KONFLIK ETNIS CINA DI INDONESIA DALAM TINJAUAN TEORI TINDAKAN KOMUNIKATIF JURGEN HABERMAS

ZULFATUL CHOIRIYAH, Hastanti Widhy Nugroho, M.Hum

2014 | Skripsi | ILMU FILSAFAT

Kondisi masyarakat multikultural dengan berbagai macam etnis merupakan realitas yang ada di Indonesia. Persoalan perbedaan etnis yang ada sangat rentan terhadap konflik yang tidak jarang menjadi sebuah konflik kekerasan. Faktor-faktor ekonomi, sosial dan situasi politik turut menjadi pemicu ledakan konflik etnis. Salah satu konflik berbasis perbedaan etnis yang terjadi di Indonesia adalah konflik antara etnis Cina dan pribumi. Konflik etnis Cina dan pribumi telah terjadi dalam beberapa periode di Indonesia, yaitu periode masa penjajahan Belanda, periode pasca kemerdekaan, periode 1965 hingga orde baru serta peristiwa konflik Mei 1998. Berdasarkan latar belakang konflik yang panjang antara etnis Cina dan pribumi yang terus berulang dan masih melekatnya sentimen-sentimen anti etnis Cina di Indonesia maka penelitian ini bertujuan menggali lebih dalam mengenai bagaimana terjadinya konflik etnis Cina di Indonesia dalam tinjauan teori tindakan komunikatif Jurgen Habermas. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan terhadap buku-buku pustaka, jurnal-jurnal, artikel-artikel, website dan peraturan perundangan yang berkaitan objek materi maupun objek formal penelitian. Tahap proses penelitian adalah pengumpulan, pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah hermeneutika filosofis, deskripsi, koherensi intern, analisis dan reflektif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang tidak komunikatif antara etnis Cina dan pribumi telah menyebabkan kecurigaan dan kegelisaan diantara kedua etnis tersebut tidak dapat diperbincangkan, sehingga terjadi konflik. Selain faktor kesenjangan ekonomi antara etnis Cina dan pribumi yang menyebabkan kecemburuan sosial, konflik antara etnis Cina dan pribumi memiliki latar belakang sejarah yang panjang, yaitu sejak kedatangan etnis Cina, karakteristik yang dimiliki etnis Cina, pengaruh kedatangan bangsa Eropa dalam hubungan etnis Cina-pribumi di Indonesia, serta ledakan-ledakan konflik kekerasan antara kedua etnis. Di balik terjadinya konflik tersebut, terdapat sentimen anti-Cina yang terus melekat dalam masyarakat. Sentimen tersebut terdiri atas prasangka-prasangka negatif seperti kecurigaan terhadap nasionalisme etnis Cina pada bangsa Indonesia, stereotip negatif, jarak sosial dan diskriminasi. Menurut Habermas konflik dalam masyarakat majemuk (multikultural) seringkali terjadi akibat kebuntuan komunikasi sehingga kekerasan dijadikan sebagai satu-satunya jalan. Dalam kasus konflik etnis Cina dan pribumi diperlukan pola komunikasi yang berdasarkan keterbukaan antara kedua etnis sehingga segala kecurigaan dan kegelisahan dapat diperbincangkan dalam bentuk diskursus. Hal itu perlu dilakukan untuk mencapai konsensus yang menjadi suatu dasar terbentuknya norma bersama agar tidak terjadi konflik.

Conditions multicultural society with various ethnic groups is a reality that exists in Indonesia. The issue of ethnic differences that exist are very vulnerable to conflicts which often becomes a violent conflict. Economic factors, social and political situation helped to trigger the explosion of ethnic conflict. One of the ethnic-based conflict that occurred in Indonesia is a conflict between the ethnic Chinese and indigenous. Chinese and indigenous ethnic conflicts have occurred in some periods in Indonesia, namely the Dutch colonial period, the post-independence period, the period of 1965 to the new order and the events of the conflict in May 1998. Based on the background of long escalation of conflict between ethnic Chinese and indigenous recurring and still attached to the anti sentiments of ethnic Chinese in Indonesia, this research seeks to dig deeper into how conflict ethnic Chinese in Indonesia and what Jurgen Habermas's theory of communicative action that will be used to assess the problem. This research is a literature on library books, journals, articles, websites and legislation relating objects of research material and formal object. Step of the research process is the collection and processing of data and preparation of research reports. The method used in this research is philosophical hermeneutics, consists of descriptions, hermeneutics of the text (literature sources), analysis and critical reflection. The research concludes that there is no communicative relationship between ethnic Chinese and natives have caused suspicion and restless between the two ethnic groups can not be discussed, resulting in a conflict. In addition to the economic disparities between ethnic Chinese and indigenous cause social tension and conflict between indigenous ethnic Chinese have a long historical background, ie since the arrival of ethnic Chinese, characteristics of the ethnic Chinese, the effect of the arrival of the Europeans in China-indigenous ethnic relations in Indonesia, as well as explosions of violent conflict between the two ethnic groups. Behind the conflict, there were anti-Chinese sentiment in the community who continue to cling. The sentiment consists of negative prejudices such as suspicion of Chinese ethnic nationalism on the Indonesian nation, negative stereotypes, social distance and discrimination. According to Habermas conflicts in a pluralistic society (multicultural) often occurs due to communication deadlock that used violence as the only way, then in the case of Chinese and indigenous ethnic conflict communication patterns required by the openness between the two ethnic groups. All suspicions and anxieties can be discussed in the form of discourse between ethnic Chinese and indigenous, it is done to achieve consensus. According to Habermas discourse and consensus will be a foundation for the establishment of norms that regulate the common life in order to avoid conflict.

Kata Kunci : conflict, comumunicative action, discourse, consensus