EVALUASI PENYEBAB DAN PENATALAKSANAAN TERAPI PADA KASUS KERACUNAN SERTA ANALISIS BIAYA
Megawati Parmasari, Prof. Dr. Sugiyanto, SU., Apt.
2014 | Tesis | S2 Mag.Farmasi KlinikKeracunan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dan sosio-ekonomi. Tingginya peningkatan jumlah korban keracunan dari tahun ke tahun mendorong dilakukannya penelitian untuk mengidentifikasi jenis agen toksik penyebab keracunan serta hubungannya dengan karakteristik pasien. Analisis farmakoekonomi perlu dilakukan untuk mengetahui hubungan antara ketepatan penatalaksanaan terapi keracunan dengan besarnya biaya medis langsung dan outcome terapi berupa lama tinggal pasien di rumah sakit (Length of Stay/LOS). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional dengan metode pengambilan data secara retrospektif. Subyek penelitian adalah pasien rawat inap di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dan RSUP dr. Sardjito Yogyakarta periode 1 Januari 2011 hingga 31 Desember 2013 yang memiliki diagnosa utama keracunan, dengan atau tanpa penyakit penyerta dan komplikasi. Sementara itu, kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien keracunan yang meninggal dunia, dirujuk ke rumah sakit lain, serta pasien yang pulang sebelum ada perbaikan kondisi klinis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agen toksik penyebab keracunan meliputi bisa ular, insektisida, obat, makanan, hidrokarbon, alkohol, pewangi dan pemutih pakaian. Sebagian besar pasien keracunan di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro berdomisili di Kabupaten Klaten, sedangkan yang dirawat di RSUP dr. Sardjito berdomisili di Kabupaten Sleman, dengan umur 15-64 tahun (usia remaja dan dewasa), berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan rendah, bekerja sebagai pelajar/mahasiswa, dan sumber pembiayaan berupa Jamkesmas. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa karakteristik pasien yang mempengaruhi jenis agen toksik adalah umur (p=0,027), pendidikan (p=0,029) dan pekerjaan pasien (p=0,002), serta ketepatan terapi kasus keracunan pada pasien Jamkesmas tidak mempengaruhi efisiensi biaya medis langsung (p=0,292) dan lama tinggal pasien di rumah sakit (p=0,188).
Poisoning has negative impacts on health and socio-economic. The poisoning victims number that increase annually impelling researches to identify toxic agents that cause poisoning and its association to patient’s characteristics. Pharmacoeconomic analysis is needed to determine the association between appropriateness of poisoning management and direct medical cost, as well as length of stay (LOS) as an outcome. This study used a cross sectional design and restrospective data collection method. The subjects were patients of RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten and RSUP dr. Sardjito Yogyakarta from January 1st, 2011 until December 31st, 2013 who met the inclusion criterias (inpatients, poisoning as a primary diagnosis, with or without comorbidities and complications). Meanwhile, the exclusion criterias in this study were patients who died because of poisoning, referred to other hospitals, as well as patients who went home before any clinical improvement. The study results showed that toxic agents include snake venoms, insecticides, drugs, food, hydrocarbons, alcohols, clothes fragrance and clothes bleach. Most of poisoning patients at RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro were lived in Klaten, while being treated at RSUP dr. Sardjito were lived in Sleman. Their age were 15-64 years old (teenagers and adults), male, low education, working as a student, and Jamkesmas as financing source in medical treatment. The Chi-Square test results showed that patient’s characteristics have correlation to toxic agents, include age (p=0,027), education (p=0,029), and patient’s occupation (p=0,002). Meanwhile, poisoning therapy management appropriateness has no correlation to direct medical cost efficiency (p=0,292), as well as length of stay (LOS) (p=0,188).
Kata Kunci : keracunan, karakteristik pasien, agen toksik, terapi, biaya, LOS