Laporkan Masalah

Potret Perlindungan Sosial Terhadap Janda (Studi Lembaga Persaudaraan Janda - Janda Indonesia Armalah di Yogyakarta)

TRI SONY ISWAHYUDI, Bahruddin, S.Sos, M.Sc.

2014 | Skripsi | ILMU PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN (SOSIATRI)

Perlindungan sosial merupakan hal penting yang harus diwujudkan oleh suatu negara, utamanya bagi negara yang menganut paham welfare state seperti Indonesia. Sistem penyelenggarannya menjadi suatu kewajiban. Hal ini dikarenakan perlindungan sosial di dunia internasional telah diakui pada deklarasi Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB) yang terkait dengan pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM) pada pasal 25 ayat 1. Bentuk perlindungan sosial bisa dikatakan sebagai representasi negara bagi setiap warganya, terutama yang rentan dan berada di bawah garis kemiskinan. Tujuannya adalah untuk mensejahterakan, atau seminimalnya menjamin kehidupan yang layak. Apabila negara tidak mampu menyelenggarakan perlindungan sosial ini, maka eksistensinya patut untuk dipertanyakan. Pada umumnya seorang janda baik itu divorced ataupun widowed merupakan salah satu golongan yang memiliki kerentanan, entah itu pada aspek ekonomi ataupun psikis. Budaya patriarkhi yang berkembang di Indonesia menjadikan posisi seorang janda semakin sulit. Peran domestik yang biasa dijalankan ketika masih berumahtangga harus diimbangi dengan perannya di sektor publik. Persoalan yang tidak biasa inilah yang menimbulkan janda tidak mendapat dukungan atau perhatian dari lingkungan di sekitarnya. Bahkan, sebagian besar mereka justru mendapatkan pandangan sterotip. Adanya Lembaga Persaudaraan Janda - Janda Indonesia (PJJI) Armalah di Yogyakarta ini, menjadi angin segar bagi seorang janda. Lembaga ini berusaha untuk mewadahi para janda agar tetap dapat dihormati, mandiri serta bermartabat sesuai dengan mottonya. Namun dalam praktiknya, bagaimanakah lembaga ini melakukannya ? Apakah telah sesuai dengan konteks kerentanan janda berdasarkan karakteristiknya ? Penelitian ini berusaha untuk memahami gambaran program kelembagaan PJJI Armalah dalam menjamin perlindungan sosial terhadap janda (anggotanya). Selain itu, gambaran mengenai aset penghidupan dan konteks kerentanan janda berdasarkan karakteristiknya melalui beberapa contoh janda yang ada di dalamnya juga dipahami secara mendalam. Pendekatan analisisnya menggunakan Sustainable Livelihood yang titik tekannya lebih kepada konsep livelihood assets dan vulnerability context. Penelitian ini berjenis kualitatif, yang mana data temuannya dianalisa dengan cara mendeskripsikan serta diinterpretasikan sesuai dengan pertanyaan penelitiannya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk perlindungan sosial yang dikembangakan oleh PJJI Armalah berasal dari 2 (dua) sumber. Pertama dari pengelolaan lembaga (advokasi dan bantuan hukum, pelayanan konseling, arisan, pelatihan), dan Ke dua yaitu mengadopsi dari budaya sekitar (mbesuk, layat, rewang). Bentuk perlindungan sosial yang teradopsi dari budaya benar - benar mengandalkan azas modal sosial (norm, networking, reciprocity, solidarity, dan trust). Apabila modal sosial yang telah terbangun ini tidak berjalan, maka perlindungan sosialnyapun dipastikan sulit terwujud. Sedangkan tinjauan mengenai aset penghidupan dan konteks kerentanan pada janda berdasarkan karakteristiknya, pada penelitian ini ditemukan bahwa divorced mantan suami pekerja formal, merupakan janda yang paling rentan kondisinya.

Social protection is an important thing that must be created by a country, especially for a country that adopts the concept of welfare state like Indonesia. The implementation system becomes a liability. This is because social protection in the international community has been recognized on the declaration of the United Nations (UN) related to the fulfillment of Human Rights (HAM) in Article 25, paragraph 1. Forms of social protection can be regarded as a state representation for all citizens, especially those who vulnerable and below the poverty line. The goal is to prosper, or at least ensure a decent life. If the state is not able to organize this social protection, the existence ought to be questioned. In general, a widow either by divorced or widowed is the group that has vulnerability, either in economic or psychological aspects. The Patriarchy culture that developed in Indonesia made the widow position become more difficult. The domestic role that used to be done when they still have household must be balanced with their role in public sector. This unusual issues that causing the widow doesn't get support or attention from their surrounding environment. In fact, most of them actually get a stereotypes view. The existence of Persaudaraan Janda - Janda Indonesia (PJJI) Institution Armalah in Yogyakarta, is like a fresh air for these widow. This institution try to accommodate the widows to be remain respected, independent, and dignified accordance with its motto. However in reality, how did they do it? Is it accordanced to the vulnerability context of widow based on their characteristic? This study seeks to understand overview of the institutional programmeof PJJI Armalah in ensuring social protection for widows (members). In addition, an overview of livelihood assets and vulnerability contexts widows based on their characteristics through a few examples of widows who are in it are also understood in depth.The analysis approach using the Sustainable Livelihood which the point is more to livelihood assets and vulnerability context . This study is qualititave, which the data finding analyzed by describing and interpreting based on the research question. The result of this study indicate that the social protection's form which is developed by PJJI Armalah derived from 2 (two) sources. The First is from the institution's management (advocacy and legal assistance, counseling services, social gathering, training), and thesecond is to adopt from the surrounding culture (mbesuk, layat, Rewang). The form of social protection which adopting from the cultural is really counting on the principle of social capital ( norm, networking, reciprocity, solidarity and trust). If the social capital that as been built is not running then the social protection certainly difficult to be created. Meanwhile the review about livelihood assets and the vulnerability context of widow based on their characteristic, in this study have been found that the divorced with ex-husband from formal workers, is the most vulnerable widow.

Kata Kunci : Urgensi Perlindungan Sosial, Janda, Perlindungan Sosial Informal / Urgency of Social Protection, Widow, Informal Social Protection


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.