process (AHP) dan korelasi Pearson. Sifat kimia kayu E. pellita menunjukkan kisaran kadar ekstraktif larut etanol toluena, kadar ekstraktif larut air panas, kadar holoselulosa, kadar alfa-selulosa, dan kadar lignin secara berurutan adalah 3,08±1,00%, 1,41±0,38%, 75,26±2,58%, 49,02±2,88%, dan 29,49%. Karakteristik morfologi seratnya menunjukkan kisaran panjang serat 1,02±0,08 mm, diameter serat 13,25±1,64 um, diameter lumen 6,94±1,70 um, tebal dinding sel 3,15±0,52 um, bilangan Runkel 0,97±0,30, faktor bentuk Luce 0,57±0,10, bilangan kerampingan serat 78,21±10,34 dan faktor pejal serat 130,91±33,77x103 um3. Berdasarkan hasil peringkat diperoleh sampel uji terbaik berturut-turut adalah sampel uji dengan kode 28.4.3.28 (Kiriwo Utara), 12.1.5.28 (Kiriwo Utara), 19.11.5.45 (Desa Serisa), 3.8.4.9 (Kiriwo Selatan), dan 6.6.3.15 (Kiriwo Selatan). Dari analisis korelasi Pearson, didapatkan korelasi yang nyata antara panjang serat dengan kadar alfa-selulosa (r=0,39) dan kadar ekstraktif etanol toluena (r=-0,41).

Eucalyptus pellita F.Muell is one of the superior plants in industrial forest plantation for woodpulp purpose, which is being developed through breeding plantation program. The developing has reached the phase of the 2nd generation trees. The research aimed to explore the morphology and chemical properties of fiber, to determine the rank of plus trees based on the suitability for the pulp. In addition, it aim to find out the correlation among the wood properties. This research could be used to evaluate the 2nd generation of tree breeding program as well as the consideration to select the trees for 3rd generation. The materials were the plus trees of E. pellita (9 years) from the 2nd generation of progeny test in Pelaihari, South Kalimantan. The wood specimens were taken by nondestructive sampling method at 90 cm high from the surface of the tree. The wood properties included the chemical properties (ethanol-toluene and hot water soluble extractives, holocellulose, alpha-cellulose and lignin contents) as well as morphological fiber characteristics (fiber dimensions and its derived properties). The derived properties included Runkel ratio, Luce's shape factor, slenderness ratio and solids factor. The data analysis in this research used descriptive statistic Analytic Hierarchy Process (AHP) and Pearson's correlation. Chemical properties of E. pellita are the contents of ethanol toluene extractive, hot water soluble extractive, holocellulose, alpha-celullose, and lignin are 3,08±1,00%, 1,41±0,38%, 75,26±2,58%, 49,02±2,88%, and 29,49±1,86%, respectively. The average values of wood fiber morphology are the length fiber of 1,02±0,08 mm, fiber diameter of 13,25±1,64 um, fiber lumen diameter of 6,94±1,70 um, fiber wall thickness of 3,15±0,52um, Runkel ratio of 0,97±0,30, Luce's shape factor of 0,57±0,10, slenderness ratio of 78,21±10,34 and solids factor of 130,91±33,77x103 um3. Based on the scoring rank by the AHP, the best individuals are 28.4.3.28 (Kiriwo Utara), 12.1.5.28 (North Kiriwo), 19.11.5.45 (Serisa Village), 3.8.4.9 (South Kiriwo), and 6.6.3.15 (South Kiriwo). Pearson correlation analysis shows that significant correlations between the levels of fiber length with alpha-cellulose content (r=0,39) as well as the fiber length with ethanol toluene extractive contents (r=-0,41).

Kata Kunci : Eucalyptus pellita, sifat kimia, morfologi serat, uji keturunan Pelaihari, seleksi pohon