SEKOLAH ALAM ANAK JALANAN DI CIREBON DENGAN PENDEKATAN EDUKASI REKREATIF
MUANISYA SANJAYA, Dyah Titisari Widiastuti, ST. MUDD.
2014 | Skripsi | ARSITEKTURPendidikan menjadi sebuah kebutuhan primer saat ini. Sayangnya, masih banyak anak-anak yang putus sekolah karena kondisi ekonomi yang lemah. Mereka tetap tidak terbantu dengan kebijakan pendidikan bagi kaum miskin saat ini. Kebijakan pemerintah dalam menggratiskan pendidikan dasar sembilan tahun memang menjadi salah satu solusi menyukseskan program pendidikan dasar. Namun dalam pelaksanaannya, kebijakan tersebut masih menyisakan masalah yang tak kunjung selesai. Pandangan sinis terhadap dunia pendidikan masih dimiliki oleh kalangan masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Fenomena putus sekolah ini menyebabkan kenaikan jumlah anak jalanan yang signifikan di kota-kota besar. Dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari saja sangat sulit apalagi jika harus ditambah dengan pemenuhan biaya sekolah. Pada akhirnya, kebanyakan dari mereka menghabiskan waktu di jalanan, bekerja serabutan, atau bahkan ada yang pengangguran. Mereka selalu terfokus pada kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup hari itu juga bukan jangka panjang. Hal inilah yang menjadi penyebab adanya jarak yang terbentang antara kehidupan anak jalanan dengan kebutuhan pendidikannya padahal banyak di antara mereka yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan kecerdasan yang potensial untuk dikembangkan. Anak jalanan yang putus sekolah juga merasa jenuh akan dunia pendidikan formal yang cenderung monoton serta banyak tuntutan yang dianggap membebani tanpa memberikan rasa nyaman dan menyenangkan. Keberadaan sekolah alam di seluruh Indonesia juga tidak sepenuhnya mengikuti prinsip sekolah alam sesungguhnya. Berdasarkan survei mengenai karakter, prinsip sekolah alam, dan pendekatan edukasi rekreatif, perlu didesain sebuah sekolah alam anak jalanan. Di sekolah tersebut mereka akan menuntut ilmu-mendapatkan hak yang sama dengan siswa-siswi lain di luar sana. Namun mereka tidak hanya akan dilatih untuk mencerdaskan sisi intelektualitas semata, mereka juga akan dibina dari sisi kreativitas, spiritual, minat serta bakat yang dimiliki. Semua itu akan dibina dalam sebuah lingkungan edukasi rekreatif yang menyenangkan dan tidak membosankan. Sistem pembelajaran demikian akan dikondisikan melalui tatanan arsitektural, hirarki ruang yang menyatukan mereka dengan alam sekitar (unsur air, udara, vegetasi dan lansekap), bersentuhan langsung dengan dunia nyata dan nuansa ruang yang menarik (lewat tatanan interior-warna, pencahayaan, tata ruang, dan lain-lain yang secara tidak langsung memberikan dampak positif pada perkembangan mental dan memacu semangat belajar).
Education becomes a primary need nowadays. But there are still children who can not go to school because of their low economy conditions. Educational law for low income students also can not help them. It actually tries to make a solution by creating a free nine year basic education policy, but in fact, the policy still leaves some continuous problems. This phenomenon increases a significant amount of street children in big cities. They still have difficulties in fulfilling their daily needs. In the end, most of them spend their time on the street, doing odd jobs, or even being jobless. Most of their focuses are spent only on how to fulfill their need on that day, they do not think about long term need such as education. This problem creates a distance between the street children[']s lifes and their educational need, even though actually most of them have potential abilities, skills and intelegencies which can be developed more. The out-of-school street children also feel bored with formal education which tends to be monotonous. It gives them many demands without making them feel pleased and comfortable. The existence of nature school in Indonesia also does not follow the whole principle of nature school. Based on some surveys on character, nature school[']s principle, and recreational education approach, there need to be built a nature school for street children. In that school, the street children will study[-]get the same right with the other students out there. Beside of learning for intellectual improvements, they also will learn to improve their creativity, spiritual, interest and talent. All of the learning process will be held in a fun recreative educational environment. That kind of learning system will be conditioned by its architectural composition, room hierarchy of space which associate them with the natural surroundings (water, air, vegetation and landscape), interact directly with the real world and interesting nuances of space (through interior-color composition, lighting, space composition, and other which apply positive effects to their mental development and can stimulate their enthusiasm for learning).
Kata Kunci : Sekolah Alam, Anak Jalanan, Edukasi Rekreatif