Laporkan Masalah

POLIMORFISME GEN PfMDR1 DAN PfATP6 PADA ISOLAT PLASMODIUM DARI PENDERITA MALARIA FALCIPARUM DI KABUPATEN PESAWARAN

JHONS FATRIYADI SUWANDI, Prof. dr. Supargiyono, DTM&H., SU., Ph.D; Prof. drh. Widya Asmara, SU., Ph.D; Prof. dr. Hari Kusnanto, SU., Dr.PH

2014 | Disertasi |

Latar Belakang. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium sp, yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Penduduk Indonesia diiperkirakan 45% tinggal di daerah endemis malaria. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu daerah endemis malaria dengan kategori sedang di Propinsi Lampung dengan nilai API pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing adalah 2,77 dan 4,76. Salah satu faktor yang dapat menghambat pengendalian malaria adalah timbulnya resistensi terhadap antimalaria. Gen PfMDR1 dan PfATP6 merupakan gen yang dikaitkan dengan resistensi Plasmodium terhadap antimalaria yang digunakan dalam ACT. Tujuan. Untuk menganalisis polimorfisme gen PfMDR1 dan PfATP6 pada isolat plasmodium dari penderita malaria falciparum di Kabupaten Pesawaran. Metodologi. Penelitian ini bersifat observasional analitik. Jumlah sampel minimal adalah 55 sampel. Sampel merupakan sebagian populasi (pasien malaria) yang berobat di Puskesmas Hanura Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran selama tahun 2012-2013 sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Sediaan apus darah tipis, darah tebal serta blood spot dibuat dengan berpedoman pada urutan kerja yang sudah ditentukan. Pengambilan koordinat lokasi sampel dilakukan saat kunjungan rumah dengan menggunakan alat GPS. Isolasi DNA dilakukan dengan menggunakan kit isolasi DNA QIAmp DNA Mini kit. Amplifikasi gen PfMDR1 dan PfATP6 dilakukan dengan menggunakan primer forward dan primer reverse yang sesuai. DNA hasil amplifikasi dianalisis dengan melakukan sequensing. Hasil. Posisi koordinat responden adalah 05029'53.666" sampai 05032'01.315" LS dan 105014'20.944" sampai 105015'47.516" BT. Gen PfMDR1 ditemukan perubahan pada basa nukleotida 256 dari basa Adenin (A) menjadi Timin (T) sehingga menyebabkan perubahan asam amino Asparagin menjadi Tirosin pada codon 86. Gen PfATP6 tidak ditemukan adanya mutasi. Efikasi penggunaan DHP-PQ masih baik dengan kegagalan terapi 4,55%, sedangkan AAQ-PQ sudah menurun efikasinya dengan kegagalan terapi 24,00%. Ditemukan adanya kegagalan pengobatan primakuin dengan ditemukan adanya gametosit persisten sampai H7 dan H14 sebesar 12,5%. Gejala klinis paling banyak dijumpai adalah demam, tanpa adanya gejala khas yang terdeteksi. Berdasarkan analisis spasial hanya satu cluster yang bermakna secara statistik. Kesimpulan. Analisis efikasi terdapat 4,55% kegagalan terapi pada DHP-PQ dan 24,00% pada AAQ-PQ serta kegagalan terapi 12,50%. Pada fragmen gen PfMDR1 yang diamplifikasi terdapat SNP pada codon N86Y yang sudah indigenous. Pada fragmen gen PfATP6 yang diamplifikasi tidak ditemukan SNP. SNP pada codon N86Y gen PfMDR1 akan menurunkan efektivitas amodiakuin, tetapi meningkatkan aktivitas artesunat dan dehidroartemisinin. Gambaran gejala klinis yang banyak dirasakan penderita adalah demam intermiten. Ditemukan adanya pengelompokan kewilayahan penderita malaria yang mengalami kegagalan terapi ACT.

Background. Malaria is an infectiousn desease that is caused by Plasmodium sp, and transmitted by female Anophelini mosquito. About 45 % Indonesian peoples live at malaria endemic area. Pesawaran district is one of malaria endemic area in Lampung Province with Anual Parasite Incidence in 2010 and 2011 are 2,77 and 4,76 respectively. One factor that can hinder among the malaria control is resistance to antimalarial drugs. PfMDR1 and PfATP6 genes have been associated with resistance to artemisinin combination therapy. Objectives. To Analyze the extent of Single Nucleotide Polymorphism (SNP) of PfMDR1 and PfATP6 genes, among the Plasmodium falciparum isolated from falciparum malaria patients in Pesawaran District. Methods. This study was observational analytic study and cohort of falciparum malaria patients treated with ACT and primaquine at Hanura Primary Health Centre (Puskesmas). Minimal sample size are 55 subjects base on WHO criteria. Subjects are patients with malaria falciparum infection, that were treated at PHC Hanura according to the inclusion and exclusion criteria. Thin and thick blood smears as well as blood blot on filter paper were made following finger prick. Global Positioning System (GPS) coordinate of the patients house was also recorded using GPS device. DNA isolation was done with DNA QIAmp DNA Mini Kit. Amplification of PfMDR1 and PfATP6 genes was done with appropriate forward and reverse primer and procedures that had been optimized firt. DNA from PCR Product was analyzed with sequencing analysis. Results. The GPS coordinate of the patients scaltered in areas of S 05029'53.666" until 05032'01.315" and E 105014'20.944" until 105015'47.516". The PCR result revealed one SNP at PfMDR1 gene. Nucleotide number 256 Adenin (A) was change to Tymine (T), so cause change of amino acid Asparagin (N) to Tyrosin (Y) at codon 86. The PCR result did not revealed a mutation at PfATP6 gene. DHP-PQ effectiveness was still wellness with failure therapy 4.55%. AAQ-PQ effectiveness was still decreased with failure therapy 24.00%. There are failure therapy of primaquine in 12.50% with gametosit persistent until Day 7 and 14. The spatial analysis result showed grouping of malaria patients at Hanura Primary Health Centre, but only one cluster significant with P = 0.0027. Conclusion. There was one SNP of PfMDR1 at N86Y codon. There was not SNP at PfATP6 gene. Efeectivenes of DHP-PQ was still wellness than AAQ-PQ. There are failure therapi of primaquine. There were 5 grouping malaria patients and 1 grouping of malaria patient with failure therapy.

Kata Kunci : PfATP6, PfMDR1, Artemisinin Combination Therapy, Resistensi, Plasmodium falciparum, efikasi DHP-PQ, efikasi AAQ-PQ.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.